Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),– Karena tak ada sumber makanan di dalam hutan, kawanan monyet ekor panjang di kawasan objek wisata Karangkamulyan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, kerap menjarah dagangan milik pedagang di sekitar kawasan wisata.
Tidak adanya sumber makanan untuk monyet di dalam hutan ditenggarai lantaran saat ini musim kemarau.
Menurut pengakuan beberapa pedagang, ulah mereka menjarah makanan ini sudah terjadi lebih dari beberapa minggu terakhir
“Tentu kami dirugikan, karena bukan sekali dua kali kawanan monyet mencuri dagangan kami,” ujar Nina, pemilik warung.
Kata dia, kawanan monyet itu turun dari pohon lalu mengambil makanan di warung.
“Makanan yang mereka ambil seperti kopi, mi rebus, nasi, minuman juga,” ucapnya.
Kata dia, selain warung yang jadi sasaran, kawanan monyet tersebut keliaran ke kebun dan lahan pertanian warga di sekitar Situs Ciung Wanara.
“Karena musim kemarau jadi makanan di hutan sedikit, sedangkan monyetnya banyak. Akhirnya sekarang monyet-monyet itu berani turun dan menghampiri warung,” katanya.
Perilaku kawanan monyet yang menjarah dagangan juga dikeluhkan pedagang lainnya Ny Kayah.
Kata dia, musim kemarau panjang ini gerombolan monyet sering keluar hutan menuju perkebunan warga. Namun, sejauh ini, monyet tidak sampai mendatangi rumah warga.
“Saya selalu mengingatkan kepada pengunjung yang datang ke situs untuk tidak menenteng makanan, soalnya monyet akan merebut makanan tersebut. Sebaiknya makanan disimpan di kantong tas atau saku,” jelasnya.
Kayah mengungkapkan, guna meminimalisir kerugian, pedagang memiliki cara mengusir kawanan monyet, caranya menaruh boneka anjing di depan warung. Pasalnya, mengusir menggunakan tongkat, tak membuat mereka takut.
Sementara itu, Kepala Desa Karangkamulyan, M Abdul Haris, mengaku, pihaknya sudah mengetahui soal perilaku kera menjarah dagangan pedagang di kawasan situs Ciung Wanara.
Dia memprediksi, jumlah kawanan monyet di obyek wisata Karangkamulyan sudah over populasi.
Pihaknya berharap aparat terkait untuk mendata jumlah monyet di kawasan situs budaya ini.
“Harus didata dengan benar, apakah makanan di hutan cukup untuk kawanan monyet itu atau jumlah monyet lebih banyak daripada jumlah makanan,” ujar Haris.
Dia sempat mendengar bahwa, dulu jumlah monyet hanya 100 ekor. Namun saat ini diperkirakan sudah bertambah banyak.
Dalam upaya mengembalikan perilaku monyet agar tidak memakan makanan manusia, pihaknya sudah melakukan upaya dengan menanam banyak pohon yang buahnya bisa jadi makanan monyet. Namun pohonnya pada mati karena bibitnya dicabuti oleh kawanan monyet itu.
“Monyetnya justru malah merusak pohon yang kita tanam, jadi memang harus ada upaya pendataan dari Balai Konservasi, lalu ditentukan langkah selanjutnya,” tandasnya.(Jujang/R7/HR-Online)