Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Seorang pengrajin limbah asal Dusun Cijalu, Desa Langkaplancar, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran berhasil mengolah limbah menjadi rupiah.
Jured, sapaan akrabnya, mengaku tergerak hatinya untuk memanfaatkan limbah kayu serta tempurung kelapa yang terbuang sia-sia dan hanya dijadikan bahan bakar saja.
“Saya mencoba memanfaatkan limbah ini agar memiliki nilai ekonomi,” katanya kepada Koran HR, Selasa (3/9/2019).
Jured menambahkan, limbah kayu yang digunakannya seperti kayu mahoni, jati hingga kayu nangka. Jenis kayu tersebut di masyarakat kerap digunakan sebagai kayu bakar.
“Daripada hanya terbuang percuma, saya kemudian mencoba memanfaatkan limbah kayu dan tempurung kelapa untuk pembuatan ulekan, coet, gelas, poci dan alat dapur lainnya,” ujarnya.
Ia mengatakan, limbah-limbah kayu tersebut juga dapat diolah menjadi berbagai kerajinan unik dan bernilai ekonomi tinggi.
“Memang dalam proses pembuatannya harus telaten, apalagi ini dilakukan manual. Walaupun begitu, kualitas hasil tetap nomor satu,” imbuhnya.
Dari kerajinan tangannya, lanjut Jured, kini sudah mulai banyak peminat, bahkan pemesan yang datang dari luar daerah, seperti Ciamis dan Tasikmalaya.
“Insya Allah, kalau jadi, ada pesanan dari beberapa instansi di wilayah Kabupaten Pangandaran. Untuk harga tentunya beragam, sesuai dengan tingkat kerumitannya. Untuk satu set poci kopi dan 3 gelas dihargai sekitar Rp.150.000,” pungkas Jured.
Sementara itu, Ketua DPRD Pangandaran, Asep Nurdin, mengatakan, kerajinan berbahan limbah kayu dan tempurung kelapa harus terus dikembangkan lagi. Selain akan berefek terhadap perekonomian masyarakat, juga akan mengurangi penggunaan alat alat minum dari bahan plastik.
“Selain unik, kerajinan limbah berbahan kayu dan tempurung ini juga mempunyai nilai seni yang tinggi,” ujarnya.
Bahkan, kata Asep, dirinya akan menggunakan di ruang kerjanya, termasuk akan menginisiasi agar semua ruangan DPRD Pangandaran menggunakan hiasan produk lokal.
“Ke depan saya akan langsung melihat cara pembuatannya dan saya sarankan untuk bekerjasama dengan Bumdes di desanya agar kerajinan seperti ini menjadi industri rumahan,” pungkasnya. (Enceng/Koran HR)