Sabtu, Mei 3, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Menteng, Pemukiman Elit Warisan Belanda di Jakarta

Sejarah Menteng, Pemukiman Elit Warisan Belanda di Jakarta

Menteng adalah nama salah satu daerah terkenal di Jakarta Pusat. Menteng ternyata punya sejarah unik, sebab ternyata Menteng merupakan pemukiman elit yang sudah ada sejak zaman Belanda.

Banyak penelitian sejarah mengungkapkan Menteng sebagai salah satu pemukiman tua yang ada di Jakarta. Menteng juga jadi pusat tempat tinggal orang-orang penting. Bahkan Soekarno-Hatta pernah tinggal dan punya rumah di daerah tersebut.

Sejarah Menteng sebagai pusat pemukiman orang-orang penting di negara ini karena daerah itu merupakan titik strategis.

Dekat dengan pusat pemerintahan dan memiliki peluang besar menjadi daerah elit pada masa mendatang. Dugaan itu pun benar, hingga saat ini Menteng tersohor sebagai tempat mukim orang-orang kaya dan pejabat.

Meskipun banyak sejarah kolonial yang menguraikan awal mula adanya pemukiman Menteng, tak sedikit orang yang tahu asal-usul pemukiman elit zaman Belanda ini tempat kecil Presiden Amerika Barack Obama.

Baca Juga: Sejarah Sarinah Mall, Department Store Pertama di Indonesia

Hingga saat ini pemukiman menteng menjadi tempat bersejarah. Selain pernah jadi peradaban penting zaman Belanda, daerah ini juga menjadi tempat penting bagi Amerika. Sebab di sana, Obama tumbuh menjadi dewasa.

Sejarah Menteng Sebelum Jadi Pemukiman Elit Belanda

Menurut Adolf Heuken SJ dalam buku berjudul, “Menteng: Sejarah Kota Taman Pertama di Indonesia” (2001), dahulu Menteng adalah daerah yang menyeramkan. Tidak ada yang berani memasuki daerah tersebut kecuali para kerabat raja yang sedang berburu.

Konon Menteng merupakan hutan liar dengan hewan-hewan buas yang tak terkendali. Tak sedikit dari penduduk Jakarta kala itu jadi korban binatang buas. Mereka yang bernasib malang tewas karena serangan harimau dan macan kumbang setelah tak sengaja lewat daerah tersebut.

Seiring dengan berjalannya waktu dan penguasaan Jakarta yang kala itu masih bernama Batavia berpindah pada Belanda, Menteng menjadi pusat perhatian pemerintah kolonial.

Karena Belanda Menteng kemudian berubah menjadi pemukiman yang asri. Penghuninya pun terdominasi oleh pejabat-pejabat tinggi Belanda.

Adapun nama Menteng pada masa awal berasal dari tumbuhan “Menteng” atau dalam bahasa latin “Beccaurea racemosa”. Konon zaman dulu tumbuhan tersebut memenuhi hutan di sana.

Baru pada tahun 1810 daerah elit orang Belanda zaman dulu ini mulai berkembang. Ada satu atau dua keluarga yang datang dan menghuni daerah Menteng.

Peristiwa ini kemudian menandakan Menteng menjadi pemukiman baru. Mereka (orang-orang Belanda) membuka untuk pertama kali daerah Menteng jadi tanah hunian.

Alhasil tidak hanya orang Belanda yang menggunakannya, tetapi juga pasca Indonesia merdeka, banyak pejabat-pejabat tinggi yang mengisi rumah di daerah berstatus sosial terhormat.

Baca Juga: Kisah Cipto Mangunkusumo, Seorang Pahlawan yang Anti Raja

Tanah Partikelir Milik Swasta

Selain terkenal menjadi tempat berkumpulnya binatang-binatang buas, Menteng juga berasal dari tanah milik partikelir (swasta) yang belum terkelola dengan baik.

Meskipun tahun 1810 sudah mulai terbuka dan jadi tempat hunian orang-orang Eropa di Batavia, Menteng baru jadi dan resmi sebagai wilayah elit pemerintah kolonial baru pada tahun 1812.

Pengambilalihan tanah partikelir terjadi dari tangan swasta ke pemerintah kolonial seiring dengan bangkrutnya kongsi dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Sebelumnya Menteng jadi tanah partikelir karena VOC menjualnya ke masyarakat golongan Timur Asing. Akibatnya orang-orang Arab dan Tionghoa pernah singgah dan bertempat tinggal di Menteng pada awal abad ke-18.

Menurut laporan kolonial tanah Menteng milik partikelir merupakan sebidang lahan yang berisi persawahan dan perkebunan kelapa. Umumnya para penguasa Arab (Moor) sengaja membiarkan tanah mereka di Menteng jadi tempat bercocok tanam.

Begitu pun dengan orang-orang Cina. Mereka ikut membiarkan tanah miliknya tak terurus untuk nanti menjadi bekal (investasi) ketika pasaran harga tanah naik dua kali lebih besar dari sebelumnya.

Peristiwa ini melambangkan kejayaan orang-orang Timur Asing. Dampaknya menimbulkan kecemburuan sosial sebagian orang pribumi.

Sebab selain harga tanah di sekitar Menteng semakin mahal setiap tahunnya, daerah ini juga terkenal subur, strategis, dan ramah jadi tempat hunian keluarga di masa tua.

Baca Juga: Dangdut Tahun 1970-an: Senjata Orba Lumpuhkan Daya Kritis Pemuda

Membangun Bangunan Megah Bersejarah

Ketika tanah partikelir berubah status kepemilikan jadi tanah pemerintah kolonial, mereka kemudian membangun Menteng dengan beberapa gedung mewah dan bersejarah.

Hampir di seluruh deret jalan Menteng saat ini bisa kita jumpai bangunan-bangunan tua dan mengandung nilai sejarah yang berharga.

Satu di antara yang lainnya adalah, Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Taman Suropati, Gedung Bouwplog, Gereja Katolik Saint Teresia dan Paulus, serta mantan gedung kantor Telephone yang sekarang menjadi Universitas Bung Karno di sekitaran Menteng. Gedung-gedung tersebut merupakan bangunan yang penuh dengan cerita di masa lampau yang menarik.

Sebut saja gedung Bappenas, selain menjadi saksi para “Think Tank” pembangunan Nasional berpijak dan melahirkan ide-ide besarnya, gedung ini ternyata juga pernah jadi Loji dan tempat Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dalam mengadili tokoh-tokoh penting terlibat G30S/PKI 1965.

Begitupun dengan Taman Suropati, satu-satunya taman tertua yang ada di sekitaran Menteng. Tujuan pembangunan taman Bischop adalah tempat penting orang-orang Eropa mencari udara yang bersih.

Terbukti hingga saat ini taman ini jadi salah satu paru-paru paling berpengaruh di pusat kota Jakarta.

Selain bangunan bersejarah di atas, Menteng juga merupakan pemukiman pejabat penting negara.

Di sana ada banyak rumah-rumah Duta Besar. Perwakilan-perwakilan negara tetangga berderet dengan rumah gubernur Jakarta dan menteri-menteri penting lainnya.

Oleh sebab itu, daerah Menteng merupakan titik penting yang harus mendapatkan pengamanan ketat dari aparat negara. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Kantor BSI Kota Tasikmalaya

Kebakaran Hebat Terjadi di Area Proyek Pembangunan Kantor BSI Kota Tasikmalaya

harapanrakyat.com,- Kebakaran hebat terjadi di area proyek pembangunan Kantor BSI Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Jalan Mayor Utarya, Kelurahan Empangsari, Kecamatan Tawang, Minggu (3/5/2025). Besarnya kobaran...
Fun Tasik Competition 2025

Atlet Sepatu Roda Kota Banjar Juara 2 Skate Cross Ajang Fun Tasik Competition 2025

harapanrakyat.com,- Atlet cabang olahraga sepatu roda Kota Banjar, Jawa Barat, berhasil mengukir prestasi menjadi juara 2 dalam event Fun Tasik Competition 2025 yang berlangsung...
Elkan Baggott

Elkan Baggott Kenang Momen Manis Bersama Timnas: Garuda Tetap di Hati

Elkan Baggott, bek dari Blackpool FC, masih mengingat kebersamaannya dengan Timnas Indonesia. Bahkan ia masih mengingat setiap momen manis bersama tim Garuda tersebut. Elkan sempat...
Maling Motor Apes, Kepergok Warga Saat Beraksi di Garut, Berakhir Babak Belur

Maling Motor Apes, Kepergok Warga Saat Beraksi di Garut, Berakhir Babak Belur

harapanrakyat.com,- Apes betul nasib dua orang maling motor berinisial A dan TR. Kedua maling motor tersebut babak belur usai kepergok warga saat melakukan tindakan...
Djajang Nurdjaman

Sosok Djajang Nurdjaman, Mantan Pelatih Sekaligus Direktur Teknik Persib Bandung

Persib Bandung kabarnya telah menunjuk mantan pelatih Djajang Nurdjaman sebagai Direktur Teknik (Dirtek) klub. Kabar tersebut beredar di sosial media X (Twitter) yang memperlihatkan...
Pendidikan ala militer untuk anak nakal di Jabar

Dedi Mulyadi Sebut Pendidikan Ala Militer untuk Anak Nakal di Jabar Bukan Latihan Perang!

harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi menyebut pendidikan ala militer untuk anak nakal bukanlah latihan perang. Pendidikan ala militer yang digagas Dedi Mulyadi...