Selasa, September 26, 2023
BerandaBerita TerbaruSejarah Revolusi Hijau, Mengenal Modernisasi Pertanian Zaman Soeharto

Sejarah Revolusi Hijau, Mengenal Modernisasi Pertanian Zaman Soeharto

Sejarah revolusi hijau. Siapa yang tak kenal Soeharto, Presiden RI kedua yang murah senyum itu ternyata pernah mengenalkan teknologi modern pertanian dengan sebutan ‘Revolusi Hijau’. Ini merupakan suatu hal yang baru, mengingat pada era Soekarno sulit menemukan istilah teknologi pangan.

Dari peristiwa inilah, rakyat Indonesia memiliki ketahanan pangan yang sangat memadai. Bahkan sanggup mengekspornya ke pasar dunia. Hebat bukan, Pak Harto ini? Lantas, bagaimana sejarahnya? berikut ini penjelasannya;

Sejarah Revolusi Hijau di Era Presiden Soeharto

Sejarah Gagasan Revolusi Hijau

Menurut Bayu Budi Nugroho dalam jurnal SOCA berjudul ‘Konstruksi Sosial Revolusi Hijau di Era Orde Baru‘ (Vol.12 No.1 Desember 2018: 55), menyebutkan bahwa, sebutan revolusi hijau pertama kali dikenalkan William S Gaud, staf USAID tahun 1968.

Adapun menurut Bayu B. Nugroho, bahwa, William pencetus pertama konsep revolusi hijau bertujuan untuk merayakan atas keberhasilan dalam rekayasa varietas beras dan gandum. Kedua varietas tersebut disinyalir bakal menggelorakan revolusi pemenuhan kebutuhan pangan seluruh umat manusia.

Baca Juga: Sejarah Kuliner di Indonesia, Benarkah Terpengaruh Budaya Eropa?

Terlepas dari Wiliam, Indonesia sendiri memiliki konsep revolusi hijau sebagai konsep pertanian baru yang bersifat modern. Hal ini tak terlepas dari peran teknologi modern dalam kegiatan bercocok tanam. Seperti misalnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida.

Akan tetapi, jika para pembaca tahu sejarah ke belakang, sebetulnya penerapan konsep revolusi hijau sudah tercetus sejak era Soekarno. Kala itu melalui rencana program yang dikenal dengan istilah “Kasimo Plan”. Namun, karena terbatasnya anggaran waktu itu menyebabkan rencana tersebut gagal.

Pada perkembangannya, konsep revolusi hijau baru dapat berjalan dengan baik pada era pemerintahan Orde Baru Soeharto. Salah satu keberhasilannya bisa kita lihat dari terbentuknya BIMAS.

Program BIMAS atau Bimbingan Massal adalah suatu lembaga pertanian di bawah Orde Baru yang melibatkan mahasiswa Fakultas Pertanian UI. Dari sinilah yang kemudian lahir sebuah perguruan tinggi yang bernama Institut Pertanian Bogor (IPB).

Terbentuk karena Inflasi di Indonesia

Baca Juga: Sejarah Perkawinan di Jawa dan Kisah Menarik Pada Masa Kolonial

Menurut Fitriani dari Universitas Pendidikan Indonesia, sejarah munculnya konsep revolusi hijau di Indonesia tak terlepas dari peristiwa inflasi pada tahun 1965.

Selain terjadi inflasi, pada tahun 1965 juga semakin parah dengan adanya krisis pangan yang mana gudang-gudang beras BPUP (Badan Pelaksana Urusan Pangan) dengan sebagian gudang yang terlihat kosong.

Sementara, jika menghitungnya secara akurat, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1965 semakin meningkat. Sehingga, kebutuhan akan beras juga semakin bertambah.

Banyaknya permintaan tidak berimbang dengan jumlah persediaan beras, berakibat fatal terhadap harga beras yang meningkat tajam pada tahun 1965. Dari kondisi sejarah itulah yang memaksa pemerintah harus melakukan terobosan nyata, salah satunya dengan inovasi revolusi hijau.

Ricklefs dalam bukunya berjudul “Sejarah Indonesia Modern 1200-2008” (2008: 581), menjelaskan, struktur sosial, politik, dan ekonomi Indonesia hampir runtuh ketika terjadi inflasi tahun 1965. Inflasi sangat tinggi dengan harga barang-barang yang naik sekitar lima ratus persen selama tahun 1965.

Oleh sebab itu, terdapat suatu hal yang menjadi fokus pemerintah kemudian adalah pembangunan ketahanan pangan. Yakni dengan mencetuskan program baru yang modern bernama ‘Revolusi Hijau’. Hal ini untuk memperbaiki keadaan perekonomian Indonesia, terutama dalam bidang pangan.

Baca Juga: Sejarah Pers di Sumatera, Kisah Perempuan yang Melawan Adat

Praktek Program Revolusi Hijau Pertama Kalinya dalam Sejarah Petani

Mengacu pada keberhasilan program dari revolusi hijau dalam upaya meningkatkan produksi pangan negara-negara berkembang, baik wilayah Afrika maupun Asia. Kemudian, Indonesia menerapkan di sejumlah daerah yang dianggap tepat untuk melaksanakan program tersebut.

Menurut Fitriani (2015: 3), pada saat program revolusi hijau pertama kali berjalan, petani harus meninggalkan cara bertani tradisional (model lama), dan beralih dengan cara bertani yang lebih modern.

Adapun tujuannya yaitu untuk meningkatkan hasil produksi, sehingga mampu menstabilkan kembali keadaan perekonomian Indonesia yang sedang kacau. Sejarah pun mencatat program revolusi hijau ternyata tidak mengecewakan. Program ini berjalan mulus pada Pelita I era Orde Baru atau pada saat pertama Soeharto berkuasa.

Dalam Pelita I mencatat program untuk revolusi hijau telah menghasilkan kenaikan produksi padi sebesar enam persen per tahun. Yang mana kenaikan tersebut adalah berkat usaha-usaha pada bidang intensifikasi produksi padi (percepatan panen). Pelaksanaannya menitikberatkan kepada petani daerah pulau Jawa.

Puncak dari kesuksesan revolusi hijau tercatat dalam sejarah pada tahun 1984,  dengan tercapainya swasembada beras hingga dapat mengekspor beras ke luar negeri.

Begitulah sepenggal sejarah revolusi hijau. Semoga bermanfaat. (Erik/R3/HR-Online)

Cek berita dan artikel HarapanRakyat.com yang lain di Google News