Trubus Soedarsono merupakan seniman yang juga anggota DPRD DIY dari fraksi PKI, bagaimana sejarah hidupnya?
Stigmatisasi rendah terhadap profesi seniman sering terjadi di kalangan milenial saat ini. Seolah-olah mereka yang berprofesi sebagai pelukis, pematung, penari, penyanyi dan lain sebagainya tidak memiliki bakat leadership (kepemimpinan).
Prasangka buruk soal jiwa leadership seorang seniman tak akan berlaku apabila kita melihat figur Trubus Soedarsono sebagai seorang pelukis sekaligus pematung yang pernah menjadi anggota DPRD DIY perwakilan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Baca Juga: Pengkhianatan G30S/PKI, Mao Zedong Pemimpin RRT Terlibat?
Tulisan berikut ini menyajikan sejarah biografi dari seorang seniman PKI, Trubus Soedarsono.
Bagaimana rekam jejak kehidupannya semenjak menjadi seniman hingga menjabat sebagai anggota DPRD? Lalu bagaimana kehidupan Trubus Soedarsono setelah meletus peristiwa G30S/PKI 1965?
Sejarah Hidup Trubus Soedarsono, Seniman Otodidak
Trubus Soedarsono lahir di Wates, daerah perbatasan antara Kulonprogo dengan Kota Yogyakarta pada tanggal 23 April 1926.
Semenjak kecil hingga dewasa Trubus Soedarsono berbakat dalam bidang kesenian, salah satu bidang kesenian yang kerap ditonjolkan oleh Trubus yakni seni lukis, dan seni patung.
Pengetahuan seni lukis dan seni patung Trubus peroleh dengan cara yang otodidak. Rasa penasaran yang mendalam bagi Trubus untuk membuat topeng karakter penari adalah salah satu pemicu dirinya untuk belajar seni patung.
Teman-teman Trubus Soedarsono mengenang sosoknya sebagai anak yang terampil membuat topeng, figur wayang boneka, dan ukiran untuk permainan reog.
Perjalanan hidup Trubus sejak kecil memang memprihatinkan. Ia lahir dan besar dari keluarga yang tak mampu, ibu dan bapaknya hanya seorang buruh petani yang tak punya sawah.
Sehari-hari mengandalkan upah pemberian majikan apabila tugasnya di sawah sudah selesai dikerjakan. Saking susahnya keadaan ekonomi mereka, Trubus Soedarsono pun tidak menamatkan SD (Sekolah Dasar).
Baca Juga: Sejarah Lekra, Lembaga Kebudayaan Pendulang Massa PKI
Menjadi Anggota DPRD DIY
Meskipun Trubus tidak tuntas Sekolah Dasar, bukan berarti kecerdasannya terbatas. Ia justru menjadikan dunia seni sebagai laboratorium pribadinya untuk meneliti jalan hidup apa yang harus Ia tempuh.
Hingga jatuh pada pilihan bergabung dengan partai politik PKI yang egaliter dan tidak memandang latar belakang kehidupan.
Bergabungnya Trubus dengan PKI tidak berlangsung cepat begitu saja. Latar belakang ketertarikan Trubus pada partai berlambang Palu dan Arit ini antara lain, karena pada tahun 1948 Ia pernah bergabung dengan organisasi “Pelukis Rakyat”, ketuanya Hendra Gunawan.
Karir Trubus Soedarsono dalam tubuh PKI semakin melesat, apalagi ketika namanya sering tampil dibidang Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) sekitar tahun 1950-1960 an.
Eksistensi seorang Trubus dalam dunia kepartaian antara lain karena Ia merupakan seniman yang produktif.
Beberapa karyanya dikoleksi oleh Istana dan Presiden Sukarno. Hal inilah yang kemudian membuat D.N. Aidit (Ketua C.C. PKI) menunjuk Trubus Soedarsono untuk mewakili PKI di Yogyakarta dalam mengisi kursi pemerintahan daerah (DPRD) yang masih kosong.
Sejak saat itu, Trubus Soedarsono menghendaki dukungan itu, dan menjabat menjadi anggota DPRD DIY, meskipun tidak pernah tamat Sekolah Dasar (SD).
Akhir Hidup Trubus Soedarsono yang Tragis
Menjadi seorang Trubus bukanlah hal yang mudah. Setelah menderita karena kemiskinan, perjalanan hidup Trubus Soedarsono yang sedang ada dalam kehidupan enak sebagai pejabat DPRD pun mendadak berakhir dengan tragis.
Hal ini terjadi akibat meletusnya peristiwa G30S/PKI 1965. Demonstrasi seluruh lapisan masyarakat menuntut agar negara segera membubarkan PKI.
Sementara para anggota PKI dan simpatisannya secepat mungkin untuk ditindak, dan dibinasakan.
Sejarah PKI mencatat, setelah Soeharto mendapat mandat Presiden Soekarno untuk mengamankan situasi, dan kondisi di seluruh Indonesia dari peristiwa G30S/PKI, akibatnya Trubus Soedarsono ikut menjadi korban penangkapan.
Baca Juga: Henk Ngantung, Seniman Sekaligus Mantan Gubernur Jakarta yang Terlupakan
Beberapa pendapat mengatakan Trubus menghilang bagai ditelan bumi setelah ditangkap karena merupakan “Gembong PKI”.
Banyak kejadian pembantaian massal terhadap orang-orang PKI di Jawa-Bali. Karena itu, sebagian pengamat sejarah mempercayai Trubus Soedarsono meninggal ikut terjaring sebagai tahanan. Eksekusi Trubus kemungkinan terjadi pada tahun 1966.
Kisah hidup Trubus Soedarsono sungguh catatan sejarah kelam dari seorang tokoh nasional yang berakhir dengan tragis.
Tulisan ini bersumber dari penelitian Skripsi FIB-Ilmu Sejarah, UNDIP: Reza Jurnaliston berjudul, “Lembaga Seniman Yin Hua: Media Aktualisasi Seni Lukis Etnis Tionghoa dan Perannya dalam Kehidupan Pelukis Tionghoa Tahun 1955-1965”, (Jurnaliston, 2017: 17). (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)