Sabtu, Mei 31, 2025
BerandaBerita TerbaruWabah Malaria yang Mematikan Saat Lebaran Idul Fitri di Pangandaran Tahun 1930

Wabah Malaria yang Mematikan Saat Lebaran Idul Fitri di Pangandaran Tahun 1930

harapanrakyat.com,- Lebaran Idul Fitri di Pangandaran tahun 1930 pernah dibatasi oleh adanya wabah malaria yang mematikan. Konon pemerintah kolonial Belanda sempat melarang semua kegiatan yang meliputi silaturahmi dari pintu ke pintu.

Selain itu, opsir Belanda juga sempat memportal daerah Pangandaran. Hal ini berkaitan erat dengan larangan berkunjung orang dari luar Pangandaran.

Kebetulan saat itu tradisi berlibur pasca lebaran di Pangandaran sudah menjadi budaya populer di kalangan keluarga Belanda.

Pemerintah kolonial juga sempat memberikan himbauan agar masyarakat di Pangandaran tidak menjalankan kegiatan yang terlalu padat.

Mereka harus untuk membersihkan lingkungan dan mengubur setiap lubang bergenang menggunakan benda padat seperti pasir.

Gigitan malaria yang mematikan terjadi tahun 1930 itu merupakan wabah yang paling ditakuti oleh setiap orang zaman itu.

Pasalnya, tak sedikit orang yang terkapar tak bernyawa sehari setelah terserang penyakit yang berasal dari gigitan nyamuk malaria.

Baca Juga: Kisah Wanita Telik Sandi Asal Garut yang Selalu Lolos dari Kejaran Belanda, Punya Ilmu Halimun?

Berdasarkan laporan kolonial, wabah malaria merupakan jenis pandemi yang paling susah diberantas. Bahkan, karena hal ini proyek pembangunan jalur kereta api Banjar-Pangandaran hampir terhenti karena banyak pekerjanya terkena malaria.

Wabah Malaria yang Mematikan Tahun 1930, Tamu Luar Kota Dilarang Berwisata ke Pantai Pangandaran

Menurut surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad berjudul “Voor Zorgsmaatregelennemen” yang terbit tanggal 20 Desember 1930, pemerintah kolonial di Priangan sempat melarang tamu luar kota berwisata ke Pantai Pangandaran.

Hal ini berkaitan erat dengan aturan standar pencegahan wabah malaria yang sedang marak di daerah Pangandaran.

Akibat adanya wabah malaria, tamu luar kota yang hendak berwisata ke Pangandaran pun harus menahan rindu liburan karena belum bisa berkunjung ke pantai yang indah dan tenang itu.

Untuk menjalankan tugas melarang tamu luar kota berwisata ke Pantai Pangandaran, pemerintah kolonial menempatkan beberapa opsir berjaga di area Jembatan Ciputrapinggan.

Tugas opsir yang berjumlah 4 orang itu menanyakan asal-usul orang yang hendak masuk ke Pangandaran.

Baca Juga: Sejarah Pembangunan Jalur Kereta Api Banjar-Pangandaran yang Bikin Bangkrut Pengusaha Swasta

Jika mereka berasal dari luar kota, maka opsir Belanda tersebut akan menyuruhnya putar arah untuk kembali pulang.

Larangan mengunjungi Pangandaran bagi tamu luar kota berlaku sampai dengan waktu yang belum ditentukan kala itu.

Belanda Tutup Hotel (Pesanggrahan) di Pesisir Teluk Pananjung

Masih menurut surat kabar Belanda, konon ketika wabah malaria yang mematikan membuncah di Pangandaran, pemerintah kolonial juga sempat menutup sarana pesanggerahannya yang berada percis depan pesisir Teluk Pananjung. Hal itu demi melaksanakan tugas preventif standar penanganan pandemic.

Pesanggrahan (hotel) yang berada di Teluk Pananjung selama pandemi banyak ditempati oleh kontrolir Belanda yang sedang bertugas menjadi mandor kopra.

Mereka tidak bisa pulang ke tempat asal lantaran terisolir wabah, maka pilihannya tidak lain menetap di Pangandaran.

Tak lama setelah kebijakan menutup hotel di Pangandaran saat itu diresmikan pemerintah kolonial, terdapat sejumlah hewan ternak mati mendadak.

Baca Juga: Kisah PSK Saritem Jadi Mata-Mata Sukarno, Bantu Perang Lawan Belanda 1945

Menurut analisis dokter hewan, 4 ekor sapi dan 2 ekor kambing yang mati tiba-tiba itu disinyalir akibat hisapan maut dari nyamuk malaria yang mematikan.

Akibat peristiwa ini, dokter hewan langsung menyimpulkan jika keadaan wabah malaria yang mematikan semakin gawat.

Penduduk setempat harus segera memperbaiki sanitasi lingkungan supaya bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria di Pangandaran.

Subsidi Kina untuk Obat Malaria

Karena keadaan semakin hari semakin buruk saja, maka pemerintah kolonial menganggarkan biaya untuk mensubsidi kina kepada rakyatnya yang sedang menderita malaria.

Konon obat yang berasal dari tumbuhan kina itu dipercaya manjur untuk menyembuhkan seseorang dari wabah malaria yang mematikan.

Selain dengan perbaikan sanitasi lingkungan, mantra kesehatan yang berasal dari orang Belanda kerap mengumpulkan warga desa di Pangandaran untuk menerima kina subsidi.

Mereka dikumpulkan dan berbaris rapi untuk dipanggil maju menerima obat malaria. Saat itu belum ada vaksin yang bisa mencegah seseorang agar kebal terhadap suntikan nyamuk malaria. Baru ada obat saja, itupun belum secara penuh bisa menyembuhkan penyakit seseorang yang terkena malaria.

Kendati demikian, pemberian subsidi kina membantu kita paham kalau ternyata pemerintah kolonial tidak selamanya jahat.

Mereka tetap memikirkan nasib rakyat pribumi, terlepas dari kepentingan apapun. Saat itu yang diperbuat oleh Belanda adalah perilaku kemanusiaan atas wabah malaria yang mematikan. Sehingga patut diapresiasi. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)

DPRD Ciamis Dorong Dishub Tambah Parkir Khusus untuk Tingkatkan PAD

DPRD Ciamis Dorong Dishub Tambah Parkir Khusus untuk Tingkatkan PAD

harapanrakyat.com,- Anggota Komisi B DPRD Ciamis Erik Kridasetia, meminta Dinas Perhubungan Ciamis dan UPTD Parkir agar menambah tempat parkir khusus seperti di food court....
Meski Hari Libur Nasional, Disdukcapil Ciamis Tetap Bergerak Demi Rekam KTP Warga Sakit dan Disabilitas

Meski Hari Libur Nasional, Disdukcapil Ciamis Tetap Bergerak Demi Rekam KTP Warga Sakit dan Disabilitas

harapanrakyat.com,- Disdukcapil Ciamis, Jawa Barat terus berkomitmen untuk memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat Tatar Galuh. Seperti pada hari libur nasional, pegawai Disdukcapil Ciamis tetap...
Aksi Premanisme

Ajak Warga Berani Laporkan Aksi Premanisme, Kapolres Sumedang: Kami Tak Bisa Bekerja Sendiri

harapanrakyat.com,- Polres Sumedang, Polda Jawa Barat, menyerukan kepada masyarakat agar tidak untuk ragu melaporkan segala bentuk aksi premanisme. Seruan tersebut disampaikan langsung oleh Kapolres Sumedang,...
Nyetir Jangan Tidur

Kalau Nyetir Jangan Tidur! Akibatnya Warung di Garut Hancur Dihantam Minibus

harapanrakyat.com,- Kalau nyetir jangan tidur karena sangat berbahaya. Seperti yang dialami seorang pengendara mobil di Garut, Jawa Barat, kedaraannya menabrak sebuah warung hingga masuk...
Curi Perhiasan di Toko Emas

Seorang Emak-Emak di Garut Nekat Curi Perhiasan di Toko Emas

harapanrakyat.com,- Nekat curi perhiasan di toko emas, seorang perempuan asal Bandung harus berurusan dengan aparat kepolisian Polres Garut, Polda Jabar, Jumat (29/5/2025). Modus pelaku berpura-pura...
Setelah 15 Tahun Menanti, Akhirnya Whatsapp Resmi Hadir di Ipad

Setelah 15 Tahun Menanti, Akhirnya Whatsapp Resmi Hadir di Ipad

Kabar gembira bagi pengguna iPad! Pasalnya, setelah bertahun-tahun menjadi permintaan banyak pengguna, WhatsApp resmi hadir di iPad. Aplikasi chat tersebut hadir dengan versi aplikasi...