Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Ratusan calon mahasiswa STAIMA Kota Banjar, mengikuti pembukaan Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan (PBAK) di Aula STAIMA, Selasa (03/09/2019).
PBAK yang merupakan tahap awal calon mahasiswa mengenal kampus tersebut berlangsung selama 3 hari, terhitung sejak Selasa-Jum’at (03-06/09/2019). Sementara itu, di penghujung kegiatan, calon mahasiswa bakal melakukan bakti sosial berupa pemberian bantuan kepada warga kurang mampu yang ada di sekitar kampus.
Ketua Panitia, Awwal Muzaki, mengatakan, PBAK adalah pintu utama calon mahasiswa untuk bisa mengikuti kegiatan perkuliahan di STAIMA. Melalui agenda tersebut, diharapkan nantinya mereka mengenal lingkungan kampus.
Ia juga menjelaskan, dalam dunia mahasiswa, sudah semestinya mahasiswa harus mampu berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Apalagi ilmu yang membawa dampak baik bagi masing-masing mahasiswa.
“Ketika sudah resmi menjadi mahasiswa, maka budaya yang perlu dibangun adalah budaya mahasiswa yang lekat dengan pengetahuan, haus akan ilmu, serta rajin berdikusi pengetahuan. Sehingga, harapannya nanti setelah lulus tidak lagi bingung mencari sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari,” tandas Awwal.
Di lokasi yang sama, Pengasuh Ponpes Miftahul Huda Al Azhar Kota Banjar, KH. Mu’in Abdurrohim, mengatakan, dirinya menekankan agar para mahasiswa lebih fokus pada belajar selama di kampus. Ia pun meyakinkan, ketika mahasiswa rajin belajar maupun berdikusi dalam hal pengetahuan bakal membawa dampak yang baik setelah lulus nanti.
“Mahasiswa itu jangan harap jadi apa-apa, tapi harus belajar apa saja agar nanti serba bisa,” tegas KH. Muin, di hadapan ratusan calon mahasiswa STAIMA.
Ia juga berpesan, ada tiga misi besar yang perlu dilaksanakan oleh mahasiswanya, yakni keharusan menjalankan dan menguasai ajaran agama Islam sebagaimana yang dibawa Rosululloh SAW.
“Jika nabi dalam berdakwah selalu menggunakan konsep kedamaian, maka kita juga harus mengikutinya. Termasuk masalah budaya, itu bukan musuh Islam, tapi budaya itu sebagai media kita untuk berdakwah. Jadi, kita harus benar-benar mencontoh Rosul dalam menyebarkan Islam dengan narasi kedamaian,” tegasnya.
Kedua, lanjut KH. Mu’in, para mahasiswa diharuskan untuk punya rasa memiliki terhadap Negara, sehingga mahasiswa berkewajiban bersama-sama menjaga Negara. Menurutnya, jika hal tersebut tidak dilakukan, maka Negara berpotensi hancur lantaran warganya tidak memiliki rasa kecintaan terhadap negerinya.
“Kita lihat sendiri bagaimana paham radikal masuk ke Negara-negara di Timur Tengah. Paham yang menegasikan nasionalisme, kini kondisinya seperti apa. Hancur. Mau beribadah saja tidak tenang. Nah, jangan sampai di kita terjadi seperti itu. Makanya kita harus benar-benar merapatkan barisan untuk menjaga negeri kita ini,” jelasnya.
Terakhir, pesan KH. Muin, mahasiswa yang juga sebagai warga Negara, harus bersama-sama mengurus masalah ekonomi. Hal itu menjadi penting karena ekonomi adalah pondasi dasar dalam mempertahankan kehidupan. “Jika ekonomi kita tidak kuat, maka kita akan mudah goyah, dan itu sangat berpengaruh besar terhadap masa depan kehidupan suatu bangsa,” pungkasnya. (Muhafid/Koran HR)