Sejarah pertempuran Bojong Kokosan di Sukabumi, Jawa Barat merupakan salah satu sejarah konflik antara Indonesia dan Belanda selama masa Revolusi Fisik.
Konflik yang terjadi di Sukabumi ini merupakan aksi serangan dadakan yang dilakukan oleh para pejuang revolusi terhadap tentara Sekutu.
Tentara sekutu yang awalnya ingin menuju Bandung untuk memberikan bantuan, akhirnya harus kontak senjata dengan pihak Indonesia.
Dalam konflik ini terdapat 50 orang tentara sekutu yang tewas, dan lebih dari seratus tentara yang mengalami luka-luka.
Baca Juga: Kisah Markas Tentara Pelajar di Panjalu Ciamis yang Sulit Terdeteksi Belanda
Sejarah Pertempuran Bojong Kokosan di Sukabumi dan Kedatangan Pasukan Sekutu ke Indonesia
Kedatangan tentara sekutu ke Indonesia merupakan sebuah keniscayaan. Mengingat Jepang merupakan pihak yang kalah dalam Perang Dunia II yang terjadi.
Pasukan sekutu yang waktu itu diwakili oleh AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison mendarat di Indonesia pada 29 September 1945.
Moehkardi dalam, “Akademi Militer Yogya dalam Perjuangan Fisik 1945 sampai dengan 1949” (2019) menyebutkan, sebelum pasukan Inggris mendarat di Indonesia, sebenarnya pemerintah Indonesia telah mengeluarkan pernyataan.
Pemerintah Indonesia saat itu bersedia bekerja sama dengan Inggris sebagai pasukan AFNEI asal tidak ada pasukan Belanda.
Pada awal kedatangannya, tujuan pasukan Sekutu adalah untuk melucuti tentara Jepang. Faktanya terdapat tujuan lain, yaitu mengembalikan kekuasaan Indonesia ke tangan Belanda.
Sekutu yang waktu itu membawa NICA (Netherland Indies Civil Administration) yang merupakan tentara Belanda memicu pertempuran yang tak terelakkan.
Konflik yang terjadi di Indonesia ini terjadi di berbagai wilayah, mulai dari Bandung, Semarang, Sulawesi, hingga Yogyakarta.
Sikap arogan pasukan sekutu dan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia seringkali memicu pertikaian dengan orang-orang Indonesia yang baru merdeka.
Di sisi yang lain sentimen terhadap asing terutama Belanda sangatlah terasa ketika masa-masa awal kemerdekaan.
Inilah yang menyebabkan dalam rentang tahun 1945 hingga 1949 sangat rawan terhadap konflik. Meskipun, seringkali konflik tersebut berakhir dengan perjanjian damai, namun perjanjian tersebut selalu dilanggar kedua belah pihak.
Salah satu pertempuran yang cukup dahsyat waktu itu adalah pertempuran Bojong Kokosan di Sukabumi.
Baca Juga: Raden Soemanegara, Patih Bandung Pemberontak Belanda
Pertempuran ini menjadi salah satu pertempuran yang penting karena tentara sekutu yang dihadang di Bojong Kokosan merupakan bala bantuan untuk penyerangan ke wilayah Bandung.
Inilah yang menyebabkan pertempuran ini menjadi salah satu pertempuran yang cukup penting bagi pasukan Indonesia.
Latar Belakang Sejarah Pertempuran Bojong Kokosan di Sukabumi
Pertempuran di Bojong Kokosan Sukabumi sendiri sebenarnya terjadi dua kali, yang pertama pada 9 hingga 12 Desember 1945 dan yang kedua pada tanggal 10-14 Maret 1946.
Pertempuran Bojong Kokosan terjadi ketika pasukan sekutu terjebak di lubang jebakan yang dibuat oleh tentara Indonesia.
Pasukan yang akan menuju Bandung ini terjebak tepat pada pukul 15.00 di sebuah jalan yang diapit oleh dua buah tebing di Bojong Kokosan.
AB Lapian dalam “Terminologi sejarah, 1945-1950 & 1950-1959” (1996) menyebutkan, pada saat itu Komandan kompi Republik Indonesia memberi isyarat tembakan dua kali sebagai tanda komando pertempuran dimulai. Maka pecahlah pertempuran sengit antara pasukan Sekutu dengan pasukan dan masyarakat Bojong Kokosan
Strategi yang dijalankan oleh pasukan Indonesia ternyata cukup efektif untuk membuat serangan kejutan bagi tentara sekutu yang dilengkapi kendaraan perang modern dan berlapis baja.
Di sisi yang lain, strategi ini juga dilakukan karena pasukan Indonesia tidak memiliki persenjataan yang memungkinkan untuk kontak senjata secara terbuka.
Alhasil selama 2 jam terjadi pertempuran dahsyat antara kedua belah pihak. Pasukan Indonesia melakukan penyerangan yang cukup sengit meskipun hanya berbekal senjata rampasan pasukan Jepang.
Pasukan yang menghadang tentara Sekutu ini sebenarnya berasal dari berbagai pasukan seperti TKR, Laskar Rakyat Sukabumi, Barisan Banteng, Hizbullah, dan Pesindo.
Pertempuran ini pun sempat terhalang ketika terjadi hujan deras yang di kawasan Bojong Kokosan ini.
Namun, ketika hujan reda pertempuran terjadi lagi sepanjang area jalan Bojong Kokosan sampai daerah perbatasan Cianjur.
Melihat pertempuran yang sengit ini, pasukan Sekutu tampak mulai gentar bahkan sebelum mencapai Bandung.
Padahal pasukan yang dilawan oleh pihak Indonesia ini termasuk pasukan-pasukan yang cukup tangguh, karena selain pasukan NICA dan AFNEI, terdapat pula pasukan Gurkha yang merupakan pasukan elit Inggris.
Bombardir Pasukan Sekutu di Bojong Kokosan Sukabumi
Sempat terjadi gencatan senjata yang diinisiasi oleh pasukan sekutu. Namun, nampaknya itu hanya akal-akalan pasukan Sekutu untuk mendapatkan bala bantuan lainnya.
Pasalnya tepat satu hari setelah gencatan senjata, yaitu pada tanggal 10 Desember 1945, Pasukan sekutu membombardir wilayah Bojong Kokosan, Sukabumi dengan pesawat tempur.
Baca Juga: Sejarah Cadas Pangeran Sumedang dan Kisah Perseteruan Pangeran Kornel dengan Daendels
Alhasil sekitar 73 pejuang gugur dalam peristiwa itu dan ratusan warga sipil turut terluka. Pengeboman ini sendiri dilakukan terhadap beberapa desa seperti di Kompa, Parung Kuda, dan Cibadak.
Pertempuran Bojong Kokosan ini memberikan dampak yang luar biasa terhadap Inggris. Banyak pihak menilai sikap Inggris ini sudah berlebihan, dan mengusulkan agar Indonesia diberikan kebebasan untuk memilih kemerdekaannya.
Mengutip buku “Siliwangi dari Masa ke Masa” (1979), pertempuran di Bojong Kokosan memang membuat Inggris gempar. Beritanya tersebar di surat kabar Inggris pada tanggal 10 Desember 1945.
Bahkan dalam surat kabar Inggris pernah ada berita bahwa Indonesia sebaiknya menjadikan “Peristiwa Bojong Kokosan” sebagai “Hari Pahlawan” dan bukan “Peristiwa Surabaya”.
Beberapa pihak di Pemerintahan Inggris pun mendesak agar Inggris tidak turut campur terlalu jauh dalam konflik tersebut.
Apalagi pada awal kedatangan Inggris ke Indonesia hanya untuk melucuti tentara Jepang. Walaupun dalam pelaksanaannya mereka turut serta mempersenjatai para tawanan perang Belanda di Indonesia waktu itu.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, pemerintah membangun sebuah Monumen Bojong Kokosan sebagai tanda jasa bagi para pejuang.
Selain itu, untuk merekam bagaimana peristiwa itu terjadi, dibuatlah museum yang diresmikan pada 13 November 1992 oleh R. Moh Yogie Suardi Memet yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.
Di dalam museum ini terdapat banyak peninggalan pasukan Indonesia, Sekutu, hingga diorama-diorama yang menggambarkan proses terjadinya perang. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)