Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Ratusan pengrajin piring lidi di Dusun Wanasari, RT 03 RW 03, Desa Ciherang, Kecamatan Banjarsari, mengaku sejak lama kesulitan menjual hasil kerajinan. Kondisi itu mengakibatkan roda perekonomian masyarakat menjadi tersendat.
Rudi, salah seorang pengrajin, saat ditemui Koran HR, Selasa (21/01/2020), mengatakan, sejak 10 tahun dirinya menggeluti usaha pembuatan piring lidi, belum pernah mendapatkan perhatian serius dari pemerintah, khususnya terkait permodalan maupun pemasaran.
“Sejak kami menggeluti usaha ini, belum satu kali pun mendapatkan bantuan atau support dari pemerintah, terutama permodalan dan pemasaran. Sehingga para pengrajin hanya bisa berjalan di tempat tanpa ada kemajuan,” katanya.
Menurut Rudi, lebih dari 200 pengrajin di wilayah Dusun Wanasari menggantungkan hidup dari usaha kerajinan piring lidi. Namun seiring waktu terus berjalan, penghasilan mereka hanya mampu mencukupi sebagain kebutuhan. Sehingga dirinya dan ratusan pengrajin lainnya berharap agar pemerintah bisa memberikan solusi.
“Selama ini kami hanya bisa menjual kepada pengepul dengan harga yang tidak menentu. Untuk saat ini saja, piring lidi karya kami hanya dibeli Rp. 1.050 perbijinya. Itupun harus dibayar belakangan atau diutang selama dua minggu. Dan jika dibayar cash, maka piring hasil karya kami ini hanya dihargai sebesar Rp. 900,” katanya.
Perubahan harga juga kadang terjadi, sehingga para pengrajin merasa kerepotan. Maka dari itu, pengrajin membutuhkan sekali perhatian dari Pemerintah Kabupaten Ciamis, agar nasib pengrajin bisa lebih baik lagi.
Senada dengan itu, Yanto, warga Dusun Wanasari, mengaku menggeluti usaha pembuatan piring lidi tersebut sejak tahun 2009. Namun sejak itu, pemasaran piring lidi ini masih dimonopoli oleh bandar sekitar, sehingga pengrajin mengalami ketimpangan ekonomi.
“Sudah lama harga piring lidi terus merosot hingga 900 rupiah perbijinya. Padahal saat harga normal, piring lidi buatan kami ini bisa mencapai harga 2.100 rupiah perbijinya. Ini entah permainan bandar atau apa, yang jelas kami saat ini perlu perhatian dari pemerintah, terutama solusi tentang pemasaran,” terangnya.
Selain kesulitan menembus pasar, para pengrajin juga mengaku kesusahan untuk mendapatkan bahan baku. Saat ini kebutuhan bahan baku lidi untuk pembuatan piring tersebut mereka dapatkan dari wilayah Pangandaran dengan harga lumayan tinggi. (Suherman/Koran HR)