Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Sejak empat bulan terakhir, harga tepung tapioka di wilayah Kecamatan Cipaku, kabupaten Ciaims, mengalami kenaikan. Akibatnya, pengusaha makanan olahan atau makanan ringan berbahan dasar tepung tapioka kesulitan menjual hasil produksi.
Dudung, pengusaha “Widuri Snack”, ketika ditemui Koran HR, Selasa (10/04/2018), mengatakan, harga tepung tapioka yang semula berkisar Rp. 550.000 perkwintal, kini menjadi Rp. 1.000.000 perkwintal.
Menurut Dudung, kenaikan harga tepung tapioka mempengaruhi pemasaran produk makanan olahan atau makanan ringan yang diproduksinya. Soalnya, harga jual makanan yang dia produksi tidak serta-merta mengikuti kenaikan harga bahan baku.
“Saya tidak tahu pasti penyebab kenaikan harga bahan baku tepung tapioka. Tapi yang pasti, kenaikan harga yang mencapai 100 persen ini membuat pengusaha makanan ringan merugi,” katanya.
Hal serupa disampaikan Een, pengusaha kerupuk. Menurut dia, harga jual kerupuk tidak bisa mengimbangi kenaikan harga bahan baku. Jika kenaikan harga bahan baku itu tidak terkendali, maka dipastikan pengusaha makanan ringan akan “gulung tikar”.
“Mudah-mudahan saja harga tepung kembali normal, sehingga usaha produksi makanan ringan yang kami jalani kembali lancar seperti semula,” katanya.
Sementara itu, Heri, warga Cipaku, ketika dimintai tanggapan, Selasa (10/04/2018), menuturkan, kenaikan bahan baku tepung tapioka disebabkan ketersediaan singkong di kalangan petani kondisinya terbatas.
“Ini hukum alam. Permintaan dan penawaran memang berlaku. Untuk menyetabilkan harga, perlu ada kebijakan pemerintah untuk menyetarakan singkong impor dengan lokal. Selain itu, memprioritaskan produsen tepung lokal,” katanya. (Dji/Koran HR)