Minggu, Mei 25, 2025
BerandaBerita TerbaruTransmigrasi orang Bali ke Lampung, Potret Sukses Pemerintah Tuntaskan Kemiskinan

Transmigrasi orang Bali ke Lampung, Potret Sukses Pemerintah Tuntaskan Kemiskinan

Transmigrasi orang Bali ke sejumlah daerah sangat menarik untuk kita ulas. Berdasarkan catatan sejarah Indonesia, mereka di tahun 1950-an mengalami banyak kesulitan. Paling banyak permasalahan itu lantaran kesulitan finansial.

Di tahun 1950, orang Bali pernah mengalami fase kemiskinan cukup panjang. Sehingga pemerintah mencari cara agar mereka terbebas dari itu melalui program transmigrasi.

Menurut data statistik, penyebab kemiskinan dari penduduk Bali karena keadaan susah di pulau Dewata lantaran pertambahan jumlah penduduk.

Pertambahan itu berlangsung sejak tahun 1956 sampai dengan tahun 1970.

Jumlahnya peningkatan itu hampir 35%  dan menyebabkan kelangkaan bahan pokok seperti beras.

Dalam mengentaskan kemiskinan, pemerintah selain menggulirkan program transmigrasi, juga program swakarsa yang mana tujuannya ke daerah pedalaman.

Baca juga: Korte Verklaring, Perjanjian Raja Jawa dengan Belanda yang Merugikan

Program Transmigrasi Orang Bali ke Lampung oleh Pemerintah

Pemerintah untuk pertama kalinya mengirim sebanyak 20 keluarga yang merupakan orang Bali melalui program swakarsa, salah satunya ke daerah Lampung.

Bali, saat itu belum menjadi pulau se-terkenal seperti saat ini. Dengan kata lain belum ada industri kreatif yang fantastis seperti saat ini.

Bali dengan kapasitas pulau yang kecil ini justru menjadi daerah yang menyulitkan beberapa keluarga untuk hidup. Oleh sebab itu 20 keluarga pertama memilih transmigrasi ke daerah Lampung.

Perjanjian pemerintah saat akan pemberangkan ke Lampung dari Bali, anggota keluarga yang ikut transmigrasi telah dijanjikan lahan untuk tempat tinggal dan mencari nafkah disana dengan cara mengolah lahan pertanian.

Mereka memiliki kewajiban untuk membuka lahan yang saat itu di Lampung masih dalam keadaan hutan belantara.

Hewan buas dan liar seperti Harimau dan Gajah pun masih banyak di sana.

Adapun daerah hutan belantara di Lampung itu yakni bernama Seputih Raman. Dari sana lah pertama kali 20 keluarga orang Bali membuka lahannya untuk pertanian.

Pertanian Berhasil, Kampung Hindu Berdiri di Lampung

Menurut A. Amral Sjamsu dalam bukunya berjudul “Dari Kolonisasi ke Transmigrasi 1905-1953”, (Sjamsu, 1959: 37) telah hidup kampung Hindu di Lampung dari hasil adaptasi kebudayaan orang Bali di perantauan.

Transmigrasi orang Bali itu pun membuahkan hasil. Pembentukan kampung Hindu ini berawal dari kesuksesan pertanian mereka yang mengalami panen berlimpah tiga tahun pasca pembukaan lahan.

Salah satu penyebab kesuksesan panen ini antara lain akibat pembangunan irigasi yang memadai untuk lahan persawahan.

Alhasil panen raya dari panen raya yang melimpah ini banyak orang-orang Bali di Lampung yang taraf hidupnya semakin meningkat.

Selain mempunyai beras yang lebih dari cukup, mereka juga memiliki uang yang bisa membuat pura untuk sembahyang yang bagus.

Dari gagasan inilah kemudian beberapa tokoh Bali di Lampung menginisiasi pendirian kampung Hindu di tempat transmigrasi mereka.

Akhirnya pembangunan pun dilakukan, dengan sumber keuangan berasal dari hasil sumbangan setiap keluarga Hindu yang hidup di tanah perantauan, yakni Lampung.

Baca juga: Sejarah Zaman Malaise: Ekonomi Dunia Lesu, Pribumi Busung Lapar

Hasil Adaptasi Kebudayaan Orang Bali di Perantauan

Selain membentuk kampung Hindu sebagaimana penjelasan sebelumnya, ternyata kampung ini juga mengilhami pendirian Pura Agung untuk seluruh umat Hindu dari Bali yang ada di Lampung.

Proyek pembuatan Pura Agung ini selesai pada tahun 1980, dan hingga saat ini pura tersebut masih menjadi pusat peribadatan Hindu di Lampung.

Biasanya umat Hindu akan datang ke Pura Agung apabila terdapat acara-acara besar seperti Hari Raya Nyepi, dan lain sebagainya.

Apabila kita ke sana, kita akan menemukan Bali kedua. Sebab daerah kampung Hindu di Lampung sangat persis dengan aslinya di Pulau Dewata.

Progam transmigrasi orang Bali ini pun terbilang berhasil. Karena mereka yang ikut lebih sejahtera.

Hal ini sebagaimana penjelasan Aan Budianto dalam Jurnal Mozaik: Kajian Ilmu Sejarah Indonesia berjudul “Sejarah Orang Bali di Lampung”, (Budianto, 2020: 26).

Menghidupkan Tradisi Ngaben di Lampung

Setelah terbentuknya Pura Agung, banyak orang Hindu Bali di Lampung yang ingin menghidupkan tradisi Ngaben.

Alasan mereka karena di Lampung kini sudah memiliki fasilitas yang lengkap untuk mengadakan upacara sakral bagi umat Hindu.

Beberapa yang mengajukan tradisi Ngaben digalakan antara lain berasal dari keluarga transmigran Bali yang kaya.

Namun mereka juga memberikan solusi supaya tradisi ngaben tidak memakan uang yang banyak.

Solusi itu yakni menggelar tradisi ngaben secara masal. Dengan demikian biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga yang menggelar upacara tersebut tidak terlalu mahal.

Akhirnya solusi ini disetujui oleh berbagai pihak. Solusi menggelar acara Ngaben secara masal merupaka terobosan baru saat itu untuk umat Hindu yang hidup di tanah perantauan.

Ide ini yaitu diinisiasi oleh seniman besar Bali bernama Gurun Sri Nuryati dan Gde Made Mudhana.

Baca juga: Budidaya Padi Masyarakat Jawa Kuno, Punya Navigasi Pertanian Modern

Akulturasi Budaya Bali dan Lampung

Peradaban Hindu Bali di Lampung telah membawa dampak akulturasi kebudayaan yang belum kita ketahui sebelumnya. Sehingga, pemerintah tidak hanya sukses melaksanakan program transmigrasi orang Bali saja, namun dari sisi kebudayaan.

Hasil akulturasi tersebut bisa kita jumpai dari kain penari Bali khas lampung bernama Gema Jura Mas. Kain ini biasa digunakan oleh para penari Bali yang motifnya diambil dari batik Lampung.

Selain motif batik pakaian penari Bali, akulturasi kebudayaan dengan Lampung juga terasa dalam karya seni rupa berbentuk patung.

Patung tersebut berasal dari hasil ukiran kayu maupun batu yang berbentuk Gajah Lampung dan ukiran kayu binatang lainnya bernama “Seraton”.

Biasanya para pemahat ini memasarkan hasil karyanya kepada para pengunjung yang tertarik untuk mengoleksi.

Menurut Aan Budianto, cinderamata patung Seraton merupakan hasil akulturasi kebudayaan Bali dengan Lampung.

Sebab bentuk patung ini berasal dari gambaran fauna yang ada dalam cerita rakyat orang Bali dengan Lampung.

Adapun gambaran patung Seraton itu sendiri merupakan bentuk burung hantu dan seekor kadal, di atas kepalanya ada ukiran yang menceritakan folklore antara kepercayaan orang Bali, dan kepercayaan orang Lampung.

Hal ini bertujuan untuk mempererat hubungan kebudayaan antara masyarakat Hindu Bali dan penduduk Lampung yang tinggal di sekitar Seputih Raman.

Hingga saat ini akulturasi budaya itu telah membawa kedamaian diantara dua kelompok suku tersebut.

Begitulah beberapa ulasan terkait transmigrasi orang Bali ke wilayah Lampung yang mana hingga saat ini bisa kita lihat hasilnya. Ini menjadi catatan penting sejarah Indonesia dalam mengentaskan kemiskinan. (Erik/R6/HR-Online)

RSUD Ciamis akan Adakan Kelas Edukasi Persadia, Catat Tanggalnya

RSUD Ciamis akan Adakan Kelas Edukasi Persadia, Catat Tanggalnya

harapanrakyat.com,- RSUD Ciamis, Jawa Barat, bersama Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia), akan mengadakan Kelas Edukasi untuk para penderita diabetes. Kelas edukasi yang berlangsung pada hari...
Hanya di bank bjb, Nonton Konser Showcase Hindia Bisa Sambil Nabung

Hanya di bank bjb, Nonton Konser Showcase Hindia Bisa Sambil Nabung

harapanrakyat.com,- bank bjb memberikan kemudahan buat penggemar musik untuk menonton konser Showcase Hindia. Konser bertajuk ‘25 on Blank Canvas!’ tersebut, akan berlangsung di Tennis...
Longsor dan pergerakan tanah di Garut

Longsor dan Pergerakan Tanah di Garut, Warga Terancam Kehilangan Tempat Tinggal

harapanrakyat.com,- Bencana tanah longsor dan pergerakan tanah kembali terjadi di Garut, Jawa Barat. Akibatnya ada 12 rumah yang terdampak. Meski tidak ada korban jiwa...
OTK Tikam Petugas BPBD dan Jukir saat Konvoi Persib Juara di Garut

OTK Tikam Petugas BPBD dan Jukir saat Konvoi Persib Juara di Garut

harapanrakyat.com,- Orang Tak Dikenal (OTK) menikam petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut, Jawa Barat saat konvoi Persib juara. Selain petugas BPBD, pelaku juga...
Hujan Intensitas Tinggi di Wilayah Kota Banjar Sebabkan Tebing Longsor dan Banjir

Hujan Intensitas Tinggi di Wilayah Kota Banjar Sebabkan Tebing Longsor dan Banjir

harapanrakyat.com,- Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Kota Banjar, Jawa Barat, sejak beberapa hari terakhir. Akibatnya, bencana alam tebing longsor dan banjir pun terjadi...
Bupati Citra Janji Atasi Banjir di Maruyungsari

Bupati Pangandaran Janji Atasi Banjir di Maruyungsari, Petani Masih Kecewa

harapanrakyat.com,- Bupati Pangandaran, Hj. Citra Pitriyami turun langsung ke Desa Maruyungsari bersama Kapolres Pangandaran AKBP Mujianto, Dandim Ciamis, serta Kepala BBWS Citanduy untuk mencari...