Vaksin Curevac merupakan salah satu upaya vaksinasi dari perusahaan farmasi terkemuka dari negara Jerman. Perusahaan yang menciptakan vaksin tersebut ialah Curevac.
Perusahaan Curevac bergerak di bidang bioteknologi yang berbasis di kawasan Tubingen. Vaksin ini menargetkan produksi sampai 300 juta dosis vaksin di tahun 2021. Kemudian dosis akan bertambah menjadi 600 juta di tahun 2022 mendatang.
Selain itu perusahaan Curevac juga terdaftar dalam pasar saham AS Nasdaq. Bahkan perusahaan tersebut mendapat dukungan dari pihak investor Jerman juga pendiri perusahaan SAP yakni Dietmar Hopp. Kini vaksin Curevac sudah mencapai tahap uji coba akhir. Seperti apa hasilnya?
Vaksin Curevac Buatan Jerman Hanya Efektif 48%
Pada hari Rabu kemarin, perusahaan Curevac sudah mengumumkan hasil uji coba akhir produk mereka yakni vaksin Curevac. Sayangnya hasil uji coba tersebut menunjukan jika tingkat kemanjuran vaksin terhadap virus hanya 48 persen saja.
Angka tersebut tentu sangat rendah dari vaksin yang berkembang oleh produsen lainnya dengan basis mRNA. Antara lain BioNTech juga Moderna yang sudah terlebih dahulu terdistribusi di sejumlah negara. Hasil tersebut sebelumnya sudah banyak pihak yang memprediksi.
Sebab menyusul hasil sementara yang tergolong buruk sudah rilis pada awal bulan ini. Perusahaan menyebut jika persoalannya berada dalam konteks 15 strain yang beredar. Hal tersebut pun sebelumnya belum pernah terjadi di antara para relawan uji coba.
Juga terdapat berbagai reaksi yang ada dalam variasi kelompok umur. Sebagai perbandingan, terdapat vaksin virus corona lainnya besutan produsen Jerman pula yakni Pfizer atau BioNTech. Perbandingan juga mereka lakukan pada Moderna yang berasal dari Amerika Serikat.
Kedua vaksin tersebut menunjukan efikasi sampai 95 persen. Bahkan keduanya sudah mendapat persetujuan sejak 18 bulan yang lalu. Tahap uji coba Pfizer BionTech serta Moderna kala itu menggunkaan strain asli Covid-19.
Uji coba tahap akhir atau Fase 2b/3 vaksin Curevac melibatkan sampai 40 ribu orang di kawasan Eropa juga Amerika Latin. Dari jumlah tersebut sebanyak 228 orang terpapar virus Corona. Pihak Curevac juga mengatkana jika analisis independen tak menemukan masalah keamanan terkait dua dosis vaksin tersebut.
Jenis Vaksin Yang Tak Memenuhi Standar, Mengapa?
Tidak semua jenis vaksin untuk virus corona lolos uji klinis. Seperti halnya vaksin Curevac yang penggunaannya tak mendapat persetujuan. Karena hal ini banyak pihak bertanya-tanya mengenai permasalahan yang ada dalam vaksin tersebut.
Berdasarkan penjelasan dari dokter, Curevac tak layak ahli gunakan untuk vaksinasi. Hal ini karena tidak menunjukan tingkat kemanjuran yang sudah WHO tetapkan. Seperti yang kita tahu, uji klinis Curevac hanyalah 48 persen.
Sementara itu, standar yang berasal dari WHO minimal 50 persen dan menjadi vaksin untuk Covid-19. Melansir dari salah satu sumber, pembuatan Curevac ialah menggunakan mRNA non kimia yang sudah ahli modifikasi.
Sehingga vaksin tersebut memakai spike protein yang berasal dari virus corona. Spike protein ini juga mendapat formulasi dalam nanopartikel lipid. Karena tingkat efikasinya hanya sebesar itu, membuat vaksin ini mempunyai efektivitas terendah.
Hasil sementara menunjuk jika Curevac akan efektif untuk peserta yang lebih muda. Akan tetapi vaksin tersebut tak membuktikan kemanjuran untuk mereka yang berada di umur 60 tahun ke atas. Yakin kelompok orang yang begitu beresiko pada paparan Covid-19 parah.
Menurut situs resmi WHO, tak terdapat satu standar tentang ambang batas kemanjuran yang ada pada seluruh jenis vaksin. Setiap keputusan menggunakan obat maupun vaksin kerap melibatkan risiko juga manfaat.
Untuk vaksin penyakit Covid efikasi yang mereka tetapkan yakni 50 persen. Hal ini karena mereka menganggao Covid-19 merupakan penyakit yang begitu parah. Kemanjuran vaksin sendiri bisa mengukur perlindungan pada penyakit maupun pathogen dalam uji coba.
Kalau vaksin mempunyai efikasi 50 hingga 70 persen mengartikan seseorang yang mendapat vaksin lebih kecil kemungkinan mengembangkan penyakit. Namun hal ini tidak terdapat pada vaksin Curevac dengan efikasi di bawah minimal ketetapan WHO.
Saham Perusahaan Curevac Langsung Anjlok
Kabar tentang tingkat efektivitas vaksin Curevac 48 persen saja rupanya mempengaruhi sektor perusahaan tersebut. Perusahaan sendiri mencatat jika vaksinasi dapat lebih efektif pada penyakit bertingkat sedang sampai parah.
Adapun kelompok usianya mulai dari 18 sampai 60 tahun. Untuk rentang usia tersebut, tingkat efektivitasnya menurut laporan sampai 7 persen. Akan tetapi data tersebut tak meyakinkan untuk pasien dengan usia jauh lebih tua.
Terlebih pasien di atas usia 60 tahun memiliki resiko yang lebih besar pada virus Covid-19. Sedangkan mereka dengan usia 60 tahun ke atas hanya mewakili sekitar 9 persen dari kasus yang ahli analisis. Kabar tingkat rendahnya efektivitas vaksin perusahaan Curevac tersebut tentu menjadi pukulan hebat untuk nilai saham.
Pasalnya sejak awal saham perusahaan Curevac sudah turun drastic sekitar 10 poin. Penurunan tersebut berlangsung dalam perdagangan pasca jam kerja. Nilai penurunan ini mengalahkan kenaikan yakni 9 persen yang tampak sebelumnya di hari Rabu.
Kenaikan tersebut terjadi saat perusahaan mengumumkan pergantian dalam dewan direksi. Hasil uji coba Curevac yang mengecewakan ini sudah memberikan dampak serupa di pasar. Berdasarkan data di hari Rabu menunjukkan angka yang kian menghancurkan harapan pada vaksin Curevac. Di mana vaksin ini sebelumnya diprediksi akan membawa harapan untuk dunia yang belum vaksinasi.
Bagaimana Nasib Vaksin Selanjutnya?
Setelah vaksin Curevac menunjukan hasil mengecewakan, terdapat dampak buruk kepada pihak yang terlibat. Akibat utamanya ialah nilai saham perusahaan menjadi kian turun. Selain itu sejumlah negara di kawasan Uni Eropa berencana akan mempertimbangkan kembali pemesanan vaksin ini.
Menurut Haas, rendahnya tingkap efikasi ini karena perkembangannya saat virus Corona masih asli dari kawasan Wuhan. Sehingga belum mengalami mutasi menjadi sejumlah galur. Mutasi tersebut antara lain Alfa, Beta, Delta, Gamma, juga Kappa seperti sekrang.
Meskipun begitu, Curevac masih optimis jika vaksin tersebut tetap bermanfaat untuk orang dari kelompok usia tertentu. Manfaat juga bisa untuk penyintas Covid-19 yang bergejala ringan sampai menengah
Bukan itu saja, kendati berbasis mRNA vaksin tersebut mempunyai sejumlah kelebihan daripada Pfizer maupun Moderna. Pada Pfizer apabila satu dosis imunisasi Covid-19 memerlukan 30 mikrogram. Sementara untuk jenis vaksin Moderna memerlukan 100 mikrogram.
Kelebihan Curevac hanya memrlukan 12 mikroorgam saja. Hal ini mengartikan satu ampul vaksin dapat berguna untuk memberi suntikan pada banyak orang. Selain itu, vaksin tersebut dapat tersimpan di kulkas berjenis biasa saja.
Berbeda dengan vaksin Pfizer maupun Moderna yang memerlukan suhu beku. Sehingga Curevac tergolong jauh lebih ekonomis untuk negara berkembang. Pasalnya tidak memerlukan cara penyimpanan khusus.
Serta untuk penyebaran ke tempat terpencil pun jauh lebih mudah. Saat ini vaksin Curevac sedang menunggu keputusan dari EMA. Keputusan ini mengenai pemberian izin edar atau malah penghentian produksi dari jenis vaksin tersebut. Perusahaan Curevac saat ini juga tengah mengembangkan vaksin Covid dengan jenis baru.