Kamis, Mei 1, 2025
BerandaBerita TerbaruKaderisasi PKI Tahun 1964, Tolak Kabir dan Anti Mohlimo

Kaderisasi PKI Tahun 1964, Tolak Kabir dan Anti Mohlimo

D.N. Aidit terkenal zakelijk (saklek/tegas) dalam memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) pasca kemenangan kembali dalam Pemilu 1955. Ia berhasil mencetuskan kaderisasi partai yang ketat. Aidit memberikan pendidikan politik pertama kali pada tahun 1964 sebagai awal dari kaderisasi PKI. Tujuannya untuk melatih anggota partai menjadi anggota dan simpatisan yang militan.

Apabila tujuan itu berhasil maka PKI akan menjadi partai satu-satunya di Indonesia yang mampu mencetak anggota partai yang loyal.

Sebab hanya PKI pada waktu itu yang peduli dengan program kaderisasi, meskipun sebelumnya Moh. Hatta dalam PNI sudah mencetuskan gagasan tersebut pada tahun 1930-an, namun tak banyak anggota partai yang mematuhinya.

Baca Juga: PKI Bawah Tanah, Gerakan Rahasia Komunis Lawan Jepang

Aidit melihat Jakarta sebagai ladang pusat pengkaderan PKI. Kendati demikian ia tetap memberikan penugasan pada senior partai untuk menyalurkan program kaderisasi partai ke beberapa pelosok di pedesaan.

Bahkan jika Aidit punya waktu luang, ia sendiri sering mengantarkan pendidikan politik pada anggota dan simpatisannya yang ada di pedesaan.

Pada puncaknya program kaderisasi partai Aidit terkenal akibat mencetuskan tema Menolak Kapitalis Birokrat (Kabir) dan Anti Mohlimo.

Menurutnya dua kontradiksi tersebut merupakan pangkal masalah bagi masyarakat dari golongan buruh dan petani. Oleh sebab itu Aidit berharap kaderisasi ini bisa menjadi solusi bagi sejumlah permasalahan rakyat.

Sejarah Kaderisasi PKI Tahun 1964, D. N. Aidit Mempropaganda Kebencian Terhadap Kabir

Menurut D. N. Aidit dalam tulisannya sendiri berjudul, “Djadilah Komunis Jang Baik dan Lebih Baik Lagi” (1964), Kabir merupakan istilah partai untuk menyebut kaum Kapitalis Birokrat. Penggunaan istilah seperti ini dipercaya mampu meningkatkan daya ingat kader akan musuh utama mereka. Sebab istilah Kabir cenderung kata yang unik dan mudah dihafalkan.

Adapun kaum Kabir yang dimaksud oleh Aidit adalah para pejabat birokrasi yang memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan kesejahteraan rakyat. Mereka (Kabir) identik dengan orang-orang yang pengecut dan berkhianat. Adagium yang cocok untuk menggambarkan kaum Kabir antara lain yakni sama dengan istilah kacang lupa kulitnya.

Mereka lupa siapa yang dahulu bisa menjadikannya sebagai pejabat. Mereka lupa dari dukungan siapa mereka bisa duduk manis di kursi parlementer.

Rakyat kecewa namun apa daya, sebelum PKI mempropagandakan anti Kabir, rakyat hanya bisa melihat fenomena ini tanpa perlawanan. Tunduk seperti kerbau dicocok hidungnya.

Baca Juga: Kisah Buruh Batik Jadi Priyayi Cilik di Surakarta Tahun 1919-1922

Setan Desa

Dalam buku Aidit yang lain seperti, “Kaum Tani Mengganjang Setan-setan Desa” (1964), Aidit mengklaim kaum Kabir banyak bermukim di sekitar Jawa Barat. Tanah Pasundan dianggap sebagai Sarang Kabir. Aidit menyebut mereka dengan Setan Desa.

Mengapa Setan Desa? Jawabannya karena para Kabir berhasil menghimpun kekayaan dari proyek birokrasi pusat di Jakarta.

Mereka kembali setelah pensiun ke desa (tempat kelahiran) yang sebelumnya sudah membeli banyak lahan untuk menghabiskan hari tua. Ladang mereka diurus oleh para petani yang rata-rata adalah keluarga terdekatnya.

Karena itulah meskipun para petani tersebut diupah sewenang-wenang oleh pemilik ladang membuat mereka segen memberontak karena masih ada darah keturunan.

Selain itu mereka segen meminta upah lebih karena kehidupannya sudah terjamin. Banyak para petani di Jawa Barat yang berasal dari golongan menengah. Selain karena butuh, para petani bekerja di kaum Kabir hanya untuk mengisi waktu luang.

Pengalaman tersebut berdasarkan sumber akurat dari penelitian Aidit dan Comite Central PKI bagian Riset/Penelitian yang berhasil mengungkapkan penyebab kenapa PKI kalah dan tidak menjadi partai populer di tanah Jawa Barat.

Adapun setting penelitian mereka meliputi pedesaan Rantjah, Padaherang (Kab. Tjiamis), Karangnunggal (Kab. Tasikmalaja), Tjisompet, Wanaradja (Kab. Garut), Djati Tudjuh (Madjalengka), Tjipendeuj, Tjiwidej (Bandung), dan Serpong, Legok (Kab. Tangerang).

Kaderisasi PKI Tahun 1964 yang Anti Mohlimo

Mohlimo adalah istilah masyarakat zaman Hindu Buddha di Jawa untuk menyebutkan pantangan pada lima jenis kemaksiatan. Antara lain terdiri dari, kemaksiatan Main (Judi), Minum (Mabuk-mabukan), Melacur, Maling, dan Madat (Mengkonsumsi Opium – Narkotika).

Menjadi sesuatu hal yang menakjubkan tatkala PKI yang selalu diidentikan dengan Partai Setan ternyata pernah melarang kader partainya melakukan Mohlimo.

Menurut Aidit, apabila para kader PKI hobi maksiat maka bisa berdampak buruk pada kemajuan partai. Bahkan nantinya bisa mengantarkan PKI pada kehancuran yang abadi.

Aidit percaya melakukan pencegahan pada kemaksiatan seseorang itu susah. Jangankan pada para kadernya, terkadang diri sendiri pun masih sulit menahannya. Namun ia tak kehilangan akal, Aidit kemudian membentuk gagasan pengkaderan tambahan bertajuk pengintegrasian partai bernama Kebudajaan Baru.

Baca Juga: Tragedi Berdarah di Ngawi: Gubernur Suryo Dibunuh PKI

Kebudayaan Baru merupakan gagasan Aidit dan kolega partai dalam Comite Central PKI untuk menghindarkan para anggotanya tersangkut Mohlimo.

Dalam Kebudayaan Baru terdapat kegiatan-kegiatan positif partai yang bisa mengalihkan pikiran negatif, hawa nafsu, dan emosi para kader agar tidak terjerumus pada lubang kemaksiatan.

Salah satu kegiatan tersebut adalah membuka proyek penelitian partai untuk mengembangkan PKI agar menjadi partai yang lebih besar dari sebelumnya. Terutama penelitian yang menyangkut kekalahan PKI dalam Pemilu di beberapa kabupaten yang ada di Jawa Barat.

Dalam satu rapat penelitian, Aidit pernah mengatakan Mohlimo adalah sumber penyakit. Apabila sebagian saja dari anggota partai berhasil melangkahinya, niscaya dia akan dijamin oleh kesehatan dan kesejahteraan.

Menciptakan Metode Kaderisasi yang Egaliter

Dalam proses kegiatan anti Mohlimo secara tidak langsung PKI telah menciptakan metode kaderisasi yang egaliter. Hal ini tercermin dari karakter Aidit yang tidak menyimbolkan kemewahan dari seorang pemimpin partai tersebar ke-4 di Indonesia.

Antara terlihat dari karakter Aidit yang tidak memandang mana pimpinan dan mana bawahan. Selagi ada kesempatan untuk mendiskusikan persoalan partai bersama-sama, apalah arti pemimpin kalau pada kenyataannya mencetuskan argumentasi pemikiran yang kurang tepat. Sedangkan bawahannya mengkritik dan sukses memperbaikinya.

Selain itu sikap Aidit demikian merupakan realisasi partai kiri yang menjunjung rasa solidaritas kebersamaan yang kuat.

Mereka juga terkenal sebagai golongan massa yang anti kelas, cita-citanya bahkan ingin menghilangkan struktur kelas. Tidak ada yang miskin dan kaya, semua sama alias setara.

Sikap rendah hati Aidit dalam memimpin sebuah diskusi terlihat dari cuplikan dalam buku D. N. Aidit “Djadilah Komunis Jang Baik dan Lebih Baik Lagi” (1964) berikut ini:

“Memadukan pimpinan partai dengan massa hanja mungkin djika dengan konsekwen dilaksanakan prinsip ,,Atasan membantu bawahan” dan “Atasan memberi tjontoh kepada bawahan”.

Artinya atasan harus mengabdi layaknya seorang guru pada murid yang bersifat mengayomi. Pernyataan ini juga diperkuat oleh pendapat Aidit tentang “sebagian besar dari tenaga fikiran dan waktu dari atasan harus ditjurahkan untuk membantu bawahan”.

Salah satu implementasi dari pernyataan-pernyataan Aidit tersebut adalah “menghindari konflik internal dan antar partai. Menurut Aidit pengintegrasian setiap politik dan putusan-putusan partai dengan seluruh anggota dan rakjat akan tercapai apabila dua dari padanya (antar parpol) saling berdamai”. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Infinix XBook B15 Resmi Rilis, Desain Stylish dan Sertifikasi Militer

Infinix XBook B15 Resmi Rilis, Desain Stylish dan Sertifikasi Militer

Infinix XBook B15 akhirnya resmi rilis. Kehadiran XBook B15 ini menambah pilihan untuk para konsumen. Kabarnya laptop Infinix ini membawa banyak kelebihan dari segi...
Isu Strategis Arah Pembangunan

Isu Strategis Arah Pembangunan Kota Banjar 2025-2029, Apa Saja Poin Pokoknya?

harapanrakyat.com,- Sejumlah poin isu strategis yang akan menjadi arah pembangunan Kota Banjar, Jawa Barat, disampaikan Wali Kota Banjar, Sudarsono saat rapat paripurna DPRD Kota...
Asah Kreativitas dan Kepercayaan Diri

Pentas PAI di Kota Banjar Asah Kreativitas dan Kepercayaan Diri Pelajar

harapanrakyat.com,- Pentas Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kota Banjar, Jawa Barat, untuk mengasah kreativitas dan kepercayaan diri para pelajar. Kegiatan tersebut dilaksanakan di SDN...
Latihan Pengendalian Massa

Polres Tasikmalaya Latihan Pengendalian Massa Unjuk Rasa Peringatan May Day 2025

harapanrakyat.com,- Sebagai bentuk kesiapsiagaan dan antisipasi potensi unjuk rasa menjelang Hari Buruh Internasional atau May Day 2025, personel Polres Tasikmalaya Polda Jabar mengikuti latihan...
Pelatih Timnas Indonesia U-23

PSSI Tentukan Pelatih Timnas Indonesia U-23 untuk SEA Games 2025 di Rapat Exco

Wakil Ketua Umum PSSI, Yunus Nusi mengatakan bahwa penentuan pelatih Timnas Indonesia U-23 akan diumumkan dalam Rapat Exco, bukan melalui kongres. Hal itu Yunus ungkapkan...
Komplotan Curanmor Lintas Kabupaten

Polres Sumedang Bongkar Komplotan Curanmor Lintas Kabupaten, 8 Pelaku dan 16 Motor Diamankan

harapanrakyat.com,- Jajaran Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Sumedang, Polda Jabar, berhasil mengungkap komplotan curanmor lintas kabupaten yang kerap beraksi di wilayah perbatasan Sumedang-Indramayu. Sebanyak delapan...