Rabu, Juni 4, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarawan Ong Hok Ham dan Tulisannya yang Bikin Naik Darah Mafia Orba

Sejarawan Ong Hok Ham dan Tulisannya yang Bikin Naik Darah Mafia Orba

Mendengar namanya saja bikin telinga pejabat Orde Baru jadi panas. Apalagi membaca tulisan-tulisannya di koran Nasional bisa-bisa bikin naik darah para mafia Orba. Ya orang yang bisa bikin “jantungan” petinggi Orde Baru itu adalah sejarawan Ong Hok Ham.

Pak Ong begitu sapaan akrab mahasiswa sejarah di Universitas Indonesia, merupakan mahaguru sejarah yang kerap menelurkan karya-karya historiografi anti Orba. Meskipun sempat beberapa kali ikut dalam kontrak penelusuran sejarah bersama sejarawan kesayangan Orde Baru Nugroho Notosusanto.

Selain terkenal sebagai sejarawan alumni fakultas sastra UI, nama Ong Hok Ham terkenal di kalangan ilmuwan sejarah Internasional sebagai mantan mahasiswa studi lanjutan di Universitas Yale Amerika Serikat.

Selain suka mengkritik Orde Baru pria kelahiran Surabaya 1 Mei 1933 ini juga terkenal sebagai sejarawan yang juga sering mengkritik sikap apatis masyarakat Tionghoa di Indonesia. Ong sebagai sejarawan tentu melihat fenomena janggal ini dengan kacamata pendekatan kesejarahan.

Salah satu kutipan unik dari kritiknya tentang sikap apatis orang Tionghoa di Indonesia adalah, “jika mereka (orang Tionghoa) ingin diperhatikan pribumi, seharusnya mereka hidup sebagaimana mestinya orang Indonesia”. Artinya harus ada unsur enkulturasi budaya Nusantara dalam kehidupan orang Tionghoa di Indonesia.

Ong Hok Ham, Sejarawan Faktual yang Punya Analisis Tajam

Menurut David Reeve dalam bukunya berjudul, “Onze Ong, Ong Hok Ham dalam Kenangan” (2007), pak Ong merupakan seorang sejarawan yang faktual dan punya analisis tajam. Maksudnya Ong Hok Ham terampil menempatkan sejarah menjadi ilmu masa lalu yang relevan dengan keadaan saat ini.

Ia bisa menggunakan data-data faktual dan memprosesnya menjadi data-data yang menunjukan gejala sosial di masa lalu. Singkatnya ia selalu memberikan contoh relevan persoalan sosial yang bisa terjawab oleh hasil analisis fakta yang tajam.

Baca Juga: Sejarah Kapiten Tionghoa, Pejabat Kolonial Belanda yang Dicemburui Pribumi

Ong sendiri menyebut fakta sejarah sebagai modal sejarawan untuk menggali peristiwa. Sedangkan analisisnya ada dalam pendekatan (approachment). Sejarah akan menjadi barang berharga apabila dua modal ini berjalan seiring-seangin.

Karena merasa ia bisa mengolah ini secara baik, maka Ong tak segan mengkritik Orde Baru menggunakan kajian literatur sejarah. Keberanian Ong Hok Ham mengkritik Orba nampaknya jadi bom bunuh diri, sejarawan keturunan Tionghoa ini dipenjara Orba akibat pekerjaan mengkritiknya yang keterlaluan.

Ong Hok Ham Tak Suka Sikap Tionghoa yang Apatis

Meskipun ia sendiri keturunan Tionghoa, namun Ong pada Reeve pernah mengatakan tidak suka pada bangsanya sendiri karena mereka terkenal punya sikap yang apatis. Artinya orang Tionghoa di Indonesia “masa bodoh” dengan persoalan negerinya sendiri.

Banyak ahli yang mengatakan ini terjadi akibat orang Tionghoa di Indonesia adalah minoritas, namun kata Ong minoritas justru harus menunjukan tekad untuk melebur jadi satu dengan dominasi (pribumi). Karena sikap apatis inilah orang Tionghoa sukar bergabung dengan orang-orang pribumi.

Baca Juga: Sejarah Sentiong dan Tradisi Pemakaman Tionghoa di Indonesia

Jujur Ong tak suka dengan fenomena ini. Ia ingin melepaskan “baju identitas” sebagai orang Tionghoa akibat sikap apatis bangsanya.

Menurut Ong sikap tidak peduli pada perkembangan sekitar, terutama apatis terhadap situasi politik merupakan upaya orang Tionghoa mempertahankan identitas.

Karena ini pula selain menjadi minoritas, banyak orang Tionghoa yang kena bully teman-teman pribumi. Karena sikap egois yang tinggi demi mempertahankan identitas asli sebagai orang “China” mereka rela diintimidasi dan didiskriminasi.

Berapa banyak orang Tionghoa yang jadi korban kerusuhan akibat sikap apatis ini. Daripada terus mempertahankan sikap apatis yang membawa sengsara lebih baik dengarkan pendapat Ong.

Sejarawan lulusan Yale University ini mengusulkan cara untuk mengeluarkan mereka dari persoalan tersebut.

Caranya mudah, orang Tionghoa di seluruh Nusantara harus ikhlas lebih maju dari sebelumnya menjadi orang Indonesia sebagaimana yang telah Ong lakukan selama ini. Pahami sejarah dan politik Indonesia, cintai kebudayaannya, dan jauhi percikan konflik yang berisiko mengundang perpecahan.

Ong Menuduh Penjajah Belanda Membentuk Mental Tionghoa Jadi Apatis

Sejarawan Ong Hok Ham menaruh kecurigaan yang kuat pada penjajah Belanda, soal penyebab terbentuknya mental buruk Tionghoa jadi apatis.

Ong punya data dan fakta sejarah bagaimana Belanda pernah memutuskan silaturahmi orang China dengan pribumi untuk memecah belah persatuan.

Baca Juga: Sejarah Pabrik Arak di Batavia, Orang Tionghoa Peracik Alkohol Langganan Belanda

Ong mengantongi bukti-bukti tersebut dari cara Belanda menerapkan kebijakan diskriminatif dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan hukum. Begitu pun dengan bidang sosial dan kebudayaan. Belanda yakin kunci kebudayaan Tionghoa yang berseberangan dengan pribumi menjadi sebuah langkah awal menciptakan “ketimpangan”.

Ketimpangan inilah yang akhirnya memupuk subur mental dan sikap orang Tionghoa jadi social human yang apatis.

Akibatnya mereka terkucilkan oleh polahnya sendiri. Belanda cerdas menggunakan politik identitas sebagai senjata penghancur persatuan. Bahkan warisan ini terbawa sampai era Orde Baru.

Tepatnya ketika peristiwa kerusuhan 1998 yang mengakibatkan perundungan orang-orang China di kota besar, terutama Jakarta. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)  

Dedi Mulyadi Minta Perusahaan di Jawa Barat Salurkan CSR untuk Pemberdayaan Warga Sekitar Pabrik

Dedi Mulyadi Minta Perusahaan di Jawa Barat Salurkan CSR untuk Pemberdayaan Warga Sekitar Pabrik

harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta kepada perusahaan yang ada di Jabar untuk menggunakan atau menyalurkan dana CSR (Corporate Social Responsibility) untuk pemberdayaan...
e-Budgeting

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Berlakukan e-Budgeting dan e-Voting Menyasar Seluruh Desa

harapanrakyat.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi terus melakukan inovasi, untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan transparan di era kepemimpinannya dengan mengeluarkan kebijakan e-Budgeting....
Tersangka Pembunuhan di Cihaurbeuti Ciamis Hubungi Ibunya di Taiwan Setelah Bunuh Nenek

Tersangka Pembunuhan di Cihaurbeuti Ciamis Hubungi Ibunya di Taiwan Setelah Bunuh Nenek

harapanrakyat.com,- MSA (19) tersangka kasus dugaan pembunuhan terhadap sang nenek Cucu Cahyati (60) warga Desa Sukamulya, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ternyata sempat...
pameran sekolah SMAN 6 Bandung

Yuk Intip Antusiasme Calon Peserta Didik di Pameran Sekolah di SMAN 6 Bandung

harapanrakyat.com - Masyarakat Kota Bandung, Jawa Barat, khususnya peserta didik SD dan SMP tampak antusias mendatangi pameran sekolah di SMKN 6 Bandung. Mereka terlihat...
Sakit hingga Tidak Bisa Berjalan, Pria di Kota Banjar Ini Butuh Bantuan

Sakit hingga Tidak Bisa Berjalan, Pria di Kota Banjar Ini Butuh Bantuan

harapanrakyat.com,- Sakit hingga tidak bisa berjalan, seorang pria di Kota Banjar, Jawa Barat, ini membutuhkan bantuan untuk biaya pengobatan. Pria tersebut adalah Rahman (38),...
Tinjau Langsung Lokasi Bencana Angin Puting Beliung di Cihaurbeuti, Bupati Ciamis Beri Bantuan

Tinjau Langsung Lokasi Bencana Angin Puting Beliung di Cihaurbeuti, Bupati Ciamis Beri Bantuan

harapanrakyat.com,- Bupati Ciamis Herdiat Sunarya tinjau langsung lokasi bencana angin puting beliung yang menerpa dua desa di Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa...