Para petani saat beristirahat di sela-sela memanen sawahnya di wilayah Kecamatan Langensari, Kota Banjar. Foto: Muhafid/HR.
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Mengawali masa panen di musim penghujan ini, para petani di wilayah Kota Banjar, khususnya sebagian para petani di Kecamatan Langensari dan Kecamatan Pataruman, begitu antusias memetik padi di lahan sawah mereka, meskipun sebagian tanaman padi terdampak angin puting beliung yang menyebabkan roboh ke tanah.
Pantauan Koran HR di wilayah Kecamatan Langensari, Selasa (27/02/2018), lahan pesawahan yang dipanen para petani belum seluruhnya. Hamparan sawah dengan tanaman padi sudah mulai menguning, sementara beberapa petak sawah tampak masih ada tanaman padi yang hijau dan roboh karena angin puting beliung beberapa waktu lalu. Sedangkan beberapa titik lainnya tampak petani yang terpaksa memanen padinya lebih awal karena takut padinya yang roboh justru membusuk.
Uswanto, salah satu buruh tani, mengatakan, pada kesempatan panen kali ini ia mengaku hasil panennya kurang maksimal. Sebab, padi yang sudah layak dipanen justru roboh berdampak pada gabahnya yang tercemar air sawah. Sehingga, bulir-bulir beras pun yang sudah dimasak warnanya menjadi putih kehitam-hitaman.
“Ini karena padinya roboh akibat angin puting beliung waktu itu. Tapi ya tidak apa-apa, lumayan daripada sama sekali tidak bisa dipanen,” tuturnya, kepada Koran HR, saat dijumpai di sawah.
Bersamaan dengan Uswanto, Slamet, buruh tani lainnya, memperkirakan, masa panen kali ini di wilayahnya akan berlangsung sejak beberapa hari lalu hingga satu bulan yang akan datang. Meskipun kondisi cuaca kurang mendukung, namun sawah yang sudah layak dipetik tetap harus dipanen sebelum terkena dampak cuaca.
“Alhamdulillah, sekarang sudah masuk musim panen saat harga beras naik tinggi, seperti kemarin-kemarin. Meski hasilnya kurang maksimal, tapi dengan masa panen kali ini bisa menggenjot harga beras yang kemarin mahal menjadi murah,” kata Slamet.
Di lokasi terpisah, Tohirin, warga Langensari lainnya, mengaku hasil panennya kali ini selain bakal dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga untuk modal menggarap sawah pasca panen. Adapun sebagian lainnya disimpan di rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga masa panen mendatang tiba.
“Saya jual sebagian gabahnya untuk menggarap sawah lagi, soalnya tidak ada modal lain dari hasil panen ini. Sisanya buat konsumsi di rumah,” ungkapnya.
Tohirin menambahkan, meski sawahnya di wilayah Banjar bisa menghasilkan panen, namun sawahnya yang berada di wilayah Desa Puloerang, Kecamatan Lakbok, justru terancam gagal panen. Pasalnya, tanaman padi di lokasi tersebut terendam banjir yang memang sudah jadi langganan saat musim hujan.
“Kalau di sana banjir terus, bisa dipanen saat musim kemarau saja. Jadi, hitungannya, hasil panen saat ini bisa buat modal tanam di sawah yang baru panen dan juga yang terdampak banjir,” terangnya. (Muhafid/Koran HR)