Berita Jabar, (harapanrakyat.com),- Banyaknya informasi yang berseliweran saat ini membuat Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil resah. Hal ini lantaran tak semua informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Ridwan Kamil mengatakan, jika dulu banyak orang mencari berita, saat ini justru informasi yang datang ke masyarakat terlalu banyak. Sehingga masalahnya saat ini adalah bagaimana masyarakat memilah informasi.
“Dulu nonton TV sesuai jamnya, sekarang saya mau nonton hiburan, kalau telat tinggal nonton YouTube, gak perlu on time,” ujar Ridwan Kamil saat diskusi virtual bersama pengurus Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jabar, Kamis (29/7/2021).
Lanjut Ridwan Kamil, saat penduduk Indonesia 270 juta jiwa, jumlah HP yang dimiliki penduduk Indonesia lebih dari 300 juta. Ia mencontohkan para pejabat juga memiliki HP lebih dari satu.
“Saya sebagai anak bangsa, ada kegelisahan karena kita melewati masa industrialisasi lompat ke era informasi. Kita bangsa besar tapi bisanya beli, tidak bisa produksi,” katanya.
Karena itu, kata dia, mulai dari laptop, HP, sampai kendaraan masih buatan luar negeri. “Ada proses bangsa ini yang terlewat,” tambahnya.
Menurut Ridwan Kamil, jika masyarakatnya belum siap maka era informasi bisa jadi masalah. Ruang informasi bisa dibuat siapa saja tanpa perlu menunjukkan diri. Hal ini ia sebut sebagai anonimisitas. “Karena itu muncul akun-akun anonim pembuat gaduh,” katanya.
Orang-orang yang tidak siap mental, lanjut Ridwan Kamil, dalam menghadapi percakapan, dialog, bisa bersembunyi di balik akun anonim.
“Lahirlah buzzer, lahir akun-akun anonim, dan lain sebagainya,” katanya.
Hal tersebut, menurutnya adalah akibat dari kesalahan di masa lalu. Dulu jika siswa mengkritik guru, banyak yang menganggapnya tidak sopan. Saat ini di era digital kritik dilemparkan dengan tidak sopan, bahkan kasar.
Menurut Ridwan Kamil hal tersebut merupakan dampak dari kesalahan masa lalu di bangku sekolah.
“Sekarang kalau mengkritik pemerintah kasar dulu, baru substansi,” katanya.
Ridwan Kamil berharap AMSI Jabar bisa menyediakan ruang untuk diskusi dan dialog dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut.
“Kami rindu dunia cyber itu dialog santun, berbobot. Itulah tugas AMSI menggiring bangsa ini jangan monolog,” teganya.
Karena itu, Ridwan Kamil menegaskan selalu siap berdiskusi dengan AMSI Jabar. Dia pun meminta Diskominfo Jabar memfasilitasinya.
Latar Belakang Terbentuknya AMSI Jabar
Sementara itu, Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut menegaskan keberadaan AMSI lahir dari kegelisahan akibat banyaknya media online yang problematik.
“Harusnya media online tidak jadi bagian dari masalah, ini sebaliknya media ternyata bagian dari masalah. Karena itu kami menginisiasi pembentukan AMSI,” ujar pria yang akrab dipanggil Wens.
Lahirnya banyak media abal-abal dengan bisnis tidak jelas, dan wartawan yang begitu banyak menurut Wens merupakan bagian dari problematika media online saat ini. “Lama-lama media tidak dipercaya,” katanya.
Dengan pembentukan AMSI diharapkan permasalahan tersebut bisa teratasi. Karena itu media yang tergabung AMSI sudah terverifikasi Dewan Pers. Jurnalisnya pun harus mengikuti UKW (Uji Kompetensi Wartawan).
Wens menjelaskan, AMSI membantu media online yang menjadi anggotanya paham model bisnis digital. Selain itu, AMSI juga kerap memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para wartawan yang medianya menjadi anggota AMSI.
Hal tersebut bertujuan memperbaiki kinerja internal media dan organisasi. Karena itu, Wens berharap pemerintah daerah berkolaborasi dengan media anggota AMSI.
Ketua AMSI Jabar Riana A Wangsadireja menuturkan AMSI Jabar memiliki 25 anggota. Meskipun banyak media yang ingin bergabung, namun AMSI cukup selektif.
“Media yang tergabung di AMSI Jabar harus terverifikasi Dewan Pers, minimal verifikasi administrasi,” ucapnya.
Riana menegaskan, komitmen media yang tergabung dalam AMSI Jabar adalah konten sehat dan perusahaan sehat. (R7/HR-Online)
Editor: Ndu