Sabtu, Mei 31, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah PKI yang Dihilangkan Orba, Tolak Politik Pecah Belah

Sejarah PKI yang Dihilangkan Orba, Tolak Politik Pecah Belah

Sejarah perjuangan internal PKI merupakan catatan penting dari peran Partai Komunis Indonesia yang dihilangkan oleh Orde Baru (orba). Penting karena PKI ternyata pernah memperjuangkan kepentingan bersama dan partai pertama di Indonesia yang menolak politik pecah belah.

PKI sangat benci pada anggota internal partai yang individualis. Seperti halnya tidak suka menolong sesama, tidak peduli pada korban bencana, dan ingin menang sendiri dengan cara memperkaya kehidupan pribadi.

Penanaman karakteristik menuntut kesetaraan tersebut mempengaruhi pula organisasi pengikutnya (Onderbouw). Salah satu Onderbouw yang terpengaruh oleh ajaran perjuangan internal PKI adalah Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat).

Lekra merupakan afiliasi organisasi sosial PKI yang terkenal dengan kekuatan solidaritasnya.

Baca Juga: PKI Bawah Tanah, Gerakan Rahasia Komunis Lawan Jepang

Melalui PKI, Lekra pernah mengusulkan budaya sebagai penguat kesatuan negara. Mereka secara terang-terangan ingin menjaga keutuhan bangsa supaya tidak tercerai berai oleh politik pecah belah kaum kapital.

Siapakah yang dimaksud kaum kapital? Mereka adalah golongan sosial yang gemar memperkaya diri sendiri. Lebih parahnya mereka berasal dari golongan politisi dan golongan pejabat birokrasi.

Belakangan Aidit pernah mengeluarkan statement menarik menyikapi mereka dengan menamakannya Kabir (Kapitalis Birokrat).

Sejarah PKI yang Dihilangkan Orba, Menjunjung Tinggi Solidaritas

Menurut D. N. Aidit dalam buku berjudul, “Djadilah Komunis Jang Baik dan Lebih Baik Lagi” (1964), Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai kiri yang menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan solidaritas kebangsaan.

Partai yang menakutkan bagi sebagian besar generasi saat ini, justru menginginkan integrasi partai yang sesuai dengan pribadi budaya dan sanubari bangsa.

Artinya PKI tidak pernah merasa dimusuhi dan memusuhi partai lain. Aidit sendiri menganggap justru partai lain (rivalitas) itulah yang mendiskriminasi PKI dengan mencap partai tersebut sebagai wadah politikus yang Anti Tuhan.

Padahal Aidit sendiri punya latar belakang kehidupan yang agamis semenjak kecil. Selain itu anggota PKI pada umumnya kerap menjalankan perintah-perintah Tuhan dalam kegiatan politiknya.

Mereka (PKI) membenci sikap individual, (acuh) dengan keadaan sekitar meskipun orang terdekatnya sedang mengalami kesusahan, kelaparan, dan menjerit kesakitan.

Aidit pernah berpesan, PKI harus peka dengan kesusahan rakyat. Pernyataan berikut sebagaimana yang ucapan Aidit:

“Seharusnya partai jangan bersikap individualis, misalnja perdjuangan kawan jang satu menentang kawan lain hanja karena sikapnja tidak tepat atau tidak simpatik. Menutupi kesalahan sendiri hanya untuk membalas dendam dsb. Perdjuangan tak berprinsip (individual) demikian ini adalah tidak baik dan merugikan partai”.

Baca Juga: Menangkal Hantu Merah, Sejarah Polisi Melawan Komunis Tahun 1920

Pemimpin PKI pasca kerusuhan Madiun 1948 itu ingin menciptakan partai komunis yang berani, revolusioner, namun tetap mengutamakan pengintegrasian kebangsaan. Tetap pada jalan yang lurus, tidak membelot, apalagi ikut terjerumus pada lubang yang sama.

Aidit Melarang Konflik Internal

Beberapa catatan peninggalan D. N. Aidit menyatakan, pria kelahiran Belitung ini pernah mengeluarkan peraturan partai yang intinya melarang konflik internal.

Aidit tidak suka mendengar cekcok sesama kader partai. Baginya konflik hanyalah membuat partai terlihat lemah dan mundur.

Namun ia juga sadar kalau konflik internal tak mudah dihindarkan. Hal ini tentunya perlu selesai sesegera mungkin sebagaimana wejangannya dalam buku Aidit “Djadilah Komunis Jang Baik dan Lebih Baik Lagi” (1964):

“Djika perdjuangan tidak berprinsip toch terjadi djuga, seperti halnja masih terdapat dalam partai kita sekarang, haruslah tjepat-tjepat diurus dan diselesaikan. Atau menurut peribahasanja “tidak boleh dimalamkan’’ karena djika dibiarkan berlarut-larut. Ia bisa merintangi lantjarnja pekerdjaan partai dan bahkan bisa berkembang menjadi sangat tadjam dan sampai menjinggung soal-soal prinsipiil serta merusak persatuan partai.”

Wejangan Aidit bisa berarti sebagai solusi untuk partai menghindari politik pecah belah. Sebab konflik internal merupakan salah satu pemicu tersulutnya api yang bisa memecah belah persatuan partai. Baik dalam partai internal maupun eksternal, Aidit tidak menyarankan satu partai dengan lainnya berkonflik melainkan berdamai.

Jikapun mereka ada yang berkonflik, Aidit menyarankan untuk berdamai. Caranya kompromi, musyawarah, dan mufakat. Seperti ungkapan berikut ini:

“Masing-masing harus saling memberi dan menerima. Tidak boleh ngotot-ngototan atau tarik urat. Semuanya wajib kompromi, musyawarah, dan mufakat!”

Baca Juga: Profil Alimin Prawirodirdjo, The Great Old Man Komunis Indonesia

Mengajarkan Self Kritik pada Kader PKI

Pernyataan-pernyataan Aidit di atas merupakan salah satu bentuk pendidikan politik yang mengajarkan self kritik atau mengkritik diri sendiri. Hal itu adalah salah satu sejarah PKI yang dihilangkan Orba.

Bagi Aidit apabila ada orang yang ingin ikut menjadi bagian dari pada kader PKI, terlebih dahulu yang musti mereka lakukan adalah self kritik (introspeksi diri).

Jangan menilai diri paling benar dan semua salah. Sebab pada hakikatnya Aidit menginginkan kader partai yang bijaksana. Cerdas menempatkan ekspresi diri, tidak main serobot dan saling bantai.

Barangkali orang-orang kiri salah menafsirkan Aksi Sepihak. Maka dari itu banyak di antara mereka yang masih melakukan klaim liar kepemilikan orang lain menjadi milik bersama.

Menurut Aidit cara lain self kritik selain meninjau kembali definisi seruan-seruan politis partai yaitu mengembangkan liberalisme dalam tubuh kader.

PKI tak anti dengan liberalisme, Aidit sengaja membiarkan liberalism tumbuh dalam kader PKI, sebab dengan jalan itu para anggota partai akan terhindar dari kontradiksi politik (konflik).

Self kritik bagi Aidit adalah cara untuk menumbuhkan sifat-sifat kebijaksanaan. Membuang penuh titik kepengecutan dan memupuk kuat jiwa orang partai yang tangguh, berkarakter, dan selalu mengedepankan sifat-sifat intelektualitasnya. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Lembur Katumbiri Kota Bandung

Lembur Katumbiri Kota Bandung, Wisata Gratis yang Lagi Hits

harapanrakyat.com,- Bagi Anda yang sedang berada di Kota Bandung, Jawa Barat, wajib banget nih coba kunjungi Lembur Katumbiri, kampung wisata gratis dengan suasana ceria...
Dedi Mulyadi Ingin Jadwal Sekolah di Jawa Barat Diseragamkan: Masuk Jam 6 Pagi, Sabtu Libur.

Dedi Mulyadi Ingin Jadwal Sekolah di Jawa Barat Diseragamkan: Masuk Jam 6 Pagi, Sabtu Libur

harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, ingin jadwal masuk sekolah diseragamkan. Salah satu kebijakan yang akan diterapkan adalah mengubah jam masuk sekolah menjadi pukul...
Nassar Ingin Menikah Tahun Depan, Ini Persiapannya

Nassar Ingin Menikah Tahun Depan, Ini Persiapannya

Pedangdut kondang Nassar ingin menikah tahun depan. Harapan tersebut merupakan sebuah keinginan yang ia ungkapkan dengan penuh harap di hadapan awak media baru-baru ini....
Kitako Campsite Cianjur

Camping Estetik di Kitako Campsite Cianjur, View Telaganya Bikin Adem

harapanrakyat.com,- Sudah ada rencana liburan akhir pekan? Yuk coba camping estetik dan menyatu dengan alam di Kitako Campsite di Cianjur, Jawa Barat. Di sini,...
Ayam goreng asap pertama di Ciamis

Kuliner Unik Ayam Goreng Asap Pertama di Ciamis, Wajib Coba!

harapanrakyat.com,- Di Ciamis, Jawa Barat, kini terdapat kuliner unik terbaru yang wajib Anda coba! yaitu Bakkar Fried Chicken, inovasi ayam goreng (fried chicken) asap...
Dedi Mulyadi Geram Barak Militer Diminta Dihentikan, Sementara Korupsi Pendidikan Diabaikan

Dedi Mulyadi Geram Barak Militer Diminta Dihentikan, Sementara Korupsi Pendidikan Diabaikan

harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi atau akrab disapa KDM menyayangkan permintaan sebagian pihak yang meminta program pendidikan di barak militer bagi anak-anak yang...