Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Puluhan pegiat festival berbasis masyarakat dari berbagai daerah yang tergabung dalam jaringan Begawai Nusantara meluncurkan festival kebudayaan yang diawali di Desa Sidaharja, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis yang bertajuk Lakbok Ngaliwet.
Dalam peluncuran festival kebudayaan berbasis masyarakat ini, diawali dengan kegiatan ngobeng atau mencari ikan di kolam bersama warga, dilanjutkan bedah buku Berkunjung ke Rumah Sendiri yang diterbitkan Yayasan Umar Kayam, ngaliwet serta hiburan dengan menampilkan kesenian tradisional ronggeng.
Direktur Yayasan Umar Kayam, Kusen Alipahadi, mengatakan, belasan festival kebudayaan yang ada di Indonesia bergabung dalam jaringan Begawai Nusantara ini, seperti Dayak Pitap dan Festival Rungkuk Meratus di Kalimantan maupun festival Layang Lakbok.
“Rencananya di tahun 2020 ini kita akan menggelar kembali dan peluncurannya dimulai dari Lakbok ini,” kata Kusen, Sabtu (22/2/2020) malam.
Berkaitan dengan buku Berkunjung ke Rumah Sendiri, kata Kusen, berisi tentang bagaimana perjalanan jaringan Begawai Nusantara serta sejumlah festival yang berbasis warga dan sudah digelar beberapa tahun terakhir, termasuk tentang Layang Lakbok di dalamnya.
“Jadi dalam jaringan ini kita itu saling berkunjung satu sama lain, kebetulan sekarang yang kebagian adalah Lakbok. Kami bersama teman-teman dari Aceh, Sumatera dan lainnya di sini saling berbagi pengalaman dan pengetahuan soal bagaimana festival berbasis masyarakat itu bisa terlaksana,” katanya.
Kepala Desa Sidaharja, Marjono, mengapresiasi adanya jaringan Begawai Nusantara ini. Sebab, melalui para pegiat festival yang salah satunya ada di Lakbok bisa memberikan energi positif kepada masyarakat Sidaharja melalui kegiatan Festival Layang Lakbok yang sudah 2 kali berlangsung.
“Sebelumnya kami seolah tak percaya dengan sebuah kegiatan kesenian dan kebudayaan bisa menjadi magnet banyak orang hingga berdampak pada pembangunan di desa kami. amun setelah para anak muda ini meyakinkan saya dan melaksanakannya, Alhamdulillah responnya luar biasa, bahkan Gubernur serta ribuan desa datang ke sini,” kata Marjono dalam kesempatan bedah buku.
Ia menambahkan, pembangunan fisik yang biasa dilakukan pemerintah bisa dilakukan oleh siapa saja asalkan dengan anggaran yang memadai. Namun untuk pembangunan SDM masih menjadi kendala, terutama bagi pemerintahan desa. Karena itu, keberadaan jaringan ini sangat disambut baik karena berkontribusi meningkatkan SDM masyarakat melalui jalan seni dan kebudayaan.
“Manfaat secara ekonomi tentu dari setiap kegiatan bisa dirasakan oleh masyarakat Lakbok secara umum. Kita sangat berterima kasih dan harapannya terus bersama-sama untuk membangun SDM masyarakat,” ungkap Marjono.
Sementara itu, Seniman Ciamis, Didon Nurdani, juga mengapresiasi keberdaan jaringan ini telah merangkul para pemuda di Ciamis, terutama di Lakbok.
Dari buku yang diterbitkan Yayasan Umar Kayam ini, ia merasa telah menemukan sesuatu yang selama ini ia cari dari kegiatan Nyiar Lumar di Kawali yang sudah 22 tahun berlangsung.
“Saya sangat bersyukur sekali dengan adanya buku ini, dan saya menemukan lagi lumar atau jamur cahaya. Meski bagi saya judul buku ini agak satir, yakni berkunjung ke rumah sendiri. Alhamdulillah saya tercerahkan dari buku ini,” kata Didon.
Ia menambahkan, dalam sebuah festival paling penting adalah sebuah perjumpaan, bagaimana di antara para pegiat maupun pengunjung saling berbagi, saling bertukar pikiran serta lainnya.
“Bagi kami, festival itu bukan hanya pada saat tergelar saat berlangsung. Namun, bagi kami festival itu sudah berlangsung sekitar 3 bulan sebelum acara berlangsung. Sebab, di situ kita berinteraksi langsung bersama masyarakat. Adanya jaringan ini kami sangat bergembira,” pungkasnya. (Muhafid/R6/HR-Online)