Penyakit Demensia Punya Korelasi dengan masalah Buta Huruf. Hasil penelitian para ilmuan mengungkapkan, orang yang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis berpeluang 3 kali lebih besar mengidap penyakit demensia.
Demensia sendiri merupakan penyakit yang umumnya menyerang orang tua atau lansia. Berikut ini hasil penelitian yang menunjukkan bahwa efek buta huruf bisa meningkatkan risiko mengidap penyakit demensia.
Kemampuan Baca dan Tulis
Jennifer J. Manly, Ph.D, peneliti dari Universitas Columbia, dalam jurnal American Academy of Neurology, mengungkapkan, mereka yang tidak pernah belajar membaca dan menulis memiliki tingkat risiko tiga kali lebih besar mengidap demensia.
Demensia merupakan penyakit dimana gejala yang dialami diantaranya seperti kehilangan ingatan, perubahan kepribadian, perubahan cara berpikir dan berkurangnya kemampuan bernalar. Sehingga akan mempengaruhi kemampuan bersosialisasi, gaya hidup atau aktifitas sehari-harinya.
Dalam penelitian itu, peneliti mengamati orang-orang yang mengidap demensia dengan tingkat pendidikan rendah. Korespondenya, yakni 983 peserta yang berusia rata-rata 70 tahun ke atas dengan pengalaman sekolah kurang lebih 4 tahun.
Secara teknis penelitian dilakukan dengan membagi dalam dua kelompok. Yakni kelompok yang memiliki kemampuan baca tulis dan yang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis.
Risiko Buta Huruf Lebih Besar
Hasil penelitian dari peserta yang pada awal penelitian tidak mengalami demensia. Setelah tindak lanjut empat tahun kemudian, 48 persen peserta yang buta huruf ternyata mengidap demensia. Hal itu berbeda dengan 27 persen dari kelompok yang tidak buta huruf.
Mereka yang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis, hampir tiga kali lebih tinggi mengidap demensia. Daripada mereka yang memiliki ketrampilan membaca dan menulis.
Salah satu penyebab turunnya kemampuan otak adalah mereka yang buta huruf memiliki tingkat fungsi kognitif yang rendah dari pada yang tidak buta huruf. Dari sini dapat disimpulkan bahwa, efek buta huruf akan lebih besar meningkatkan risiko mengidap demensia.
Penemuan ini adalah salah satu studi jangka panjang pada proses penuaan manusia. Manly, menuturkan, studi ini akan berimplikasi pada kebijakan pemerintah. Khususnya dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakan pendidikan.
Melek Huruf
Upaya peningkatan melek huruf lebih awal, bagi anak-anak dan orang dewasa, akan melindungi kesehatan otak atau menjaga otak untuk selalu bekerja secara sehat.
Menurut Manly, membaca dan menulis akan memberi efek poitif pada otak. Hal ini sebagaimana ketika berolahraga, maka akan berefek positif pada kesehatan dan kebugaran tubuh.
Pendidikan merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia. Pendidikan adalah salah satu bentuk perilaku hidup sehat yang harus diterapkan, baik untuk individu maupun keluarga.
Apabila pendidikan telah merata dan dilakukan secara menyeluruh, maka kesejahteraan manusia akan tinggi. Penyakit akan sedikit-demi sedikit berkurang.
Efek buta huruf ternyata membawa efek negatif bagi kehidupan manusia, salah satunya penyakit demensia. Untuk itu, di zaman yang berkembang pesat ini, buta huruf harus segera dikurangi agar bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Deni/R4/HR-Online)