Makam Eyang Dalem Djaga Pati, di Lingkungan Bangunsari, Kelurahan Maleber, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, sering dijadikan tempat pemujaan. Foto : Tantan Mulyana/ HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota/ kabupaten yang mempunyai destinasi situs cagar budaya bernilai tinggi. Namun, keberadaan destinasi situs cagar budaya yang terdapat di wilayah Kabupaten Ciamis pada khususnya minim perhatian dari pemerintah. Alhasil, kini keberadaan destinasi situs cagar budaya tersebut dijadikan tempat pemujaan oleh kalangan masyarakat tertentu guna mendapatkan kekayaan.
Salah satu destinasi situs cagar budaya yang sempat dijadikan pemujaan itu yakni, Makam Eyang Dalem Djaga Pati, yang bertempat di Lingkungan Bangunsari, Kelurahan Maleber, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis.
Berdasarkan, pantauan Koran HR di lapangan, Selasa (29/08/2017) lalu, banyak ditemukan bekas-bekas sesaji di sekitar makam tersebut, diantaranya, dua buah rokok, segelas teh manis, segelas kopi, dua bungkus roti, uang recehan berjumlah Rp. 2.600 dan sebuah tapas kelapa bekas membakar kemenyan.
Tokoh masyarakat setempat, Dedi Suhara, ketika ditemui Koran HR, Selasa (29/08/2017) lalu, mengatakan, seluruh masyarakat yang berada di Lingkungan Bangunsari ini tidak ada yang mengetahui persis kapan makam tersebut berada. Namun berdasarkan informasi yang beredar di masyarakat, makam ini merupakan salah satu saksi bisu ketika kolonial Belanda menduduki wilayah Ciamis.
“Sejak kolonial Belanda menduduki wilayah Ciamis, Eyang Dalem Djaga Pati dikenal sebagai seorang tokoh yang mempunyai kesaktian. Oleh karena itu, khususnya di seluruh wilayah Maleber dapat terhindar dari kepungan para penjajah Belanda,” katanya.
Namun kini keberadaan Makam Eyang Dalem Djaga Pati, sambung Dedi, sangat memprihatinkan. Dikarenakan tidak adanya dukungan dari pemerintah dalam hal perawatan, keberadaan makam tersebut menjadi tidak terawat.
“Eyang Dalem Djaga Pati ini sekaligus sebagai pendiri seni bela diri pencak silat asli Galuh yang dinamakan Pencak Silat Sembah Dalem Djaka Pati. Kini keberadaan pencak silat itu sudah tidak bisa bertahan, dikarenakan tidak ada generasi penerusnya,” ujarnya.
Konon, waktu jaman penjajahan Belanda, khususnya di daerah Maleber, telah dijaga oleh dua binatang berbentuk harimau guna menjaga daerah dari serangan penjajah Belanda. Menurut dia, saat penjajah Belanda menyerang Maleber, mereka langsung melarikan diri, semua senjata yang dipegang dilempar, dikarenakan mereka melihat kedua makluk tersebut.
“Ada seorang pejabat sering berkunjung ke makam ini. Ketika itu Bupati Ciamis dipimpin oleh Bapak Abubakar. Sejak itulah Makam Eyang Dalem Djaka Pati terlihat bersih dan terurus. Namun, semenjak beliau tidak menjabat sebagai Bupati Ciamis, sampai sekarang ini keberadaan makam menjadi tidak terawat,” ungkapnya.
Ditemui terpisah, Ketua RW setempat, Riki, membenarkan hal tersebut. Menurut dia, Makam Eyang Dalem sejak dulu sering dijadikan tempat pemujaan. Tetapi, sekarang sering digunakan segilintiran orang saja dari luar Maleber untuk ritual.
“Memang benar, makam ini dijadikan pemujaan oleh segelintiran orang. Namun yang berdatangan ke sini orang dari luar Maleber. Justru orang sini banyak yang tidak tahu keberadaan makam Eyang Dalem,” ucapnya.
Riki menambahkan, pihaknya berinsiatif untuk mengurus persyaratan keberadaan makam tersebut ke dinas terkait guna dijadikan salah satu situs cagar budaya yang berada di pusat kota Kabupaten Ciamis.
“Dengan keberadaan makam ini, saya bersama warga lainnya akan segera mengajukan salah satu Situs Cagar Budaya Kabupaten Ciamis. Semoga saja, dengan diakuinya makam ini sebagai situs cagar budaya, menjadi salah satu ikon untuk menambah PAD dalam bidang kebudayaan,” harapnya. (Tan/Koran HR)