Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Identitas perempuan penginjak batu lambang peribadatan di Situs Karangkamulyan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, diduga seorang dosen bergelar doktor di salah satu perguruan tinggi di Bandung, Jawa Barat.
Unggahan R Sigma Martanagara pada laman Facebook-nya mengungkapkan, perempuan penginjak Batu Lambang Peribadatan tersebut bernama Dr Retty Isnendes, M. Hum. Seorang dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI.
“Kasus Penistaan Situs Karangmulyaan sudah masuk BAP, 2 orang sudah dimintai keterangan sebagai saksi. Tapi kemanakah si Ibu DR. RETTY ISNENDES, M.HUM. Orang yang ikut berdiri di Situs Lingga Panaekan? Dia seorang Dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI, tapi kelakuannya sama sekali tidak mencerminkan sebagai orang yang berpendidikan,” tulis R Sigma Martanagara, Budayawan yang tinggal di Bali.
Baca Juga: Penginjak Patilasan Karangkamulyan Ciamis Bersama Pemandu dari Luar
Ia pun menuntut agar penginjak Batu Lambang Peribadatan mempertanggungjawabkan perbuatannya. “Tidak ada orang yang kebal hukum di negara ini. Sampai kapanpun Kami sebagai seuweu siwi keturunan Hyang Galuh tidak akan menerima situs kabuyutan diinjak-injak dan dinistakan,” tulisnya.
Unggahan tersebut tersebar ke berbagai grup Facebook. Selain itu hal senada juga banyak diunggah oleh warganet. Salah satunya unggahan dari Ambu Hanjuang pada grup Forum Silaturahmi Keraton Sumedang Larang.
Ambu Hanjuang juga mengunggah foto perempuan penginjak Batu Lambang Peribadatan. “Saurang dosen bisa kieu nya…asal Sukabumi. Gelar doctor saur namah,” tulisnya.
Baca Juga: Siapa Pelaku Penginjak Batu Patilasan Karangkamulyan Ciamis?
Sementara akun Kania Sukma Soeradjibdja mempertanyakan pendidikan dari penginjak Batu Lambang Peribadatan di Karangkamulyan.
“Untuk apa kamu belajar mengenal Allah dan sekolah tinggi. Jika dirimu tak mengenal adab dan menghargai budaya leluhurmu. Untuk wanita yang katanya Dosen, tidakkah kau malu dengan titelmu, yang seharusnya memberi contoh yang baik,” tulisnya.
Kania juga menambahkan batu yang diinjak bukanlah Batu Panaekan, tapi Batu Lambang Peribadatan. Selain itu di Karangkamulyan tidak ada mitos untuk menaiki batu.
Tidak Bermaksud Menghina
HR Online menghubungi Dr Retty, dosen yang disebut-sebut terlibat dalam peristiwa penginjakan Batu Lambang Peribadatan di Karangkamulyan. Ia juga membantah telah melakukan pelecehan dan penghinaan di Situs Karangkamulyan.
Baca Juga: Pengunjung Injak Patilasan Karangkamulyan, Ini Kata Raja Galuh Ciamis
“Ada rujukan dari warga yang mengantar, spontanitas, dan mihormat karuhun. Kita itu sémah alias tamu, tak tahu apa-apa, mengikuti saja. Tak mungkin melakukan kebodohan itu bila memang tahu,” ungkapnya.
Dr retty menambahkan, seumur hidupnya dirinya bergelut dengan budaya, sehingga tidak mungkin tidak menghormati kebudayaan.
“Seumur-umur bergelut dengan budaya, tak mungkin saya tak menghormati banda budaya. Sedih, ngenes, baca persepsi di akar rumput. Padahal pada tataran elit sudah selesai,” katanya. (Ndu/R7/HR-Online)