Kamis, Mei 8, 2025
BerandaBerita BanjarBudidaya Beras Hitam, Petani Banjar Raup Untung Rp.120 Juta

Budidaya Beras Hitam, Petani Banjar Raup Untung Rp.120 Juta

Jejep Anwar, Ketua Gapoktan Kelurahan Muktisari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, menunjukkan produk beras hitamnya. Photo: Nanang Supendi/HR.

Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-

Padi beras hitam yang hanya tumbuh dan dibudidayakan di daerah tertentu di Indonesia, memiliki nilai jual tinggi dan merupakan salah satu sumberdaya genetik. Saat ini, keberadaannya sudah sangat langka, bahkan hampir punah sehingga perlu upaya penyelamatan.

Dari segi ekonomi, beras hitam sebuah produk pertanian yang menguntungkan dan memiliki peluang untuk dikembangkan. Karena, beras hitam sangat berbeda dengan beras putih atau beras ketan yang dikonsumsi masyarakat umumnya. Baik rasanya maupun aromanya yang menimbulkan selera makan kala sudah dimasak. Terlebih bermanfaat bagi kesehatan.

Di Kota Banjar sendiri, budidaya beras hitam sudah mulai digalakan oleh Jejep Anwar, salah seorang warga Lingkungan Sidamukti, Kelurahan Muktisari, Kecamatan Langensari, yang menangkap peluang usaha agrobisnis tersebut.

Sudah sejak beberapa tahun lalu dirinya beralih dari beras putih ke beras organik berupa beras merah yang ditanam di lahan sawah miliknya seluas 400 bata. Berbekal tekat kuad ingin memajukan usaha untuk menghidupi keluarganya, Jejep pun memulai usaha budidaya beras hitam.

Dengan modal awal hanya mengeluarkan uang uang puluhan ribu rupiah untuk membeli bibit secukupnya, kini setiap kali panen yang dilakukannya 6 bulan sekali itu sudah mampu menghasilkan 2 ton beras hitam.

“Saat ini produk beras hitam dikemas dengan ukuran plastik 1 kilogram dan diberi label Mitra Saluyu. Alhamdulillah cukup laku. Konsumen datang langsung ke rumah, tanpa harus saya pasarkan atau berjualan di lokasi pasar. Karena memang atas permintan kosumen, begitu pun hasil setiap panennya selalu habis,” tutur Jejep, yang juga Ketua Gapoktan Kelurahan Muktisari, saat ditemui Koran HR di rumahnya, Jum’at (22/09/2017).

Harga beras hitam yang ditawarkannya ini tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan harga di supermarket atau di pasaran luas. Sehingga, beras organik juga bisa dijangkau oleh masyarakat kalangan bawah.

“Per kilonya saya jual seharga 30 ribu rupiah. Memang beras hitam ini harga jualnya minim-minimnya tiga kali lipat dari harga beras putih,” terangnya.

Dari lahan sawah seluas 400 bata itu dapat menghasilkan sekitar 2 ton beras hitam. Jadi setiap kali panen, pendapatan yang diperolehnya mencapai sekitar Rp.60 juta. Bila dihitung setahun atau dua kali panen setiap enam bulan sekali, keuntungan yang diraupnya mencapai Rp.120 juta.

Dia menilai, usaha agrobisnis yang dijalaninya ini lebih menguntungkan, apalagi biaya produksinya juga relatif kecil. Dalam sekali panen, dirinya hanya mengeluarkan biaya untuk operasional sebesar Rp.1 juta.

“Ini prospek usaha bagus dan lebih menguntungkan, mengingat beras organik ini merupakan komoditi langka. Malahan saya belum bisa sepenuhnya memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat,” ungkapnya.

Melihat beberapa kelebihan beras hitam, Jejep juga mengajak bekerjasama dengan petani yang ada di wilayahnya. Namun, sampai saat ini baru ada dua orang petani yang mengikutinya. Karena mungkin petani lainnya belum mengerti betul akan prospek usaha menjanjikan tersebut.

Besarnya permintaan pasar menunjukkan semakin banyaknya masyarakat yang menyadari pentingnya pola hidup sehat. Karena, kandungan nutrisi dalam beras hitam sangat banyak, salah satunya mengandung antosianin dan serat yang sangat tinggi. Jika dikonsumsi secara teratur, beras hitam sangat cocok untuk mencegah dan mengobati diabetes serta penyumbatan jantung.

Atas usaha yang diraihnya itu, Jejep pun akan terus mengajak petani binaannya dalam wadah Gapoktan, untuk ikut membudidayakan beras hitam dengan tanpa melupakan upaya pemerintah yang mendengung-dengungkan swasembada pangan beras, dalam hal ini beras putih.

“Namun demikian, saya juga menyarankan kepada Pemkot Banjar untuk mengembangkan beras hitam, dan mendorong warga atau para petaninya untuk membudidayakan beras organik tersebut,” pungkasnya. (Nanks/R3/Koran-HR)

Pembentukan Koperasi Merah Putih

Kades di Kota Banjar Respon Pembentukan Koperasi Merah Putih, Singgung soal BUMDes

harapanrakyat.com,- Sejumlah kepala desa di Kota Banjar, Jawa Barat, merespon soal keharusan pembentukan Koperasi Merah Putih Desa/Kelurahan yang harus sudah terbentuk pada Juni mendatang. Sejumlah...
Nasib Preman Kampung

Awalnya Sok Jagoan Endingnya Mewek di Kantor Polisi, Begini Nasib Preman Kampung di Garut yang Bacok Ustad

harapanrakyat.com,- Nasib preman kampung di Garut, Jawa Barat, yang melakukan pembacokan terhadap seorang ustad yang sedang beribadah sholat dzuhur berakhir di kantor polisi. Pelaku...
Pengembalian Tunjangan Rumdin DPRD

Aktivis Pertanyakan Dasar Pengembalian Tunjangan Rumdin DPRD Kota Banjar oleh Kejaksaan

harapanrakyat.com,- Aktivis Kota Banjar, Jawa Barat, Awwal Muzakki mempertanyakan dasar pengembalian uang tunjangan rumdin (rumah dinas) dan tunjangan transportasi pimpinan dan anggota DPRD Kota...
Rumah Warga di Karangkamulyan

Satu Rumah Warga di Karangkamulyan Ciamis Ambruk Akibat Tanah Longsor, 8 Jiwa Harus Mengungsi

harapanrakyat.com,- Satu rumah warga di Karangkamulyan, tepatnya di RT 10, RW 03, Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, ambruk akibat tanah longsor...
Timnas Indonesia di Piala Dunia

Ini Kata Shin Tae-yong soal Peluang Timnas Indonesia di Piala Dunia 2026, Singgung Para Pemain

Sosok mantan pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong memang selalu jadi pusat perhatian publik. Kali ini, pria asal Korea Selatan itu membahas secara terbuka peluang...
larangan membawa kendaraan pribadi ke sekolah

SMAN 2 Cimahi Larang Siswa Tanpa SIM Bawa Kendaraan Pribadi ke Sekolah

harapanrakyat.com - SMAN 2 Cimahi, Jawa Barat, melarang semua siswa menggunakan kendaraan pribadi ke sekolah apabila belum memiliki SIM. Hal tersebut merupakan komitmen pihak...