Penenbangan pohon jati di gunung Sangkur tahun 2014 yang mengakibatkan longsor dan banjir. Photo: Muhafid/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Menanggapi kekhawatiran warga di sekitar lereng bukit gunung sangkur, yang selalu dihantui ketakutan akan bencana longsor dan banjir, akibat dampak dari hutan produksi. Ketua HKTI kota Banjar, Kusnadi, mendesak untuk menghentikan aktivitas hutan produksi.
“Dampak penebangan pohon jati tahun 2014 akan terus mengancam aktifitas dan nyawa warga sekitar lereng gunung sangkur, akibat lahan gundul. Meski memang pihak Perhutani melakukan penanaman lagi, tapi kan recoverynya cukup lama. Makanya stop hutan produksi, alihkan menjadi hutan konservasi,” tegasnya kepada HR, seusai pelantikan HKTI tingkat kecamatan dan desa/kelurahan se-kota Banjar, Selasa (18/10/2016) pekan lalu.
Apalagi saat ini, lanjut Kusnadi, curah hujan masih terhitung cukup tinggi, karena tahun ini mengalami kemarau basah. Wajar saja setiap langit mendung, warga sekitar lereng gunung sangkur selalu ketakutan.
Selain anomali cuaca, pembangungan infrastruktur yang telah dilakukan pihak Pemkot Banjar dengan membuat saluran, akan menjadi sia-sia. “Bagaimana tidak, setiap selokan yang dibangun selalu tertimpa longsoran dan akhirnya terbawa arus air, maka hilanglah itu saluran, karena akibat penggundulan hutan,” tandasnya.
Keberadaan hutan produksi yaitu dengan menanam pohon jati di lereng gunung sangkur untuk saat ini sudah tidak relevan lagi. Hal itu kata Kusnadi, mengingat, jumlah penduduk di kota Banjar semakin bertambah, dan tinggal disekitar lereng gunung sangkur.
Selain mengancam warga sekitar, sejumlah areal pesawahan yang berada dibawah lereng gunung sangkur beberapa waktu lalu terendam air limpahan akibat hutan jati belum tumbuh maksimal.
“Mari kita berhitung untung dan ruginya hutan produksi bagi masyarakat sekitar lereng gunung sangkur, dan sejumlah areal pesawahan. Setiap tahun mereka terancam longsor dan banjir, areal pertanian mereka rusak akibat terendam air. Saluran drainase selalu rusak diterjang longsor dan air bah, bahkan ada nyawa warga yang terancam,” ketusnya.
Dalam waktu dekat ini, pihaknya lanjut kusnadi akan menggalang dukungan masyarakat untuk menghentikan fungsi hutan produksi menjadi hutan konservasi. Agar warga kota Banjar akan mendapatkan udara lebih sejuk dan rindangnya hutan.
“Selama daerah aliran sungai (DAS) Citanduy masih ada hutan produksi, jangan harap air sungainya jernih, meski dibangun bendungan Leuwi Keris sekalipun. Sungai Citanduy akan jernih bila DAS telah menjadi daerah hutan konservasi,” tukas Kusnadi. (SBH/Koran HR)
Berita Terkait
Derita Warga Banjar Sekitar Hutan Produksi, Longsor dan Banjir Selalu Mengancam