Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Dzikir akbar selama 76 jam nonstop dalam rangka maulid guru mursyid Syekh Muhammad Abdul Gaos SM (Abah Aos) ke-76, diikuti ribuan ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) Suryalaya-Sirnarasa, di Puncak Sirnarasa, Dusun Ciceuri, Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Ketua panitia kegiatan yang juga Ketua Jundun Hudaya Albaqoroh 38, Habib Anwar Alqodiri, mengatakan, dzikir akbar atau dzikir zahar dimulai sejak hari Rabu, 29 Agustus 2018, pukul 10.00 WIB, hingga 1 September 2018, di kaki Gunung Syawal, Kecamatan Panjalu.
“Memang puncak acaranya di hari Sabtu, tanggal 1 September, sehingga sudah dari kemarin ribuan ikhwan TQN Suryalaya datang ke lokasi untuk mengikuti kegiatan acara tersebut,” terangnya, saat ditemui HR Online, Kamis (30/08/2018).
Lebih lanjut Habib Anwar mengatakan, para ikhwan datang dari berbagai daerah di Indonesia. Menariknya, mereka mengenakan baju serba putih dan membawa peralatan untuk menahan hawa dingin, karena lokasi acara berada di kaki Gunung Syawal.
“Kegiatan ini merupakan pertama kali digelar di TQN. Adapun makna dzikir 76 jam nonstop adalah upaya mendekatkan diri dengan berdzikir kepada Allah tanpa putus selama 76 jam. Kecuali saat melaksanakan sholat wajib dan amaliayah mursyid,” jelas Habib Anwar.
Sementara itu, pendiri Popes Sirnarasa Panjalu, KH Abdul Gaos, mengatakan, pesantren yang telah berdiri sejak 1970-an ini menjadi salah satu Pesantren Sirnarasa yang berada di kaki Gunung Syawal, dan selalu diselimuti oleh dinginnya cuaca pegunungan. Hal inilah yang membedakan dengan pesantren lainnya.
Nama Sirnarasa sendiri diberikan oleh guru tercintanya, Abah Anom atau Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin. Di pesantren ini menerapkan sistem pengajian mulai kelas 1-4 dengan berbagai kitab kuning yang dipelajarinya.
Kebanyakan para santrinya berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa, Lombok dan Nusa Tenggara Barat. Mereka akan mendapatkan ilmu sesuai sistem pendidikan pengajian.
“Para santri di sini ingin menjadi pribadi yang soleh secara vertikal dan horizontal, turut perintah agama dan negara. Karena, mereka ingin dalam masa hidupnya terus optimis guna menyongsong masa depan dengan keyakinan yang teguh, dan menjadi manusia yang cageur, bageur lahir bathin,” kata KH Abdul Gaos. (Heri/R3/HR-Online)