Senin, Desember 4, 2023
BerandaBerita TerbaruCiri Orang Munafik yang Tak Kita Sadari, Apa Saja?

Ciri Orang Munafik yang Tak Kita Sadari, Apa Saja?

Ciri orang munafik sudah sepantasnya kita pelajari lalu menjadikannya media untuk bermuhasabah diri. Bukan malah menggunakannya untuk bahan bersibuk mengoreksi orang lain, sementara diri sendiri lalai intropeksi.

Bukan apa-apa, hanya agar kita tidak menjadi salah satunya. Sebagai seorang muslim, memang bukan fitrah kita berada di dalam golongan orang-orang munafik itu. Bahkan Allah SWT dan agama Islam begitu benci dengan sifat ini.

Baca juga: Ciri-Ciri Orang Munafik dalam Islam Berdasarkan Al-Quran dan Hadis

Umumnya, ciri orang munafik ini bisa kita ibaratkan dengan dua wajah yang berbeda atau bermuka dua. Tentu saja, wajah-wajah itu tidak selaras. Apabila satu mengatakan A, wajah lainnya akan berbicara B.

Hal ini menjadi sangat merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain. Seorang munafik barangkali tidak merasakannya, akan tetapi kerap orang lain yang menerima imbasnya.

Pengertian dan Ciri Orang Munafik

Sebuah kalimat familiar yang bisa menggambarkan kondisi orang munafik yakni “lain di mulut, lain di hati”. Namun tidak hanya sebatas pada pepatah tersebut. Ciri-ciri kemunafikan ini akan sangat luas apabila mengambil sudut pandang dari segala sisi.

Munafik merupakan penyakit rohani yang sulit menemukan obatnya apabila sudah menjangkiti hati dan pikiran seseorang dengan sangat kuat. Dalam kaidah Islam, munafik ini lebih terkenal dengan istilah “al-nifaq” yang berarti “pengakuan di lidah, ingkar dalam hati”.

Nah, sebelum membahas ciri orang munafik, ada baiknya kita melangkah ke pembahasannya terlebih dahulu. Mari kita simak dengan seksama ulasan mengenai munafik di bawah ini.

Pengertian Munafik

Dalam firman Allah SWT Kitab Al-Qur’an, kata tersebut muncul kurang lebih sebanyak 37 kali. Bahkan kata munafik abadi dalam salah satu nama surat “Al-Munafiqun” yang artinya “orang-orang munafik”. Hal ini sebenarnya mengungkapkan bilamana sifat dan ciri orang munafik menjadi perhatian besar dalam agama.

Baca juga: Adab Berbicara Wanita Muslimah Berdasarkan Agama Islam

Jika mengulik dari segi istilah, kata munafik ini mengacu pada definisi seseorang yang menyatakan baik di hadapan orang-orang. Akan tetapi, batinnya tidak sesuai dengan apa yang ia sampaikan.

Sedangkan definisi munafik menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah berpura-pura percaya dan setia, baik itu kepada agama atau hal lainnya. Akan tetapi, dalam hatinya tidak mencerminkan demikian.

Seseorang yang terjangkit penyakit rohani akan terlihat pada tindakan dan perbuatannya yang tidak sejalan. Ciri orang munafik utamanya tertuang dalam kalimat yang sudah familiar di telinga kita, yakni “bila berkata ia dusta, bila berjanji ia ingkar, bila dipercaya ia khianat.”

Namun mungkinkah ciri tersebut hanya sebatas itu saja? Mungkinkah tidak ada hadits atau rujukan lain dari Al-Qur’an mengenai ciri-ciri kemunafikan al-nifaq ini?

Rujukan Al-Qur’an dan Hadits

Mari kita simak arti dari hadits riwayat Bukhari dan Muslim ini,

“Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, “Di antara tanda-tanda sekaligus ciri orang munafik ada tiga jenisnya, bila berkata ia dusta, bila berjanji ia ingkar, dan bila dipercayai ia khianati.”

Sementara dalam firman Allah SWT, Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 8 yang artinya, “Dan di antara manusia-manusia itu ada yang berkata: ‘Kami beriman Kepada Allah dan beriman kepada yaumul akhir’, akan tetapi kenyataannya mereka tidak termasuk orang-orang yang beriman.”

Selanjutnya, pernyataan ciri orang munafik juga tercantum dalam surat Al-Munafiqun ayat pertama yang artinya,

“Bilamana sekumpulan orang munafik datang menemui kamu, mereka mengatakan, ‘kami percaya, bila kamu Rasul Allah yang sesungguhnya’. Allah tahu bahwasannya kamu adalah benar Rasul-Nya yang sesungguhnya; Allah mengetahui jika orang munafik itu adalah sesungguh-sungguhnya pendusta.”

Dari hadits dan ayat Al-Qur’an di atas kita bisa mengambil poin untuk ciri orang munafik seperti berikut.

Perkataannya yang Kerap Menuai Dusta

Ini merupakan ciri pertama, seseorang yang hatinya sedang terjangkit kemunafikan, ucapan-ucapan yang keluar dari mulutnya adalah suatu kebohongan. Benarnya tidak ada 50% dan selebihnya adalah dusta.

Baca juga: Perang Terakhir Nabi Muhammad SAW

Orang munafik selalu mempunyai alibi untuk kemenangan dirinya. Entah agar kedoknya terlindungi atau hanya agar mempunyai citra yang baik di hadapan manusia. Akan tetapi, real hatinya jauh kata dari mulutnya.

Ciri orang yang munafik berupa dusta ini dalam hal apapun, tidak ada faedahnya. Malahan hal tersebut merupakan salah satu tindakan yang menyebabkan kebencian Allah terhadap suatu hamba dan manusia lainnya. Sebagaimana sifat rasul yang ‘siddiq’ artinya ‘benar’, dusta merupakan perbuatan yang berlawanan.

Kerap Mengingkari Janji

Apabila seseorang sering tidak menepati janji, baik kepada diri sendiri maupun janji kepada Rabb dan manusia lainnya, maka waspadalah, karena hal tersebut merupakan salah satu ciri orang munafik. Ia akan ingkar terhadap janji-janjinya yang telah ia ikrar.

Padahal dalam agama Islam, hukum dalam menepati janji adalah wajib. Sebagaimana termaktub dalam Qur’an surat An-Nahl ayat 91 yang memiliki arti,

“Lalu penuhilah janjimu terhadap Tuhanmu apabila kamu berjanji, janganlah sekali-kali kamu ingkar terhadap sumpahmu tersebut setelah mengukuhkannya, sementara kamu telah menjadikan Allah SWT sebagai saksi atas sumpahmu itu. Sungguh Allah Maha Tahu atas segala apa yang telah kamu lakukan.”

Baca juga: Hadis Surga di Telapak Kaki Ibu yang Perlu Anda Ketahui

Islam sendiri mengajarkan untuk terbiasa menggunakan kalimat “Insya Allah” dalam setiap ucapan, terlebih apabila yang terlontar merupakan sebuah kata janji. Namun, bukan berarti dengan kata “Insya Allah” kita bisa tidak menepati janji kita, lho.

Ketika Orang Memberi Kepercayaan, Maka Ia Mengkhianati

Ciri orang munafik yang selanjutnya adalah ia akan mengkhianati apabila seseorang memberinya kepercayaan. Sikap amanah seseorang akan terwujud dengan bertanggung jawab atas kewajiban yang telah ia emban.

Sehingga apabila orang lari dari tanggung jawab, mengabaikan, meninggalkan, dan bertindak curang merupakan wujud dari sikap khianat.

Jelas, sikap khianat ini bertentangan dengan sifat wajib rasul yang “amanah” artinya “dapat dipercaya”. Tentunya, hal tersebut menjadi tindakan yang juga mendatangkan kebencian dari Allah SWT dan sesama manusia lainnya.

Malas-Malasan Saat Melakukan Ibadah

Setelah dusta, ingkar, dan khianat, ciri orang munafik yang sangat dominan adalah kecenderungan malas dalam melakukan ibadah kepada Allah. Baik itu ibadah mahdhah maupun dari segi muamalah.

Ibadah muamalah seperti membantu orang lain barangkali akan tetap mereka lakukan, alih-alih mendapatkan ridho dan pahala dari Allah SWT. Akan tetapi, sebatas untuk meninggikan citra baik di hadapan manusia semata.

Tanda-tanda munafik yang satu ini relevan dengan firman Allah Qur’an surat An-Nisa ayat 142 yang memiliki arti kurang lebih sebagai berikut,

“Sungguh, kumpulan orang munafik itu telah membohongi Rabbnya (Allah SWT), serta Allah kelak akan mengganjar tipu daya mereka. Bilamana mereka berdiri untuk menegakkan salat, mereka akan tegak dengan kondisi malas. Mereka menyimpan maksud (yakni riya’ atau takabur) dalam salatnya di hadapan manusia lainnya. Tidaklah mereka itu mengucap asma Allah SWT, melainkan barang sedikit saja.”

Ciri orang munafik ini dalam batinnya, mereka akan menganggap ibadah adalah beban berat untuk mereka laksanakan. Padahal harusnya Pencipta Langit Bumi inilah yang sudah seharusnya kita prioritaskan.

Ibadah wajib tidak memakan 24 jam waktu kita. Sedangkan sibuk dengan pekerjaan di dunia malah kita jadikan suatu yang penting dan utama. Berhati-hatilah, hal ini bisa termasuk langkah menjadi orang munafik.

Kehidupannya Penuh dengan Takabur dan Riya’

Masih relevan dengan ciri yang sebelumnya. Orang munafik kerap melaksanakan ibadah dengan tujuan mendapat pujian. Sementara dalam hatinya kosong akan hidayah dan penerangan.

Ciri orang munafik ini, kerap tidak kita sadari. Tersebab riya’ atau sombong ada banyak jenisnya. Sampai sekarang kemungkinan 80% manusia masih kesulitan untuk menghindari sifat sombong ini.

Baca juga: Bacaan Ikhfa Syafawi dalam Ilmu Tajwid, Berikut Ini Penjelasannya

Riya’, sombong, dan takabur merupakan istilah yang menggambarkan perilaku merasa tinggi (baik derajat, kepintaran, pangkat, bahkan ketaqwaan) dengan yang lainnya.

Kerap seseorang menyampaikan yang menurut ia adalah fakta dan realita, dengan tidak menyadari bahwa apa yang telah ia ucap tadi mengandur unsur riya’ di dalamnya.

Merasa Tenang Meski Sedang dalam Kemaksiatan

Ciri orang munafik akan lebih mudah hinggap pada orang yang tidak paham akan aturan dan tuntunan Islam. Artinya, ia malah akan cenderung berbangga atas apa yang ia lakukan, tanpa tahu bahwa hal itu termasuk kesalahan.

Ia juga akan menolak kebenaran yang sesungguhnya. Setelah ia berhasil dengan medannya, tentu di dalam pikirannya hanyalah ia sudah berada di jalan yang benar adanya. Ia menolak nasihat dan bebal akan maksiat.

Bahkan mereka tak segan pula mengungkapkan kebohongan untuk membenarkan apa yang sudah ia lakukan. Umumnya, hanya agar orang lain memberikan pemakluman atau jika bisa hingga pengakuan pembenaran.

Tidak Ingin Mengalah

Selanjutnya ciri orang munafik bisa terlihat dari sifatnya yang cenderung egois dan tidak ingin mengalah. Dalam bahasa Arab “fujur” yang artinya “merasa menang sendiri”.

Fujur merupakan sifat yang bertentangan dengan kata “taqwa”. Dulunya, kata fujur ini lahir berfungsi untuk menguji ketaqwaan seseorang bagaimana hendaknya menjadi hamba yang mulia di hadapan sesama dan Rabb.

Akan tetapi, kebanyakan malah mereka hobi menyiram dirinya dengan fujur. Akibatnya, mereka menjadi hamba yang keras kepala dalam mempertahankan pendapat, sikap, atau pandangan yang masih samar kebenarannya.

Apabila kenyataannya masih sangat jauh dengan benar, mereka akan kukuh mempertahankannya hingga ada orang lain yang bersedia mengalah darinya. Tentunya orang tersebut akan bahagia dengan kemenangannya.

Tertipu dengan Dunia Termasuk Ciri Orang Munafik

Alam dunia ladang permainan dan segalanya yang ada di dalamnya hanyalah tipu daya. Kehidupan yang sebenarnya hanya ada di alam baka dan tujuan hidup manusia di antara dua, surga atau neraka.

Sehingga yang menjadikan dunia adalah pencapaian akhir sempurna, patut mewaspadai karena barangkali munafik sudah mulai menyelimuti hati dan rohaninya. Tidak heran mereka akan melakukan banyak cara untuk bisa memenangkan permainan.

Ciri orang munafik ini akan membuat mereka berlomba-lomba mendapatkan dunia dengan menghalalkan banyak cara hingga melupakan bilamana Allah punya azab yang juga bisa Dia lakukan dengan banyak upaya. Semisal mereka berbohong, kelak lidah mereka akan Allah potong dan lain sebagainya.

Ya, agama memang menganjurkan untuk jangan berputus asa dalam mengejar asa dan cita. Akan tetapi, bukan berarti kita bisa mengandalkan segala cara. Terlebih apa yang kita kejar hanyalah sebatas tujuan dunia.

Ketahuilah bahwa Allah sangat membenci hamba yang menyimpan kebusukan sekecil apapun di dalam hatinya. Sehingga wajib hukumnya bagi kita untuk melindungi diri dari hasad, iri, dengki, atau sifat mazmumah lainnya.

Akan semakin baik pula apabila kita mengganti surga sebagai prioritas dan tujuan utama kita. Lalu tetap senantiasa berlomba dengan kebaikan tanpa meninggalkan apa yang menjadi tujuan keduniaan.

Dengan mengetahui ciri orang munafik yang sudah terangkum di atas, bisa kita jadikan bahan untuk lebih banyak bermuhasabah dan ajang intropeksi diri. Manusia meski menjadi makhluk yang sempurna dengan akalnya tetap tidak akan bisa bersih dari luput dan dosa.

Maka dari itu, tingkatkan keimanan kita. Semoga Allah menghindarkan kita dari kemunafikan dan segala bentuk kejahatan setan dengan segala bentuk rupa. Aamiin yaa rabbal alamin. Wallahu ‘alam bishawab. (R10/HR-Online)

Cek berita dan artikel HarapanRakyat.com yang lain di Google News