Minggu, Mei 4, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Perbudakan Zaman Kolonial, Kisah Londo Ireng Jadi Serdadu Belanda

Sejarah Perbudakan Zaman Kolonial, Kisah Londo Ireng Jadi Serdadu Belanda

Sejarah perbudakan zaman kolonial Belanda di Indonesia ternyata menyimpan kisah kelam yang mengiris hati. Salah satu peristiwa yang menyedihkan ini tercermin dari adanya istilah Londo Ireng untuk menyebut serdadu Belanda dari budak Afrika.

Belanda sengaja membawa budak-budak dari Afrika untuk bekerja menjadi pion. Layaknya serdadu yang tahan banting dan seolah punya nyawa cadangan, budak Afrika sering menjadi orang nomor satu menghadapi masalah orang-orang Belanda di Indonesia.

Mereka diadu domba dengan orang-orang pribumi oleh Belanda. Kadang-kadang perkelahian yang menimbulkan bentrokan secara berkelompok menyebabkan kematian. Oleh karena itu orang-orang pribumi membenci mereka dan menjulukinya dengan sebutan Londo Ireng (Bahasa Jawa: Belanda Hitam).

Baca Juga: Belanda Hitam yang Malang, Kisah Orang Afrika jadi Serdadu di Jawa

Londo Ireng ini tersebar di pulau Jawa. Mereka berdiaspora dari arah Timur hingga mendarat dan mendominasi kategori sosial sebagai budak orang Belanda di kota-kota Pelabuhan Indonesia seperti, Batavia, Semarang, dan Surabaya.

Awal Sejarah Perbudakan Zaman Kolonial, Orang Afrika Jadi Sasaran

Menurut Ineke van Kessel dalam bukunya berjudul ”Serdadu Afrika di Hindia Belanda 1831-1945” (2011), pertama kali orang Afrika jadi sasaran perbudakan oleh orang Belanda di Jawa terjadi pada awal abad ke-17 masehi.

Orang-orang Belanda datang bersama budak Afrika yang berasal dari pemberian koloni Portugis di wilayah Timur Indonesia. Pada awalnya mereka bertugas jadi pengawal kapal dan tukang pukul apabila kapal mereka diserang Bajak Laut.

Namun di tangan kekuasaan kolonial Belanda, para budak Afrika ini berubah menjadi seorang serdadu yang tangguh dan dipersenjatai. Belanda juga memberikan pakaian dan atribut lengkap layaknya tentara.

Karena merasa diperlakukan seperti petugas keamanan opsir Nederlands Indie, mereka nyaman dan tidak mencurigai jika Belanda telah memperbudaknya. Para barisan Londo Ireng ini tunduk dan hormat pada Belanda karena telah diberi tugas yang baik.

Pemerintah kolonial hanya menangguk dan senyum kecut pada mereka. Sebab dalam hatinya mereka hanya sebatas budak yang diberi atribut opsir.

Belanda menganggap mereka sebagai badut pemberani. Sebab para budak Afrika terkenal punya tenaga yang besar dan kuat layaknya raksasa.

Baca Juga: Jenderal Sudirman dan Sepak Bola, Pencetak Gol yang Handal

Oleh sebab itu karena postur tubuhnya yang besar dan kuat, pemerintah kolonial menjadikan mereka pion menghadapi pertempuran. Selain kuat dan bertenaga raksasa, Belanda juga senang karena para budak ini mampu dibeli dengan harga yang murah.

Serdadu Belanda dari Budak Afrika Berdiaspora di Jawa

Setelah para budak Afrika ini berprofesi menjadi Serdadu Belanda, persebaran mereka di Indonesia begitu cepat. Terutama menyebar dan berdiaspora di seluruh pelosok Jawa. Tidak hanya berada di kota-kota Pelabuhan, mereka juga ada di pedesaan agraris.

Peristiwa ini terjadi akibat para budak Afrika ini merasa bangga dan punya kewenangan khusus dari Belanda untuk menjaga wilayahnya. Meskipun status mereka sebagai budak, orang-orang Afrika ini tidak merasa rendah dari pada kaum pribumi.

Justru para serdadu Afrika ini berani menentang pribumi karena mereka dianggap lemah dan tak berdaya menghadapi opsir kolonial. Sebab budak Afrika dibekali senjata oleh Belanda yang bisa melukai bahkan menewaskan siapapun lawan di depannya.

Selain karena karakter yang arogan, diaspora budak Afrika di Jawa juga terjadi akibat Belanda menambah jumlah budak tersebut dari bekas budak orang Portugis di Timor-Timur.

Portugis mengirim mereka ke Jawa atas perintah Belanda, akibatnya golongan Londo Ireng ini semakin banyak berdatangan di sana.

Budak Afrika yang kemudian jadi serdadu kolonial ini kebanyakan berasal dari daerahnya di Mozambik. Karena merasa Jawa nyaman dari ancaman musuh dan Bajak Laut, mereka pun memutuskan untuk kawin mawin dengan orang-orang pribumi.

Oleh sebab itu pertumbuhan penduduk campuran dengan orang Afrika di Jawa mengalami peningkatan.

Belanda Melarang Perbudakan Orang Afrika

Karena perkembangan zaman yang semakin maju, Inggris memerintahkan Belanda agar melarang perbudakan dari ras orang-orang Afrika di Hindia Belanda.

Perintah ini sesuai dengan keputusan Undang-undang Perdagangan Manusia yang lahir pada awal abad ke-19 masehi.

Inggris langsung memerintahkan beberapa negara sekutu kolonial, di bawah pemerintahan Napoleon untuk memanusiakan orang-orang Afrika.

Baca Juga: Pemberontakan Cikande Udik, Petani Banten Merebut Tanah dari Belanda

Sebab mereka memiliki sumber daya manusia yang bisa dikembangkan jadi manusia yang berperadaban tinggi.

Namun keputusan melarang perbudakan dari orang Afrika nampaknya kurang tepat untuk Hindia Belanda. Sebab seiring dengan pembebasan mereka dari perbudakan, pemerintah kolonial menjadikan pribumi sebagai penggantinya.

Banyak orang Jawa jadi pengganti mereka dan berprofesi jadi budak. Kedoknya sama, Belanda menjanjikan pekerjaan bergengsi yaitu jadi serdadu yang dipersenjatai lengkap. Selain orang Jawa adanya fenomena perbudakan ini diambil dari masyarakat Indonesia bagian Timur.

Mereka juga sama diiming-imingi pekerjaan sebagai serdadu Marsose. Oleh karena itu apabila kita melihat foto-foto Marsose awal abad ke-19 masehi, kebanyakan anggotanya berasal dari orang-orang Indonesia.

Bukan Belanda dan sedikit sekali orang Afrika. Menurut Ineke mereka ditugaskan di Dinas Resimen Khusus Melayu yang sekarang dekat dengan wilayah Srilanka. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Status Tanggap Darurat Bencana

Pergerakan Tanah Ancam 13 Rumah, Pemda Sumedang Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana

harapanrakyat.com,- Pemerintah Kabupaten Sumedang, menetapkan status tanggap darurat bencana selama 7 hari kedepan, dalam penanganan pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di Dusun Sukaasih, Desa...
Bencana Pergerakan Tanah di Sumedang

Bencana Pergerakan Tanah di Sumedang, Jalan Kabupaten Terputus dan 13 Rumah Warga Terancam

harapanrakyat.com,- Bencana pergerakan tanah di Sumedang, Jawa Barat, terjadi saat hujan deras mengguyur sejak Sabtu (3/5/2025) petang hingga Minggu (4/5/2025) dinihari tadi. Akibat pergerakan...
Ratusan Ikhwan TQN Suryalaya Sirnarasa Ikuti Manaqib di Agrowisata Cibungureun Leuwi Keris Ciamis

Ratusan Ikhwan TQN Suryalaya Sirnarasa Ikuti Manaqib di Agrowisata Cibungureun Leuwi Keris Ciamis

harapanrakyat.com,- Ratusan ikhwan TQN Ma’had Suryalaya Sirnarasa PPKN mengikuti kegiatan Manaqib di Agrowisata Cibungureun Leuwi Keris, Dusun Guha, Desa Handapherang, Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Minggu...
Doa Bulan Dzulqa dah, Penuh Kemuliaan Diapit 2 Hari Raya

Doa Bulan Dzulqa dah, Penuh Kemuliaan Diapit 2 Hari Raya

Doa bulan Dzulqa dah perlu umat muslim panjatkan. Hal ini karena bulan tersebut termasuk penuh kemuliaan. Dalam kalender Hijriyah, Dzulqa dah adalah bulan ke...
Mengenal Beberapa Jenis Kupu- Kupu Beracun di Dunia yang Berakibat Fatal

Mengenal Beberapa Jenis Kupu-Kupu Beracun di Dunia yang Berakibat Fatal

Apa yang muncul di benak Anda saat melihat kupu-kupu? Pastinya sebagian besar orang menganggap kupu-kupu merupakan hewan yang cantik dan menawan yang terbang di...
Cara Pin Video TikTok Supaya Posisinya Teratas

Cara Pin Video Tiktok Supaya Posisinya Teratas

Cara pin video TikTok mungkin sedang Anda butuhkan saat ini. Aplikasi media sosial TikTok terus melakukan inovasi untuk meningkatkan pengalaman pengguna, khususnya saat menonton...