Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Masyarakat Desa Pasirgeulis meyakini keberadaan Situs Batu Kendit di Blok Paliken, Desa Pasirgeulis, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, sebagai cikal bakal bentuk leuit atau lumbung padi.
Seperti diceritakan Budi Hartono, seorang juru kunci Situs Batu Kendit, Senin (06/08/2018), bahwa batu kendit adalah tempat bertemunya Dewi Samboja dengan utusan dari Kerajaan Galuh Pangauban, kala itu dipimpin oleh Prabu Haur Koneng. Namun, hingga sekarang nama utusan kerajaan tersebut tidak pernah dikenal.
Lanjut Budi, pada saat itu Dewi Samboja dalam keadaan panik menuju Kerajaan Galuh Pangauban, setelah Raden Anggalarang dibunuh kelompok Suraboma atau Bajo. Kepergiannya ke Galuh Pangauban untuk menemui orang tua Raden Anggalarang.
“Tapi karena harus melewati Kerajaan Kawasen yang merupakan salah satu Kerajaan di bawah kekuasaan Mataram, akhirnya Dewi Samboja enggan untuk melewatinya dan dia memilih untuk bermukim di Blok Paliken, menunggu kedatangan utusan dari Kerajaan Galuh Pangauban,” terang Budi.
Dalam kondisi demikian itu Dewi Samboja selalu merasa ketakutan dan curiga kepada setiap orang yang bertemu dengannya. Dirinya selalu selalu menyangka kalau orang-orang yang bertemu dengannya itu adalah mata-mata dari Suraboma atau Bajo.
Namun, pada akhirnya Dewi Samboja pun bertemu dengan salah satu utusan Kerajaan Galuh Pangauban. Ketika pertama kali bertemu dirinya tidak langsung percaya. Untuk meyakinkan bahwa seseorang benar-benar utusan Kerajaan Galuh Pangauban, maka Dewi Samboja menancapkan sebatang lidi di atas tanah dan menyuruh orang tersebut untuk mencabutnya.
Kemudian orang yang mengaku utusan Kerajaan Galuh Pangauban itu langsung mencabut lidi yang ditancapkan Dewi Samboja. Namun, setelah dicabut ternyata lidi itu memiliki akar berupa batu.
“Batu yang keluar dari lidi itu oleh masyarakat sekitar dinamakan Batu Paliken, lokasinya tidak jauh dari Situs Batu Kendit, yakni kurang lebih 20 meteran,” kata Budi.
Sejak pertemuan itu, Dewi Samboja dan utusan dari Kerajaan Galuh Pangauban menetap sampai berbulan-bulan, sambil menyusun strategi untuk membalas pada Suraboma atau Bejo atas kematian Raden Anggalarang.
Sementara itu, Eeng, warga setempat, menambahkan, saat Dewi Samboja dan utusan Kerajaan Galuh Pangauban menatap di Blok Batu Paliken, keduanya pun berpikir bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan pangan selama bermukim.
“Kala itu utusan Kerajaan Galuh Pangauban berpikir bahwa harus ada tempat penyimpanan padi, sehingga batu Situs Batu Kendit itu ditiru menjadi sebuah bangunan yang dibuatnya menggunakan kayu,” terang Eeng.
Sampai sekarang bangunan tersebut diikuti oleh masyarakat sebagai tempat penyimpanan padi yang diberi nama leuit atau lumbung padi. (Mad2/R3/HR-Online)