Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),– Selama tahun 2019 angka stunting balita di Pangandaran, Jawa Barat, tercatat ada 344 kasus. Angka tersebut tersebar di 15 Puskesmas yang ada di 10 Kecamatan se-Kabupaten Pangandaran.
Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh pada tubuh dan otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang cukup lama. Akibatnya, anak tumbuh lebih pendek dari anak-anak normal seusianya. Selain itu, gejala stunting yang lain adalah anak memiliki keterlambatan dalam berpikir.
“Jumlah balita se Kabupaten Pangandaran tahun 2019 tercatat 26.875, jika dipersentasekan angka kasus stunting balita dengan jumlah balita, hanya tercatat 1,28 persen,” kata Nani Yuningsih, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga di Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran, Kamis (22/08/2019).
Kasus stunting balita di Pangandaran tersebut meliputi kategori bayi pendek dan sangat pendek. Sebarannya, kata Nani ada di Puskesmas Kalipucang sebanyak 94 kasus, Puskesmas Parigi 34 kasus, Puskesmas Selasari 27 Kasus, Puskesmas Cijulang 13 kasus, dan Puskesmas Cimerak 6 orang
Sementara di Puskesmas Legokjawa ada 19 kasus, Puskesmas Cigugur 14 kasus, Puskesmas Langkaplancar 5 kasus, Puskesmas Jadikarya 3 kasus, Puskesmas Padaherang 3 kasus.
Selain itu, di Puskesmas Sindangwangi terdapat 29 kasus balita stunting, Puskesmas Pangandaran 43 kasus, Puskesmas Sidamulih 21 kasus, Puskesmas Cikembulan 13 kasus dan Puskesmas Mangunjaya 19 kasus.
“Dengan demikian berdasarkan data yang kami catat, kasus stunting balita terbanyak di Kabupaten Pangandaran ada di Puskesmas Kalipucang,” kata Nani.
Namun, menurut Nani jika dilihat dari persentase maupun jumlah kasus stunting balita di Pangandaran, tahun 2019 tercatat ada penurunan jumlah kasus. Hal ini jika dilihat pada tahun 2018 jumlah kasus stunting balita tercatat ada 717 yang terdiri dari bayi pendek dan sangat pendek dengan persentase 2,65 persen dari jumlah balita kesuluruhan sebanyak 27.011.
Sementara pada tahun 2017 jumlah kasus stunting balita di Pangandaran tercatat ada 508 terdiri dari bayi pendek dan sangat pendek dengan persentase 1,86 persen dari jumlah balita keseluruhan 27.243.
Karena itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran Yani Ahmad Marzuki mengatakan, kasus stunting balita di Pangandaran tersebut masih tergolong kecil.
“Persentase Kabupaten Pangandaran masih berada di bawah garis target Provinsi Jawa Barat, yakni masih di bawah 20 peresn,” kata Yani.
Namun, lanjut Yani, Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai antisipasi kasus balita stunting di Pangandaran dengan meningkatkan pelayanan kepada ibu hamil. Diantaranya pemberian tablet tambah darah dan pemberian makanan tambahan.
“Penanganan kasus stunting balita juga kami lakukan berdasarkan Surat Edaran Bupati Pangandaran yang ditangani lintas OPD,” katanya.
Sementara pencegahan agar tidak terjadi kasus stunting balita maka penanganan dilakukan sejak anak masih berada dalam kandungan.
“Waktu paling tepat untuk mencegah dan mengantisipasi kasus stunting balita diantaranya dengan memberikan asupan gizi sejak 1000 hari pertama lahir,” terang Yani. (Ceng2/R7/HR-Online)