Kamis, Desember 7, 2023
BerandaBerita TerbaruKisah Sukarno dengan Gadis Belanda, Cinta Ditolak Berbuah Merdeka

Kisah Sukarno dengan Gadis Belanda, Cinta Ditolak Berbuah Merdeka

Hanya sedikit orang yang mengetahui kisah cinta Sukarno dengan Mien si gadis Belanda. Padahal jika kita mengetahui peristiwa ini, maka hal ini akan membantu kita memahami peristiwa-peristiwa penting lainnya seputar Sukarno.

Pada saat itu Sukarno mencintai Mien, sementara Mien mengiyakan Sukarno ketika menyatakan cinta kepada dirinya. Akan tetapi Sukarno ditolak oleh keluarga Mien yang notabene dari kalangan ras kulit putih (Belanda).

Baca Juga: Kisah Cinta Soekarno dengan Ratna Sari Dewi yang Penuh Romantis

Sukarno pun menceritakan bagaimana kisah ini berlalu begitu saja, dan suatu ketika ada cerita menarik, yaitu semenjak Sukarno menjadi presiden, ia dipertemukan kembali dengan Mien.

Saat itu Sukarno pangling melihat Mien yang tampil begitu berbeda dari yang Sukarno kenal. Mien mengingatkan Sukarno masa lalu yang indah bersamanya. Namun Sukarno hanya melemparkan senyumnya yang ketus begitu saja.

Awal Kisah Cinta Sukarno dengan Mien

Mien Hessels begitu nama lengkap si gadis Belanda yang pernah ditaksir Sukarno. Awal mula Sukarno mengenal Mien ketika mereka berada dalam satu sekolah yang sama di Hogere Burger School  (HBS) Surabaya.

Pertemuan ini menjadi sebuah kisah menarik Sukarno ketika dirinya menaksir perempuan Belanda yang sangat cantik. Sukarno sering menggambarkan sosok Mien sebagai perempuan Eropa yang sangat sempurna.

Sukarno menyebut Mien dengan sebutan Si Gadis Belanda yang anggun, kulitnya putih lembut bagai kapas, rambutnya kuning ikal, dan pipinya merah mawar.

Baca Juga: Kisah Bung Karno Saat Jadi Seniman Teater dan Penulis Naskah Drama

Sukarno begitu tergila-gila kepada Mien si Gadis Belanda yang teramat cantik, kemana Sukarno pergi Mien selalu diajak, dan dibonceng dengan sepeda.

Akan tetapi rasa itu berubah seiring Sukarno mengetahui bagaimana reaksi bapak Mien ketika ia berkunjung dan bertemu keluarga Mien di rumahnya.

Bapak Mien menolak Sukarno dengan alasan pribumi dilarang memadu kasih dengan seorang anak Belanda, terkecuali orang Belanda yang menikahi perempuan pribumi yang kerap disebut “Gundik”.

Hal ini sangat menyakitkan bagi Sukarno sekaligus menjadi landasan semangat dirinya untuk cepat merdeka dan bebas dari belenggu penjajahan Belanda.

Baca Juga: Presiden Soekarno Wafat, Hari-hari Terakhir Sang Proklamator yang Tragis

Sakit Hati Sukarno Dilampiaskan pada Klub Diskusi Kemerdekaan di Sekolah

Ketika Sukarno sakit hati karena perlakuan keluarga Mien yang menilai rendah seorang pribumi, kini ia lampiaskan itu dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang dirancang lewat diskusi di sekolah ketika menjadi murid HBS Surabaya.

Seperti dikutip dari Walentina Waluyanti De Jonge dalam bukunya yang berjudul “Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen” (2013: 8), semasa Sukarno sakit hati karena tersinggung oleh orang tua Mien, terdapat satu hal yang bisa disebut semacam “tanda” bahwa dirinya kelak bisa “membalas dendam” keluarga Mien yang merendahkan pribumi.

Menurut Walentina Waluyanti De Jonge, Sukarno remaja rupanya suka memancing debat tentang tema-tema diskusi berbau kemerdekaan. Kegiatan itu konsisten dilakukannya semasa di HBS Surabaya.

Siswa yang diajak berdebat oleh Sukarno biasanya yang bisa mengimbangi argumentasinya, tentu tidak sembarang orang, karena Sukarno tergolong murid yang pandai.

Walentina pun menyebut ketika Sukarno sedang berdebat maka akan kontan berbicara lancar dan berapi-api, dengan argumentasinya yang kuat dan bahasa Belanda yang sempurna. Tak ada yang menyangkal bakat Sukarno sebagai orator, rupanya hal ini sudah terpupuk sejak dibangku HBS.

Presiden Sukarno dan Pertemuannya dengan Mien di Rumah Perawatan Anak

Setelah Sukarno memproklamasikan kemerdekaan, dan menjadi Presiden RI pertama, membuat dirinya sibuk mengunjungi berbagai tempat di Indonesia guna mengetahui kondisi rakyatnya.

Akan tetapi dari hal ini membuat Sukarno temangu ketika dipertemukan dirinya dengan Mien si gadis Belanda yang tak mudah dikenali. Mien menjadi anekdot tersendiri didalam autobigrafi Sukarno, ungkap Walentina.

Dalam buku itu diceritakan bagaimana Sukarno tak lagi mengenali Mien saat keduanya kembali bertemu di Surabaya. Mien si gadis Belanda yang pernah ditaksir Sukarno semasa remaja, ternyata sempat mendirikan rumah perawatan anak cacat di Surabaya yang bernama Jajasan Pertolongan kepada Anak Tjatjat (JPAT).

Menurut Walentina, saat keduanya bertemu di Surabaya, Sukarno menyebut Mien dalam catatannya sebagai perempuan tua dan gemuk. Jelek, badannya tidak terpelihara.

Namun belakangan Sukarno menyadari bahwa perkataannya itu bisa menyakitkan hati Mien. Sejarah mencatat pada akhir hayatnya ia meminta maaf atas kejadian tersebut.

Begitulah kisah cinta Sukarno dengan Mien si gadis Belanda yang layak disimak sebagai bahan pengetahuan bangsa dalam memahami Sukarno seutuhnya. Semoga bermanfaat. (Erik/R7/HR-Online)

Cek berita dan artikel HarapanRakyat.com yang lain di Google News