Seorang Lurah di Desa Simo, Kecamatan Baloredjo, Madiun, Jawa Timur perintahkan rakyatnya untuk makan tikus sawah dalam rangka memberantas hama. Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Januari 1963.
Program pemberantasan hama tikus dengan cara mengonsumsi hewan pengerat ini memang menjijikkan, tak sedikit orang yang menganggap ini tidak normal, namun berbeda di mata pemerintah saat itu. Menteri Pertanian dan Agraria, Ir. Kaslan A Tohir justru memberikan penghargaan atas ide tersebut.
Kendati begitu Kaslan tetap menyarankan agar dilakukan penelitian mendalam pada isu daging tikus jadi bahan konsumsi manusia. Oleh sebab itu, ia menerbangkan peneliti biologi dan ahli pangan untuk memastikan mengonsumsi daging tikus aman.
Setelah diteliti lebih lanjut nampaknya Menteri Kaslan mendapat respon yang baik. Para peneliti tikus mengkonfirmasi jika daging tikus bisa dimakan. Dengan catatan tikus sawah bukan tikus liar yang kerap ditemukan di sampah-sampah pasar.
Baca Juga: Jenderal LB Moerdani, Intelijen Misterius yang Hidup di Era Orde Baru
Tikus sawah tidak terlalu berisiko menularkan penyakit pes apabila dikonsumsi oleh manusia. Sebab hewan pengerat ini memakan tumbuhan yang bersih bukan makanan sisa yang sudah tercampur dengan bakteri dan virus jahat di atas tumpukan sampah.
Lurah Madiun Perintahkan Makan Tikus karena Yakin Dagingnya Aman Dikonsumsi
Demi menyebarluaskan gagasan pemberantasan hama tikus di dalam pertanian, lurah Madiun mempropagandakan dampak positif dari daging tikus.
Salah satu yang ia gembar-gemborkan tentang manfaat daging tikus di kalangan petani yaitu, “daging tikus mampu mengobati berbagai macam penyakit”. Maka dari itu sudah bisa dipastikan jika daging tikus ini aman dikonsumsi, dan beberapa di antara petani Madiun sudah mempraktekannya untuk sarana pengobatan alternatif.
Mengutip surat kabar Bintang Timur yang terbit pada Rabu, 2 Januari 1963 berjudul, “Hama Tikus Terberantas, Makanan Diperoleh” mengatakan jika daging tikus ampuh menyembuhkan orang lumpuh dan asma yang sudah akut.
Pernyataan tersebut sebagaimana dikutip dalam surat kabar Bintang Timur (1963) berikut ini: “Pada saat itu diperlihatkan orang jang mula-mula lumpuh, tapi menurut keterangan pak lurah Simo, semendjak makan daging tikus pada tanggal 10 November 1962 orang tersebut dapat sehat dan dapat bekerja kembali”.
Perkataan Lurah Simo demikian direspon baik oleh para petani Madiun, mereka percaya jika makan daging tikus banyak manfaatnya. Selain bisa memusnahkan hama penyebab gagal panen, tikus juga bisa berguna untuk pengobatan. Makan tikus berarti berani sehat.
Baca Juga: Kisah Sutan Sjahrir Dipilih Belanda Jadi Juru Bicara Diplomasi Kemerdekaan RI
Pemberantasan Hama Tikus Berhasil
Setelah banyaknya perbandingan-perbandingan cara memberantas hama tikus yang ada di dunia, Menteri Pertanian dan Agraria, Kaslan merasa gagasan lurah Simo di Madiun paling berhasil untuk memusnahkan hama tersebut.
Jika dipresentasikan keberhasilan ini mencapai 85 persen, hal tersebut dihitung dari jumlah tikus yang semakin hari semakin sedikit seiring adanya perburuan.
Karena propaganda tikus aman dikonsumsi banyak para pemburu tikus mengkreasikan hasil buruannya menjadi benda layak konsumsi dalam bentuk minyak.
Tidak hanya dimasak dengan cara digoreng seperti ayam, tikus-tikus hasil buruan para petani Madiun juga dijadikan sebagai alternatif pengobatan berbasis minyak.
Minyak tikus bermanfaat untuk perawatan energi vitalitas pria, tapi ada juga yang menggunakan minyak ini menjadi minyak goreng.
Para pembuat minyak tikus menjual barang dagangannya ini dengan harga yang relatif murah. Kira-kira harga per liter minyak tikus berkisar Rp. 300,-. Karena harganya yang terjangkau, minyak tikus kemudian mudah di dapatkan di berbagai warung di sekitar Madiun. Saat itu minyak tikus seperti oleh-oleh –buah tangan yang unik khas Madiun.
Daging Tikus jadi Makanan Favorit Petani Madiun
Dalam jumpa pers di kantor Kementerian Pertanian dan Agraria Jakarta, Ir. Kaslan A. Tohir menerangkan jika daging tikus telah menjadi makanan favorit para petani di Madiun, Jawa Timur. Hampir setiap hari para petani di sana makan daging tikus dengan nasi dan sambal kecap.
Menurut penuturan salah satu petani yang hobi makan tikus menyebut daging hewan pengerat rasanya gurih. Tidak berbau seperti kambing dan sapi, daging tikus hampir percis aroma ayam sehabis digoreng.
Baca Juga: Sejarah Lokalisasi di Surabaya 1950, PSK Diberi Keterampilan Kerja
Mereka bahkan berani menjamin jika ada yang mencium aroma goreng daging tikus maka orang tersebut bisa ketagihan.
Para petani mengolah daging tikus menjadi makanan yang istimewa. Bahkan menurut data yang diungkapkan oleh lurah Simo terkait banyaknya petani Madiun yang mengonsumsi daging tikus, sedikit banyak berjumlah Rp 30.000,- petani. Mereka tersebar di 18 pedesaan wilayah Madiun.
Karena unik dan bikin penasaran banyak orang, para petani di Madiun menjadikan daging tikus sebagai peluang usaha baru.
Mereka membuka kios makan menu daging tikus sawah. Sambutannya positif –banyak orang yang makan dan jadi langganan. Sejak saat itu masyarakat luas mengenal Madiun sebagai konsumen daging tikus sawah yang lezat. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)