Para peserta khataman yang semuanya orang dewasa saat tampil di panggung dalam acara halal bihalal masyarakat Kedung Wadas Dusun Citangkolo RT 05 RW 02 Desa Kujangsari Kecamatan Langensari Kota Banjar beberapa waktu lalu. Photo: Muhafid/HR.
Berita Banjar, (harapanrakyat.com)
Khatam membaca Al Qur’an di sejumlah wilayah Indonesia biasanya diakhiri dengan sebuah acara yang disebut dengan khataman. Dengan ciri khas dan kebiasaan di masing-masing daerah, khataman menjadi salah satu kegiatan yang ditunggu, khususnya anak-anak yang telah selesai mengaji Al Qur’an dari juz awal hingga juz 30 di mesjid atau mushola di lingkungannya.
Sebagai salah satu motivasi agar anak-anak lebih giat mempelajari kitab suci umat Islam itu, kegiatan khataman menjadi sebuah tradisi turun-temurun yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat.
Meskipun mayoritas kegiatan khataman dilakukan oleh anak-anak yang berlatih membaca Al Qur’an sebelum mereka menampilkan di depan banyak orang, namun di Kedungwadas, Dusun Citangkolo, RT.05, RW.02, Desa Kujangsari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, justru dilakukan oleh orang-orang dewasa. Bahkan diantaranya sudah memiliki anak yang juga sudah dewasa pula.
Dalam kesempatan Halal Bihalal yang diadakan Remaja Mesjid Jami’ Baitussolihin beberapa waktu lalu, sebanyak 7 orang usia dewasa mengikuti khataman Al Qur’an di halaman masjid, dan disaksikan ratusan masyarakat sekitar. Dengan penampilan cukup ‘nyentrik,’ memakai jubah dan mengenakan penutup kepala berupa blangkon, mereka tak canggung untuk melantunkan tiap ayat Al Qur’an juz akhir.
Ketua DKM Mesjid Jamie Baitussolihin, Kyai Hanif, menyampaikan, bahwa untuk mempelajari Al Qur’an itu tiada batas umur maupun waktu. Melalui khataman pedana yang dilakukan orang-orang dewasa itu dijadikan sebagai dorongan motivasi agar orang tua terus mendidik anaknya mempelajari Al Qur’an.
“Sudah jelas ini menjadi tanggungjawab kita semua bahwa Al Qur’an yang menjadi kitab suci umat Islam untuk dipelajari. Kali ini kita hanya tujuh orang yang terbilang dewasa, tahun depan ibu-ibu rumah tangga yang harus ikut seperti ini,” katanya.
Sementara itu, Waliman, salah satu peserta khataman, mengatakan, dirinya sebelum tampil di panggung telah berlatih dengan Kyai Bahrudin, usai melaksanakan sholat tarawih sejak awal Ramadhan lalu. Dengan penuh semangat berlatih, ia pun merasa senang bisa tampil dengan cukup maksimal.
“Kalau anak-anak itu kan setelah selesai pertama kali mengaji Al Qur’an, mereka baru mengikuti khataman. Kalau kita ya di rumah selalu baca Al Qur’an, atau di mesjid usai sholat wajib dan sudah khatam beberapa kali. Kalau secara formal ikut khataman di panggung kaya begini kita memang belum pernah,” tutur Waliman, kepada Koran HR.
Ia juga mengatakan, ide awal khataman Al Qur’an untuk orang-orang dewasa berasal dari para pemuda mesjid yang ingin memunculkan sesuatu yang segar dan unik. Maka terbesitlah kegiatan itu sejak beberapa bulan lalu dan direalisasikan usai Lebaran ini.
Soal rasa ketika manggung di hadapan ratusan masyarakat, bahkan disaksikan anak dan istrinya, Waliman mengaku biasa-biasa saja dan tidak merasa demam panggung saat membacakan ayat demi ayat Al Qur’an. Justru ia semakin bersemangat lantaran banyak yang senang dengan penampilan tujuh orang itu, yang memang terbilang langka, unik dan menarik.
“Hitung-hitung saya memperlancar lagi baca Al Qur’an. Apalagi dipandu langsung sama Pak Kyai. Biasanya kan membaca sendiri-sendiri. Dengan kegiatan semacam ini, apalagi Ketua DKM berencana agar ibu-ibu rumah tangga tahun depan ikutan, di wilayah ini menjadi lebih barokah karena semangat membaca, memperlajari dan menekukuni Al Qur’an,” pungkasnya.
Melihat penampilan langka dalam acara khataman itu, Ifan, salah satu pemuda dari Dusun Cijurey, Desa Kujangsari, mengaku takjub dan gembira atas ide cemerlang untuk membudayakan baca Al Qur’an. Sebab menurutnya, di Kota Banjar maupun di daerah sekitarnya, belum ada kegiatan serupa yang ia jumpai atau ia dengar.
“Ini tentu menjadi inspirasi bagi semua masyarakat bahwa tidak ada kata terlambat untuk mempelajari agama Islam, khususnya membaca kita suci ini. Sebagai anak muda, tentu saya jadi termotivasi untuk tidak kalah semangat dengan para peserta khataman yang mana secara umur terpaut cukup jauh,” katanya. (Muhafid/Koran HR)