Sabtu, Mei 10, 2025
BerandaBerita TerbaruPenghapusan Becak Kayuh Tahun 1950 yang Diwarnai Kericuhan

Penghapusan Becak Kayuh Tahun 1950 yang Diwarnai Kericuhan

Penghapusan becak kayuh tahun 1950 sempat diwarnai kericuhan. Kementerian PTPU (sekarang Kementerian Perhubungan) awalnya bermaksud untuk menghapuskan becak sebagai moda transportasi umum di jalanan Jakarta.

Pemerintah akan menggantinya dengan pengadaan becak motor yang datang langsung dari Italia (Kemungkinan besar Bajaj). Akan tetapi wacana ini diwarnai oleh kericuhan sejumlah tukang becak yang tidak setuju.

Mereka menggelar unjuk rasa di beberapa titik jalanan Jakarta, menuntut pemerintah –Kementerian PTPU agar enggan merealisasikan wacana penghapusan becak di Ibu Kota.

Becak kayuh merupakan alat transportasi populer sejak tahun 1936, para pemiliknya sudah nyaman dengan tunggangan tersebut.

Tukang becak kayuh tidak ingin meninggalkan kendaraan tua itu, kendati pemerintah akan menggantinya dengan becak motor (bajaj) tetap saja memicu meluasnya aksi demonstrasi.

Baca Juga: Konflik Soemitro dan Ali Moertopo, Dua Jenderal yang Saling Sikut

Menghadapi hal ini pemerintah tak gentar, Kementerian PTPU memberhentikan izin operasional 10.000 becak kayuh di Jakarta. Mereka mengganti biaya kerugian tukang becak kayuh dengan mengganti becak motor, sesuai janji sebelumnya.

Namun demo tukang becak terus terjadi hingga ke daerah pinggiran Jakarta. Lantas bagaimana akhir kericuhan yang mewarnai penolakan penghapusan izin membecak di Jakarta? Berikut ulasannya.

Wacana Penghapusan Becak Kayuh, PTPU Menjanjikan Ganti Rugi 100.000 Becak Motor

Menurut koran Nusantara: Warta Harian Merdeka pada Senin, 1 September 1950 bertajuk, “Betja Biasa Akan Lenjap? Presiden Demonstrasi dengan Betja Bermotor”, PTPU telah menjanjikan ganti rugi 100.000 becak motor untuk para tukang becak kayuh yang bersedia mengganti wahana bisnisnya pada sejak bulan September 1950.

Menteri PTPU juga menjanjikan bantuan uang secukupnya bagi para tukang becak kayuh yang bersedia menggunakan becak motor untuk mencari pundi-pundi rupiah di Jakarta.

Hal ini Menteri PTPU lakukan karena minat para tukang becak kayuh pada tahun 1950-an begitu sukar meninggalkan kendaraan manual tersebut. 

Maka dari itu Kementerian PTPU hanya mengimport becak motor dari Italia termin pertama sejumlah 30.000 unit, jauh janji yang telah mereka layangkan pada para tukang becak kayuh -100.000 unit.

Kabar penolakan ini kemudian terdengar oleh Sukarno. Awalnya Kementerian PTPU bersama sang Presiden saling bekerjasama dengan menggunakan Sukarno menjajal becak motor import dari Italia tersebut. Sukarno pun mencobanya mengelilingi Istana.

Sebelum momentum itu terjadi media sudah siap dengan lensa dan pena tajamnya untuk memuat peristiwa menarik berbau iklan tersebut. Namun tetap saja tukang becak kayuh tak tertarik, mereka sudah tahu bahwa Sukarno hanya mempermainkannya saja.

Baca Juga: Pemberantasan Buta Huruf 1962 dan Kisah Sukarno Sindir Wartawan Asing

Puncaknya Sukarno pun memanggil Kementerian PTPU ke Istana. Bung besar pemimpin revolusi Indonesia itu menyampaikan agar tidak memaksakan kehendaknya, lagi pula tukang becak kayuh lebih bekerja secara natural ketimbang memakai becak mesin menambah-nambah jumlah polusi.

Memberi Sosialisasi Pemakaian Becak Motor

Kendati sudah dipanggil ke Istana dan diimbau tidak memaksakan kehendak oleh Sukarno, Kementerian PTPU tetap optimis dengan keberhasilan program penghapusan becak kayuh di Jakarta.

Mereka percaya bahwa penolakan tukang becak kayuh itu berasal dari ketidaktahuan dan ketertinggalan menggunakan teknologi modern.

Maka dari itu Kementerian PTPU memberikan sosialisasi pemakaian becak motor secara cuma-cuma alias gratis. 

Tak disangka banyak tukang becak kayuh yang mau ikut pelatihan menggunakan becak motor. Peristiwa ini membuat mata tukang becak kayuh lainnya tertarik.

Awalnya hanya puluhan yang mendaftar sosialisasi pemakaian becak motor pada awal tahun 1951-an terdapat ratusan tukang becak kayuh yang penasaran ingin menjajal becak motor buatan Italia itu. 

Mereka mulai tertarik menggunakan becak motor, akibatnya perlahan-lahan kebijakan penggantian becak kayuh ke motor mendapatkan hasil yang lumayan.

Peristiwa di atas sebagaimana tergambar dalam kutipan surat kabar Nusantara: Warta Berita Merdeka (1950) berikut ini:

“Bagi kalangan buruh betja hal ini berarti suatu keringanan bagi pemakaian tenaganja. Tambahan penghasilannja, dan peninggian drajadnja sebagai buruh manusia tetapi juga permintaan sjarat-sjarat jang baru seperti sjarat-sjarat Rijbewijs pengetahuan tekhnik motor betja. Tetapi Kementerian PTPU pertjaja bahwa mereka akan mengatasi sjarat-sjarat ini dengan segala senang hati”.

Baca Juga: Sejarah Musik Keroncong di Indonesia, Instrumen Tradisional Bangsa Moor

Kementerian PTPU Meringankan Kerja Buruh

Wacana penghapusan becak kayuh dan menggantikannya dengan becak motor bertujuan untuk meringankan beban kerja buruh. Kementerian PTPU ingin memperbaiki harkat dan martabat buruh jasa di negeri yang baru 5 tahun merdeka.

Hal ini sebagaimana kutipan Kementerian PTPU berikut ini: “Sesungguhnya betja jang ada sekarang merupakan penghasilan bagi suatu lapisan buruh Indonesia. Tetapi dalam pengalamannja kita beberapa tahun memakai betja makin terasa negatif jang merupakan keraguan bagi buruh kita chususnja –masjarakat kita umumnja.

Oleh sebab itu program penghapusan becak bukan berarti menjatuhkan profesi buruh jasa, melainkan memperbaiki dan meningkatkan penghargaan orang lain terhadap sebuah profesi jasa itu sendiri.

Lambat laun sosialisasi Kementerian PTPU tersebut diterima oleh para tukang becak kayuh. Apalagi pada saat itu pajak becak kayuh ditingkatkan dari yang semula hanya 3% menjadi 25%.

Pajak itu sengaja diterbitkan untuk ‘menghapus’ becak kayuh di jalanan Jakarta. Pajak becak kayuh yang melampau tinggi juga bertujuan untuk menghapuskan sistem kapitalisasi transportasi umum sewaan. Sebab pada saat itu banyak pengepul becak yang menindas buruh jasa. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Antisipasi Gangguan Kamtibmas, Polres Pangandaran Sita Puluhan Botol Minuman Keras Berbagai Merek

Antisipasi Gangguan Kamtibmas, Polres Pangandaran Sita Puluhan Botol Minuman Keras Berbagai Merek

harapanrakyat.com,- Polres Pangandaran menyita puluhan botol minuman keras (Miras) ilegal dari berbagai merek, dalam rangka Kegiatan Rutin yang Ditingkatkan (KRYD) Jumat (9/5/2025) malam. Menurut Kasat...
Sempat Jadi Bulan-bulanan Warga, Polres Sumedang Ringkus 4 Pelaku Curas Bermodus COD

Sempat Jadi Bulan-bulanan Warga, Polres Sumedang Ringkus 4 Pelaku Curas Bermodus COD

harapanrakyat.com,- Unit Reskrim Polsek Cimalaka Polres Sumedang, Jawa Barat berhasil meringkus empat orang pelaku pencurian dengan kekerasan (curas) modus COD, Kamis (8/5/2025) malam.  Dari video...
Terciduk Mesra di Kondangan Luna Maya, Gisel dan Cinta Brian Diduga Berpacaran

Terciduk Mesra di Kondangan Luna Maya, Gisel dan Cinta Brian Diduga Berpacaran

Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier di Bali berhasil mencuri perhatian publik beberapa hari terakhir ini. Tidak hanya pengantinnya saja, namun kehadiran tamu undangan...
Lisensi Klub Profesional

Raih Lisensi Klub Profesional, Persib Siap Berlaga di Kancah Internasional

Satu lagi penghargaan Persib Bandung yang membanggakan. Persib baru saja sukses mendapatkan Lisensi Klub Profesional tahun 2024-2025 yang statusnya tanpa catatan. Prestasi ini tercantum...
Live Bareng dan Inilah Cara On Cam di Tiktok Sebagai Tamu

Live Bareng dan Inilah Cara On Cam di Tiktok Sebagai Tamu

Cara berkolaborasi dalam siaran langsung di aplikasi TikTok bersama akun lain mirip dengan cara pengguna melakukan siaran langsung bersama di Instagram. Metode ini dikatakan...
Program Pemutihan Piutang Pelanggan

Warga Sambut Baik Program Pemutihan Piutang Pelanggan Non Aktif PDAM Tirta Anom Kota Banjar

harapanrakyat.com,- Warga menyambut baik program Pemutihan Piutang Pelanggan Non Aktif dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Anom Kota Banjar, Jawa Barat. Diketahui program pemutihan...