Kamis, Mei 15, 2025
BerandaBerita TerbaruKebakaran Hutan di Mojokerto 1891-1925, Penggembala Kambing Jadi Tersangka

Kebakaran Hutan di Mojokerto 1891-1925, Penggembala Kambing Jadi Tersangka

Kebakaran hutan di Mojokerto pernah terjadi pada masa kolonial, tepatnya pada tahun 1891-1925. Sejarah kebakaran hutan pada masa kolonial belum banyak ditulis oleh para sejarawan Indonesia, tak terkecuali oleh Eriano W. Gilarsi, dan Sarkawi.

Ia menulis kajian sejarah mengenai deforestasi hutan yang menyebabkan kerusakan, termasuk penyebab terjadinya kebakaran hutan dengan judul “Menjinakkan Si Jago Merah: Kebakaran Hutan & Strategi Penanganannya di Mojokerto, Jawa Timur (1890-1939)”.

Salah satu pernyataan yang paling menarik dari kajian sejarah kebakaran hutan oleh Eriano, dan Sarkawi itu menyebutkan bahwa penyebab kebakaran terjadi karena kecerobohan para penggembala kambing membuang api sembarangan.

Baca Juga: Sejarah Iklan Rokok, Wanita sebagai Daya Tarik Penjualan

Pernyataan tersebut tentu memunculkan pertanyaan apakah betul, penyebab utamanya para penggembala saja?

Apakah pemerintah kolonial waktu itu tidak curiga dengan aksi sabotase gerakan subversif? Mengingat tahun pada tahun 1900-an bangsa Indonesia sudah mengenal berbagai isu-isu tentang kemerdekaan.

Sejarah Awal Kebakaran Hutan di Mojokerto 1891-1925

Sejarah awal kebakaran hutan di Hindia Belanda, pertama kali terjadi pada tahun 1891. Saat itu kebakaran hutan hebat melanda wilayah Mojokerto, Jawa Timur.

Kebakaran ini menyebabkan 370 hektar kebun, rumah penduduk, dan 360 lumbung padi habis terbakar. Akibatnya total kerugian pemerintah kolonial mencapai 1000 hektar pencetak gulden rata menjadi tanah.

Biasanya kebakaran hutan yang menghabiskan ribuan hektar kebun, dan lumbung pemerintah kolonial di Mojokerto akan padam lebih dari tiga hari.

Pengalaman ini sebagaimana bersumber dari catatan sejarah kolonial Belanda di Onder-distrik Gondang, Pacet, dan Trawas dari Distrik Jabung, Afdeeling Mojokerto.

Menurut catatan tersebut, penyebab api lama tak padam karena kondisi hutan di Mojokerto yg kering, apalagi secara kebetulan bencana ini terjadi saat musim kemarau, (Eriano W. Gilarsi, 2019: 69).

Kebakaran hutan yang paling besar dan lama berhenti pernah terjadi juga pada tahun 1901-1905 di Hutan Pegunungan Arjuno terutama di daerah Penanggungan, Welirang, dan Anjasmoro.

Baca Juga: Sikep dan Sentana di Priangan, Priyayi dari Golongan Pedagang

Kebakaran hutan di pegunungan Arjuno memecahkan rekor terlama padam karena membutuhkan waktu 4 hari untuk benar-benar padam.

Kejadian ini membuat pemerintah kolonial mencari jalan keluar. Mereka tidak ingin terjadi lagi bencana seperti ini karena menyebabkan kerugian yang luar biasa bagi pemerintah induk di Belanda.

Tersangka Penyebab Kebakaran

Tersangka yang paling dituding oleh pemerintah kolonial terkait penyebab kebakaran hutan di Mojokerto adalah para penggembala kambing.

Mereka dituduh jadi tersangka karena senang ‘bermain-main dengan api’. Seperti merokok dan membuang puntungnya sembarangan, membakar ilalang untuk mengusir nyamuk di hutan, dan membuat bara api hanya sekedar iseng.

Oleh sebab itu penyelidikan tentang penyebab kebakaran di hutan Mojokerto tersebut menjatuhkan tersangka pada para penggembala kambing.

Sebab beberapa laporan terkait kegiatan saat menelusuri kasus tersebut mengatakan bahwa para penggembala kambing terbukti sering menggunakan api dengan sembarangan di Gunung Arjuno.

Pemerintah kolonial pun segera menangkap para penggembala kambing di Gunung Arjuno yang kerap menyalahgunakan penggunaan api.

Akibatnya para tersangka ditahan di penjara kota Mojokerto hingga puluhan tahun lamanya. Namun pada tahun 1939 mereka bebas seiring dengan peristiwa Perang Dunia II yang mulai berkecamuk di Hindia Belanda.

Baca Juga: Sejarah Penamaan Kota Bandung, Ternyata Berasal dari Nama Tumbuhan

Antisipasi Pemerintah Kolonial Tangani Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan yang kerap terjadi di Mojokerto sejak tahun 1891-1930 an, membuat pemerintah kolonial mengeluarkan antisipasi menangani kebakaran hutan dengan cara yang paling terbaik.

Demi mendapatkan hasil yang terbaik untuk menangani kebakaran hutan khususnya di Mojokerto, pemerintah kolonial rela mengundang Dr. S.H. Koorders, seorang houtvesterij sekaligus peneliti kehutanan asal Belanda.

Dalam tugasnya sebagai peneliti hutan, Ia kemudian ditempatkan langsung di hutan Trawas dekat dengan perkebunan kopi milik Belanda.

Penempatan Koorders di sana bermaksud untuk melakukan penelitian agar pemerintah bisa mencegah kebakaran hutan tidak terjadi dan merambat sampai kebun kopi.Hal ini karena kopi merupakan ladang bisnis paling menguntungkan bagi kolonial di Hindia dan juga negara induknya di Belanda. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Jalan Raya Mangunreja-Sukaraja

Jalan Raya Mangunreja-Sukaraja di Kabupaten Tasikmalaya Ditutup Total Akibat Longsor

harapanrakyat.com,- Hujan deras mengguyur wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menyebabkan terjadinya longsor di Jalan Raya Mangunreja-Sukaraja, Kampung Cibeureum, Desa Tanjungjaya, Kecamatan Mangunreja, Rabu (14/5/2025). Material...
Tol Cisumdawu KM 177

Pergerakan Tanah Ancam Jalan Tol Cisumdawu KM 177 dan 60 Rumah Warga di Sumedang

harapanrakyat.com,- Pergerakan tanah ancam Jalan Tol Cisumdawu KM 177 dan 60 rumah warga di Dusun Bojongtotor, Desa Sirnamulya, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, Jawa...
Pacar Baru Medina Zein, Ternyata Begini Awal Kedekatannya

Pacar Baru Medina Zein, Ternyata Begini Awal Kedekatannya

Pacar baru Medina Zein membuat netizen penasaran. Medina Zein sendiri memang baru memiliki pacar lagi setelah bercerai beberapa waktu lalu. Kini sang aktris Indonesia...
Paman Setubuhi Keponakan

Bejat, Paman Setubuhi Keponakan di Tasikmalaya karena Kesal Ibu Korban Cerewet

harapanrakyat.com,- Seorang paman setubuhi keponakan perempuan yang masih berusia 7 tahun di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Perbuatan bejat sang paman berinisial US...
Granat dan Peluru Aktif

Warga Panik Temukan Granat dan Peluru Aktif di Sumedang, Ini yang Dilakukan Petugas

harapanrakyat.com,- Warga Desa Cisempur, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, mendadak tegang setelah seorang warga menemukan granat dan peluru aktif sebanyak 24 butir di...
Pemain Naturalisasi Baru

4 Pemain Naturalisasi Baru Ini Siap Jadi Kunci Masa Depan Timnas Indonesia

PSSI setidaknya sudah melakukan proses naturalisasi kepada pemain keturunan sebanyak 19 kali untuk memperkuat Timnas Indonesia. Saat ini ada 4 pemain naturalisasi baru yang...