Berita Banjar (harapanrakyat.com),- Hasim Asyari (34), pria asal Brebes, Jawa Tengah terbilang cukup sukses menjadi penjual nasi goreng di wilayah Bojongkantong, Kecamatan Langensari, Kota Banjar. Hampir setiap malam ia mampu menjual sekitar 100 porsi lebih nasi goreng.
Kesuksesan berjualan nasi goreng tersebut tak semudah yang dibayangkan. Hasim harus menunggu sekitar 2 tahun hingga pelanggannya mulai mengenal berbagai menu yang ditawarkan.
Saat ditemui Koran HR di lapaknya yang dikenal bernama Nasi Goreng Tower ini, Hasim menuturkan bahwa dirinya berjualan nasi goreng di wilayah Bojongkantong sudah 9 tahun. Bahkan, terbilang paling lama wilayah tersebut.
“Dulu saya mangkalnya di perempatan pasar, tapi cuma sebentar di sana. Kemudian pindah ke depan ini yang sekarang sudah dibangun rumah. Memang di sekitar sini terus saya dagangnya di sekitar tower, makanya dikenal nasgor tower,” tutur Hasim, Senin (24/02/2020).
Sebelum bergelut di dunia kuliner ini, Hasim mengaku awal mulanya adalah seorang pekerja bangunan di sebuah proyek di Jakarta. Suatu waktu, ia mendapatkan pekerjaan ikut proyek di Arab Saudi selama 2 tahun.
Saat di Arab, Hasim mengaku sering membantu koki memasak untuk para pekerja, sehingga meski dirinya pekerja proyek, tapi kebagian bantu-bantu memasak.
“Nah, saat itu kan masaknya banyak menu, saya jadi belajar bagaimana meracik bumbu hingga memasak sesuatu. Berkat pengalaman itu, saya jadi terlatih dalam hal memasak. Bahkan, kalau ada kesempatan buka restoran sebenarnya sih sudah bisa,” ujarnya.
Awal mula dirinya berdagang yaitu sejak menikah dengan istrinya yang merupakan warga Bojongkantong. Pada saat itu Hasim mengaku merogoh modal sebanyak Rp 4 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli berbagai perlengkapan dan kebutuhan dagang.
Sementara, saat mengawali dagangannya itu, ia hanya mempersiapkan sekitar 1 kilogram telur untuk nasi goreng maupun mie goreng dan lainnya. Namun, seiring berjalannya waktu, sekitar 2 tahun setelah itu ia mulai merasakan banyak pelanggan yang sudah kenal dengan masakannya.
Bahkan dalam semalam, dagangannya bisa menghabiskan sekitar 5 kilogram telur atau sekitar 100 porsi nasi goreng dengan harga Rp 12 ribu per porsinya.
“Alhamdulillah, hasilnya selain untuk memenuhi kebutuhan anak saya yang sudah 3 dan istri saya. Adik saya juga dikuliahkan di Jogja dari hasil dagang nasi goreng ini. Meski tanggungan kalau dibayangkan besar, tapi kalau dinikmati ya kita santai saja,” ucapnya.
Dalam hal menjaga pelanggannya supaya tetap setia, Hasim memegang prinsip pelayanan terhadap pelanggan adalah nomor satu. Sebab, kunci dagang adalah di pelanggan.
Keberadaan kompetitor penjual nasi goreng yang ada di jalur Jalan Raya Banjar-Langensari di wilayah Bojongkantong, tidak menjadi persoalan bagi usahanya itu. Ia justru mendapatkan banyak pelanggan baru.
“Banyak saingan bagi saya tidak jadi soal, malahan jadi banyak pelanggan baru. Alhamdulillha, rezeki sudah ada yang mengatur. Nama nasi goreng tower ini juga pemberian pelanggan, jadi kita ikut saja bagaimana sukanya pelanggan. Sebab, pelanggan itu kan harus dilayani dengan baik,” pungkasnya. (Muhafid/Koran-HR)