Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Universitas Galuh (Unigal) menunjukkan kepeduliannya terhadap Kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Hal itu terungkap pada kegiatan Saresehan bertajuk “Disaster Risk Reduction of Gunung Sawal: Conserving Natural Environment”, Sabtu (06/04/2019), bertempat di Auditorium Kampus Unigal.
Ketua Panitia Saresehan, Dr. Ida Farida, SH.,MH., dalam keterangan resminya, mengungkapkan, kepedulian pihaknya dilatarbelakangi Keputusan Menteri Pertanian No. 420/KPTS/UM/7/1979 tertanggal 4 Juni 1979.
Keputusan Menteri Pertanian No. 420/KPTS/UM/7/1979 tertanggal 4 Juni 1979 tersebut berisi tentang penetapan kelompok Hutan Gunung Sawal sebagai Suaka Margasatwa Gunung Sawal (SMGS) dengan luas sekitar 5.400 hektar.
Gunung Sawal Terbagi Tiga Kawasan
Menurut Ida, kawasan Hutan Gunung Sawal terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Diantaranya, Hutan Suaka Margasatwa (dikelola BKSDA), Hutan Produksi (dikelola Perhutani) dan Hutan Rakyat (dikelola masyarakat).
“Selama kurun waktu 7 tahun (1996-2003), sekitar 546,39 hektar lahan mengalami perubahan fungsi. Dengan kata lain, setiap tahun perubahannya mencapai sekitar 78,056 hektar,” katanya.
Perubahan fungsi itu, kata Ida, diantaranya 271,35 hektar untuk lahan pemukiman dan 275,04 hektar berubah menjadi lahan pertanian basah. Di saat bersamaan, juga terjadi konservasi sebaliknya, lahan sawah menjadi pertanian lahan kering.
“Perubahan fungsi lahan sebaliknya ini terjadi hampir di angka 304,49 hektar,” katanya.
Pada kesempatan itu, Ida menambahkan, pihaknya mempersoalkan bahwa perubahan fungsi lahan tersebut menurunkan nilai manfaat ekologi. Antaralain, fungsi sebagai pengatur air, pengendali erosi, peredam limpasan permukaan dan pengatur kesuburan tanah.
Ida menegaskan, Gunung Sawal merupakan daerah tangkapan air bagi penduduk di wilayah Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya. Gunung Sawal juga merupakan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy.
“Ini tentunya memiliki arti penting bagi penyangga kehidupan daerah sekitarnya,” katanya.
Gunung Sawal Habitat Satwa Liar
Kawasan ini juga, lanjut Ida, merupakan habitat yang baik bagi kehidupan satwa liar, sehingga perlu pembinaan agar kelestariannya bisa dijaga. Selain itu, juga bisa dimanfaatkan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, budaya dan penelitian.
Ida menjelaskan, kegiatan saresehan yang digelar pihaknya dimaksudkan untuk reorientasi pengelolaan kawasan suaka margasatwa Gunung Sawal.
“Upaya ini melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan memperhatikan aspek konservasi, pelestarian lingkungan dan kepentingan ekonomi masyarakat sekitar,” katanya. (Deni/R4/HR-Online)