Minggu, April 2, 2023
BerandaBerita TerbaruSejarah Pemberontakan Buruh di Indonesia Tahun 1920

Sejarah Pemberontakan Buruh di Indonesia Tahun 1920

Sejarah pemberontakan buruh yang pertama kali terjadi di Indonesia, ternyata belum banyak diketahui oleh masyarakat umum.

Pemberontakan massa yang berasal dari pabrik gula ini terjadi pada tahun 1920. Pada tahun tersebut buruh mengadakan pemberontakan dengan berbagai cara di dalamnya.

Adapun artikel pada kesempatan kali ini akan membahas beberapa fakta menarik dari catatan aksi, dari para buruh pabrik gula yang terjadi di Yogyakarta.

baca juga: Sejarah Pembantaian PKI di Kota Pendekar, Kolonel Soetarto jadi Korban

Fakta Menarik Sejarah Pemberontakan Buruh di Yogyakarta

Peristiwa pemberontakan yang pertama kali terjadi di Indonesia, ternyata dipelopori oleh massa pabrik gula yang berasal dari Yogyakarta.

Beberapa catatan sejarah seperti halnya dalam buku Takashi Shiraishi berjudul ”Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1928”, (1997 : 302).  Bagaimana sejarah menariknya, silakan simak ulasan di bawah ini.

Personeel Fabriek Bond (PFB) Pelopor Pemberontakan

Sebagaimana Takashi Shiraishi (1997: 302), menyebutkan awal pemberontakan buruh yang terjadi di Yogyakarta ternyata berawal dari aliansi buruh pabrik gula bernama Personeel Fabriek Bond (PFB).

Sejarah pemberontakan buruh ini juga mencatat, saking banyaknya perhatian dari para pekerja pabrik akan aliansi tersebut.

Saat itu PFB memiliki jumlah anggota yang sangat fantastis, antara lain berjumlah 10.000 anggota aktif.

Dengan jumlah anggota yang banyak ini, akhirnya organisasi para pekerja pabrik melebarkan sayapnya dengan membentuk 179 afdeling yang sebagian besar diperuntukkan bagi para pekerja pabrik.

Dengan adanya pembentukan afdeling tersebut, buruh akhirnya memperkuat militansi dari satu parik yang ada dengan yang lainnya.

Bahkan ada yang menyebut pengaruh PFB melebar hingga ke wilayah utara Jawa.

baca juga: Sejarah PKI Madiun 1948, Musso Pemimpin Komunis yang Terlatih dari Soviet

Menimbulkan Banyak Masalah

Catatan sejarah pemberontakan buruh PFB juga menilai meskipun semangat buruh pada tahun 1920 sangat tinggi, tetapi pada akhirnya pemberontakan gagal.

Hal ini karena kurangnya persiapan dari pengelola aksi. Mereka tidak memikirkan dampak apa yang akan terjadi apabila buruh kehilangan pekerjaannya karena memberontak.

Adapun dampaknya bagi buruh tersebut antara lain seperti kehilangan pekerjaan. Banyaknya pemecatan yang terjadi akibat peristiwa kacau ini.

Bahkan ada buruh yang tidak ikut dengan aksi pemberontakan dengan cara mogok ini juga terkena dampaknya.

Akhirnya setelah demo itu selesai, para buruh akhirnya kebingungan dan tak mengerti apa yang harus mereka lakukan, mengingat pelopor buruh yang menggerakkan aksi juga diam saja.

Namun, ada beberapa pelopor buruh seperti Soerjopranoto, Semaoen dan Salim, kemudian menekan pemerintah kolonial supaya tidak melakukan pemecatan.

Tatkala mereka menuntut tidak adanya pemecatan, para provokator senior ini juga menekan para pemilik pabrik supaya menaikkan upah pekerjanya. Hal ini agar tidak terjadi lagi pemberontakan semacam ini.

Meskipun mereka menuntut pemerintah seperti ini, para agitator ulung ini mengakui menyesal akan pengaruhnya meyakini buruh untuk memberontak.

Mereka pun berupaya untuk mencabut kembali kata-kata provokatif seperti “Jangan takut digantung, dipenjara, dan dibuang”.

Soejopranoto dan kawan-kawan lainnya menyadari hal ini adalah kesalahan.

baca juga: Sejarah Buruh Indonesia di Zaman Kolonial

Soerjopranoto Sang Agitator Pemogokan Buruh PFB

Dalam sejarah pemberontakan buruh, nama Soerjopranoto bukan sebuah hal yang asing.

Seorang ningrat yang masih keturunan Pura Pakualaman Yogyakarta ini merupakan influencer terbesar dalam rentetan peristiwa sejarah besar yang berkaitan dengan buruh.

Beliau mahir dan pandai mempengaruhi massa untuk melakukan aksi demo, seperti halnya yang terjadi di sembilan pabrik yang ada di Yogyakarta tahun 1920.

Adapun alasan ia melakukan agitasi massa di kalangan pegawai pabrik untuk memberontak, antara lain untuk menuntut kenaikan upah.

Pemberontakan yang Gagal

Banyak sejarawan yang menilai bahwa pemberontakan buruh yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 1920 merupakan sebuah kegagalan.

Di ntara sejarawan tersebut, salah satunya seperti Takashi Shiaraishi (1997: 303).

Dalam penelitiannya sejarawan asal Jepang ini mengungkapkan bahwa kurang kesiapan dari para agitator merupakan salah satu penyebab yang paling mendasar dari kegagalan.

Selain daripada itu, Soerjopranoto dan kawan-kawan telah melanggar kesepakatan dengan serikat buruh yang pada saat itu masih ragu untuk mengadakan pemogokan.

Dengan kata lain, PFB di awah pimpinan Soerjopranoto melakukan aksi sepihak dengan mengadakan pemberontakan yang sangat berisiko untuk gagal.

Mengultimatum Sindikat Pabrik Gula

Berdasarkan peristiwa yang gagal ini, Soerjopranoto, Salim, Semaoen dan ada satu lagi orang Belanda yang pro dengan perjuangan buruh Indonesia bernama Bergsma melakukan ultimatum pada sindikat pabrik gula di Yogyakarta dan sekitarnya.

Hal ini untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, tak terkecuali dengan mempengaruhi para pekerja pabrik untuk melakukan mogok kerja.

Meskipun mereka sudah menyadari pemberontakan itu gagal, namun tetap saja mereka memberontak dengan cara mengultimatum para kapitalis Eropa yang ada di pabrik gula.

Kawan-kawan Soerka mengultimatum akan mengadakan pemberontakan yang lebih besar dari sebelumnya, apabila pemecatan para pekerja dan tidak ada kenaikan upah mereka sekarang juga.

Namun karena pemerintah dan kelompok kapitalis Belanda sudah mengetahui kelemahan mereka, akhirnya ultimatum tersebut tinggal cerita dan buruh pabrik semakin menderita.

Nah itulah sejarah pemberontakan buruh pertama yang pernah terjadi di Indonesia. Meskipun gagal, ternyata peristiwa ini menginspirasi banyak buruh lain untuk bergerak pada tahun-tahun berikutnya. (Erik/R6/HR-Online)