Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) di Kota Banjar menjadi momen tersendiri bagi kalangan santri dan lembaga pendidikan pondok pesantren, untuk mengenalkan kisah perjuangan dan refleksi peran lembaga pondok pesantren, dalam kiprahnya mengembangkan pendidikan karakter bagi para santri.
Hal itu dikatakan Ketua Forum Pondok Pesantren Kota Banjar, K.H. Badar Ismail, kepada Koran HR, saat ditemui usai upacara peringatan Hari Santri Nasional tingkat Kota Banjar, di Taman Kota Lapang Bhakti Banjar, Selasa (22/10/19).
“Yang perlu ditekankan dan dikenalkan adalah akidah ahlussunah wal jamaah yang ditanamakan kepada para santri, dan yang kedua kecintaan terhadap tanah Air Indonesia,” tandasnya.
Badar Ismail juga menegaskan, kemerdekaan negara Indonesia telah ditebus dengan berjuta nyawa, darah para syuhada dan ulama, sehingga para santri harus tahu bahwa para ulama pun turut memberikan sumbangsih dalam kemerdekaan ini.
Selain itu, para santri dan lembaga pondok pesantren pun sampai saat ini masih terus eksis mengisi cita-cita kemerdekaan Indonesia, salah satunya melalui bidang pendidikan. Sudah banyak pendidikan formal di pondok pesantren, dan kegiatannya pun sudah menyesuaikan dengan kebutuhan pendidikan di era kekinian.
Ia menyebutkan, ada sebanyak 46 pondok pesantren yang terdata di Kementerian Agama (Kemenag) Kota Banjar. Dari jumlah tersebut, sebagian pondok pesantren sudah berkolaborasi dengan pendidikan formal. Jadi sudah tidak ada lagi ketimpangan dalam lembaga pendidikan pesantren.
“Sekarang sudah tidak lagi ada istilah pondok pesantren ketinggalan, karena pesantren sudah bisa mengikuti zaman. Bahkan, dalam lingkungan pesantren, ilmu pengetahuan umum dan agama sudah dikaji secara seimbang,” kata Badar Ismail, yang juga sebagai pengasuh Ponpes Darul Ulum Kota Banjar.
Ia pun mencontohkan, sebagai penunjang pendidikan, saat ini di beberapa pondok pesantren pun sudah terintegrasi dengan digital, sehingga tidak tertinggal dan terbelakang lagi.
Adapun kaitannya denga resolusi jihad, lanjut Badar, bahwa dulu yang mendengungkan resolusi jihad adalah KH. Hasyim Asy’ari, dan sampai sekarang semangat ajaranya masih ada dan diajarkan juga di berbagai pesantren.
“Tapi yang lebih penting dari peringatan ini adalah penanaman pendidikan karakter, dan akhlak bagi para santri. Yang paling pokok adalah akhlakul karimah. Walaupun ilmunya tinggi, jika akhlaknya tidak baik itu sama saja tidak ada artinya. Syukur-syukur baik ilmunya, juga baik akhlaknya,” jelasnya.
Pihaknya berharap, penetapan Hari Santri yang baru empat tahun dan sudah menjadi agenda nasional ini, kedepan pemerintah bisa memfasilitasi dan saling bersinergi dengan para tokoh pondok pesantren agar acara gebyar Hari Santri bisa lebih meriah. (Muhlisin/Koran HR)