Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Keberadaan pohon cengkih terbilang sangat istimewa. Selain buahnya yang harganya sangat mahal, baik dijual basah maupun kering, daun cengkih juga bisa dijadikan komoditas barang yang bernilai tinggi.
Marwoto, warga Desa Kalijati, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, mengatakan, dirinya beserta istri sudah sejak 17 tahun lamanya menggeluti sampah daun cengkih. Bahkan, melalui pemanfaatan daun cengkih tersebut dirinya bisa menafkahi keluarga.
‘Awalnya saya belajar di daerah Jawa Tengah tentang pembuatan minyak cengkih. Setelah sekian lama, akhirnya saya mencoba untuk menekuni secara mandiri di Kalijati. Saya melihat potensi di Kalijati yang wilayahnya pegunungan yang banyak pohon cengkihnya. Dan Alhamdulillah sampai saat ini proses pembuatan minyak cengkih masih berjalan lancar,” jelasnya kepada Koran HR, Senin (13/08/2018).
Dalam pembuatan minyak cengkih, jelas Marwoto, proses dari daun menjadi minyak membutuhkan waktu sekitar 12 jam untuk perebutan. Daun yang dimasukan ke dalam sebuah wadah tersebut setelah direbus, air dan minyak cengkih disalurkan ke tempat penampungan melalui pipa. Dari saluran pipa tersebut, antara air dan minyak cengkih akan terlihat begitu jelas perbedaannya, yakni minyak cengkih terlihat berwana kekuning-kuningan dan air sisa rebusan tersebut berwarna putih.
“Saya membeli daun cengkih dari warga seharga Rp. 2 ribu untuk satu kilonya. Selain itu, kadang saya juga mencari sendiri di kebun cengkih milih warga,” imbuhnya.
Negara Indonesia, sambung Marwoto, merupakan salah satu Negara penghasil minyak cengkih terbaik di dunia. Untuk satu liter minyak cengkih sendiri, ia jual ke pengepul di Cilacap seharga Rp. 200 ribu.
“Nah manfaat minyak cengkih sendiri di antaranya bisa digunakan untuk obat pegel linu, sakit gigi serta untuk penyakit lainnya. Sementara minyak cengkih sendiri panasnya melebihi balsem,” pungkasnya. (Ntang/Koran HR)