Berita Tasikmalaya, (harapanrakyat.com),– Sosok Kepala Desa (Kades) di Kabupaten Tasikmalaya ini patut diapresiasi, pasalnya di sela-sela kesibukannya, masih bisa menyempatkan diri untuk mengajar emak-emak dan bapak-bapak yang rata-rata berusia lanjut.
Kades tersebut adalah Alfie Akhmad Hariri, Kades Mandalamekar, Kecamatan Jatiwaras, yang mengajar di sekolah bernama Emper Masigit. Selain itu, Alfie juga ternyata seorang dosen STHG Tasikmalaya.
Saat ditemui HR Online, Alfie terlihat sedang mengajar warga tamatan SMP, mereka ini ingin sekolah kembali untuk mengejar ilmu dan mendapatkan ijazah SMA. Melalui Sekolah Emper Masigit, Alfie memfasilitasi keinginan emak-emak tersebut.
“Sebetulnya saya mengakomodasi keinginan warga untuk belajar, terutama saudara-saudara kita yang mungkin kurang beruntung pada saat usia belajarnya itu, hingga tidak sampai menamatkan ke jenjang pendidikan SMP atau SMA,” Kata Alfie Akhmad Hariri, Senin (11/10/2021).
Nama sekolahnya pun diberi nama Emper Masigit, menurut Alfie, hal itu lantaran dirinya belum punya bangunan untuk dijadikan sekolah bagi emak-emak tersebut, termasuk di emper (teras) masjid.
“Disebut Emper Masigit maksudnya, di mana saja ada mesjid, siapa saja yang memberikan tempat pasti mengajar di tempat tersebut,” ungkapnya.
Menurut Alfie, mereka yang belajar sama sekali tidak dipungut biaya, termasuk ketika ujian. “Bahkan kadang-kadang saya yang mengantarkan ke mana-mana, misalnya saat ke Kota Tasikmalaya ketika ada kegiatan, untuk nginepnya juga disediakan,” katanya.
Asal Mula Kades di Tasikmalaya Mengajar Emak-emak dan Bapak-bapak
Alfie mengaku tergerak untuk mengajar lantaran melihat pendidikan belum merata. Karena itu diperlukan pendidikan nonformal seperti halnya sekolah Emper Masigit.
“Jadi kita yang menjemput langsung di wilayah mereka masing-masing. Karena kalau misalkan sekolah formil, muridnya harus datang ke suatu tempat yang jauh, itu perlu biaya transportasi dan sebagainya. Apalagi ibu-ibu yang sudah punya anak, kapan waktunya untuk sekolah?” katanya.
Baca Juga: Siswa SD di Tasikmalaya Tukar Minyak Jelantah Jadi Susu
Padahal, lanjut Alfie, sudah menjadi tanggung jawab negara untuk memberikan kesetaraan atau pemerataan pendidikan.
“Sehingga pembangunan yang merata dalam bidang SDM (Sumber Daya Manusia) itu bisa tercipta,” ujarnya.
Sementara itu salah seorang siswa Emper Masigit, Dedi (50) mengaku sudah sekolah selama satu tahun lebih. Meskipun Kegiatan Belajar Tatap Muka sempat terhenti sejak ada pandemi Covid-19.
“Saya termotivasi ingin sekolah karena dulu itu awalnya mempererat tali silaturahmi, kemudian di silaturahmi itu kita dapat ilmu dan panjang umur,” katanya.
Dedi mengikuti sekolah tersebut lantaran biayanya gratis. Apalagi, Ia juga hanya tamatan SMP. Dedi bertekad lulus sekolah hingga mendapatkan ijazah SMA.
“Perasan saya bisa belajar saat ini senang bahkan mudah-mudahan saudara-saudara saya yang belum ikut sekolah seperti ini bisa masuk. Karena sekolah di sini gratis, ilmunya bahkan melebihi SMA mungkin setara dengan kuliah. Saya tidak merasa gengsi karena menuntut ilmu itu hukumnya wajib, kenapa mesti malu? Biarpun saya sudah tua dan karena butuh ilmu jadi sekolah lagi,” pungkasnya. (Apip/R7/HR-Online/Editor-Ndu)