Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Di tengah menurunnya semangat kebangsaan sebagian masyarakat Indonesia, mulai pergulatan ideologi antar aliran Islam, semakin hangatnya dinamika politik, hingga banyaknya persoalan yang belum tuntas diselesaikan Negara, membuat kepercayaan terhadap negara semakin berkurang.
Melihat kondisi itu, Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo, Kota Banjar, bakal membedah persoalan tersebut melalui bedah buku Fiqih Kebangsaan yang akan digelar Minggu (23/09/2018) mendatang.
Bedah buku Fiqih Kebangsaan karya Ahmad Muntaha, salah satu alumnus Ponpes Lirboyo, Kediri, Jawa Timur ini akan berlangsung dalam rangkaian Tahun Baru Islam 1440 H, Haul Pendiri Pesantren Citangkolo ke-21, dan Milad Pesantren ke-58. Sementara itu, penulis juga dikabarkan akan langsung hadir dalam kesempatan tersebut.
Panitia penyelenggara, Ahmad Bashiturrizal, mengatakan, kegiatan bedah buku itu merupakan upaya para santri untuk memberikan pemahaman soal relasi Islam dan kebangsaan. Hal ini sesuai dengan kondisi sekarang, yang mana Indonesia dihadapkan persoalan pertentangan antara agama dan negara.
“Ini masalah serius. Maka dari itu, perlu adanya argumen agama yang tepat, terutama yang kaitannya dengan ke-Indonesia-an,” katanya, kepada Koran HR, Selasa (18/09/2018).
Dalam bedah buku tersebut, lanjut Rizal, nantinya akan dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat, baik kalangan santri, pemuda, mahasiswa maupun masyarakat umum. Dengan begitu, unsur-unsur yang ada di masyarakat, terutama di Kota Banjar, bisa paham dan tahu soal relasi agama dan negara dengan baik. Sehingga, ke depannya tidak lagi mempersoalkan masalah tersebut.
“Jangan sampai kita jadi warga negara yang kagetan, atau gumunan (heran). Apalagi ketika kita melihat di media sosial yang begitu santer menyoal hubungan antara agama dan negara, apakah harus berjalan selaras atau berjalan masing-masing. Tentunya dalam bedah buku nantinya akan dibahas sampai tuntas,” tandas Ahmad.
Karena pentingnya hal tersebut, ia berharap siapapun bisa hadir dalam kesempatan itu untuk bersama-sama diskusi dan sharing pengetahuan soal kebangsaan. Sebab, di Negara yang multikultural ini sudah menjadi keharusan setiap warga negara paham dengan kondisi yang ada.
“Menjaga toleransi, memperkuat persatuan dan memupuk jiwa nasionalisme itu sangat perlu. Semoga saja upaya ini bisa menjadi pemicu masyarakat untuk bisa lebih lagi dalam mempertahan NKRI dari berbagai gangguan,” harap Ahmad.
Sementara itu, Ketua BEM STAIMA Banjar, Itmamul Atqiya, yang sekaligus selaku koodinator acara, menambahkan, bedah buku tersebut merupakan media transformasi pengetahuan soal keagamaan dan kebangsaan. Terlebih santri atau mahasiswa merupakan generasi penerus yang akan mengisi Indonesia ke depan.
“Sebagai mahasiswa sudah tentu kita dituntut untuk bisa menjawab berbagai persoalan zaman, apalagi santri. Maka dari itu, adanya kegiatan ini bagi kami merupakan salah satu ikhtiar untuk merawat negara tercinta kita ini,” tandasnya. (Muhafid/Koran HR)