Jumat, Mei 2, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Gundik di Jawa Barat, Wanita Simpanan Belanda dari Golongan Buruh Perkebunan

Sejarah Gundik di Jawa Barat, Wanita Simpanan Belanda dari Golongan Buruh Perkebunan

harapanrakyat.com,- Sejarah gundik di Jawa Barat menarik untuk kita telusuri lebih jauh lagi. Pasalnya, sebagian historiografi di Indonesia jarang membahas isu ini. Padahal pergundikan merupakan fenomena langka yang mengukir catatan masa lalu pilu wanita Indonesia.

Sudah berapa banyak wanita yang menjadi korban gundik. Mereka sakit lahir dan batin akibat menjadi wanita simpanan orang Belanda.

Karena pergundikan, tak jarang wanita-wanita di Pulau Jawa terpaksa bunuh diri. Mereka putus asa lantaran harapan menjadi kaya tidak jadi kenyataan.

Sejumlah literasi sejarah Indonesia menyebut asal-usul pergundikan di Jawa Barat berasal dari faktor ekonomi.

Kaum wanita dari golongan buruh perkebunan ingin memperbaiki taraf hidupnya dengan cara yang nekad, mereka bersedia jadi wanita simpanan lelaki Belanda.

Konon dengan menjadi wanita simpanan lelaki Belanda, taraf hidup mereka bisa terjamin. Apapun yang mereka minta, suami Belanda akan mengabulkannya. Termasuk warisan di masa depan yang tampaknya menggiurkan setiap wanita pribumi di Tanah Pasundan.

Kebanyakan dari wanita buruh perkebunan itu menikah dengan pria Belanda yang berprofesi sebagai pengusaha swasta. Tak jarang mereka menikah dengan pemilik perkebunan tempat kerjanya.

Selain terkenal dengan pergundikan, istilah kawin siri orang Belanda dengan wanita pribumi di Jawa Barat juga tersohor dengan sebutan Pernyai-an.

Baca Juga: Sejarah Pertempuran Leuwiliang, Detik-Detik Peralihan Kekuasaan dari Belanda ke Jepang

Sejarah Gundik di Jawa Barat, Ternyata Tak Beda Jauh dengan Pembantu Rumah Tangga

Menurut Elfa M. Karima dalam Jurnal Diakronika, Vol. 17, No. (1), (2017), pp. 1-18, berjudul “Kehidupan Nyai dan Pergundikan di Jawa Barat Tahun 1900-1942”, nasib gundik yang awalnya terjamin perlahan-lahan mulai luntur dan berantakan.

Wanita yang tadinya mereka perlakukan seperti raja, tetapi lama kelamaan berubah menjadi pembantu rumah tangga.

Para lelaki hidung belang Belanda tak mau bertanggung jawab dengan kehidupan masa mendatang antara dirinya dengan sang istri yang berasal dari golongan pribumi.

Sekalipun mereka memiliki anak, lelaki Belanda itu tega memperlakukan istrinya sebagai pembantu rumah tangga.

Awalnya memang betul, harapan mengubah taraf hidup dari miskin menjadi kaya itu tercapai dengan pesat.

Namun, di tengah-tengah perjalanan rumah tangga sirih ini, gundik pribumi mengalami nasib yang bahkan jauh lebih buruk dari seorang pembantu rumah tangga.

Karena waktu tidak bisa diulang lagi, mau tidak mau para gundik itu harus menurut apa kata suami.

Baca Juga: Sejarah Desa Sidomulyo di Pangandaran: ketika Wilayah Suku Sunda Tersisih oleh Orang Jawa

Apalagi sebelum menikah sudah terlibat perjanjian yang harus mereka tepati, yaitu mengabdi kepada suami kapanpun mereka membutuhkan gundiknya.

Gundik Sering Kena Siksa Suami Belanda

Peneliti pergundikan yang fenomenal, Reggie Baay dalam “Nyai dan Pergundikan di Hindia Belanda” (2016), menyebut Pernyai-an yang terjadi di Jawa Barat kerap membawa dampak buruk pada kehidupan wanita di daerah Pasundan.

Mereka trauma dengan perilaku suami Belanda yang kasar. Karena menganggap lebih hina dari pembantu rumah tangga kala itu, para suami Belanda tak jarang membenamkan emosinya pada fisik sang gundik. Akibatnya mereka terluka parah, bahkan sampai bercucuran darah.

Kendati peristiwa tersebut sampai terbit di surat kabar, namun tak ada orang yang berani bereaksi membela sang gundik.

Hal ini terjadi karena pergundikan dianggap sebagai bentuk yang hina. Fenomena kawin siri juga tidak bisa menyalahkan status suami orang Belanda.

Akibat situasi ini, tidak ada yang berani melaporkan tindakan keras lelaki Belanda pada gundiknya di rumah.

Bahkan pada saat itu kekerasan terhadap gundik sudah menjadi hal yang biasa. Situasi yang normal dan tak perlu diributkan. Sungguh kejam zaman itu bukan?

Baca Juga: Kisah Orang-Orang Kebal Pejuang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949

Gundik yang Tua akan Dipensiunkan

Dalam sejarah gundik di Jawa Barat menyebutkan bahwa lelaki Belanda yang memperistri gundik akan mempensiunkan pasangan sirinya itu, jika umurnya sudah mencapai 30 tahun ke atas.

Para lelaki tak bertanggung jawab itu akan memberhentikan gundik layaknya memecat pembantu rumah tangga.

Pernyataan ini sebagaimana dikutip dari Elfa M. Karima (2017) berikut ini. “Ketika seorang nyai (Gundik) menginjak 30 tahun, maka suami Belanda itu menganggap gundiknya sudah tua. Mereka akan memberikan (surat lepas) kepada gundiknya. Atau dipensiunkan seperti halnya pembantu.

Kemudian setelah itu mereka akan menyuruh gundiknya pergi meninggalkan tangsi dan akan kehilangan statusnya sebagai istri lelaki Belanda.

Dengan kata lain, surat tersebut merupakan sertifikat yang mempertegas tanda hubungan pergundikan yang terjalin antara mereka telah berakhir.

Jika dari perkawinan itu mereka memiliki keturunan atau anak, maka sang ayah yang sepenuhnya memegang hak asuh anak tersebut.

Berdasarkan cerita dari sejarah Gundik di Jawa Barat, konon karena kebijakan inilah banyak mantan gundik yang depresi.

Selain kehilangan harta benda yang dulu mereka idam-idamkan, mereka juga harus rela begitu saja melepas anaknya.

Apalagi jika sang mantan suami membawa anaknya pergi ke Belanda. Para Nyai (gundik) ini bahkan rela mengakhiri hidup untuk mengurangi rasa sakit tersebut. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)

Jaminan Kehilangan Pekerjaan

Buruh di Kota Banjar Desak Perusahaan Terapkan Jaminan Kehilangan Pekerjaan

harapanrakyat.com,- Buruh di Kota Banjar, Jawa Barat, mendesak pengusaha untuk menerapkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2023 tentang Ketenagakerjaan. Pengusaha juga harus menerapkan jaminan kehilangan...
Aksi May Day

Aksi May Day di Garut Menyedihkan, Buruh Korban PHK Perusahaan Pailit Belum Terima Upah Terakhir

harapanrakyat.com,- Ratusan buruh korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) PT Danbi Internasional di Garut, Jawa Barat, menggelar aksi May Day atau hari buruh internasional, Kamis...
Batik Hokokai Pekalongan, Sejarah di Balik Motifnya yang Rumit

Batik Hokokai Pekalongan, Sejarah di Balik Motifnya yang Rumit

Batik Hokokai Pekalongan sangat terkenal. Batik Hokokai ini memiliki sejarah di baliknya. Kini batik tersebut menjadi salah satu warisan budaya yang sangat penting. Sebagai...
Hari Buruh Tanpa Unjuk Rasa, Polres Kota Banjar Inisiasi Kegiatan Sosial hingga Jalan Santai

Hari Buruh Tanpa Unjuk Rasa, Polres Kota Banjar Inisiasi Kegiatan Sosial hingga Jalan Santai

harapanrakyat.com,- Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di Kota Banjar, Jawa Barat, kali ini berbeda. Biasanya peringatan ini identik dengan aksi unjuk rasa,...
Gerobak PKL di Langensari Kota Banjar Ludes Terbakar, Diduga Akibat Selang Kompor Gas Bocor

Gerobak PKL di Langensari Kota Banjar Ludes Terbakar, Diduga Akibat Selang Kompor Gas Bocor

harapanrakyat.com,- Sebuah gerobak milik pedagang kaki lima di samping Puskesmas Langensari 2, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat, ludes terbakar. Peristiwa itu pun membuat...
People Nearby Telegram Hilang, Ini Alasannya

People Nearby Telegram Hilang, Ini Alasannya

People Nearby Telegram hilang atau telah dihapus oleh pihak aplikasi sendiri untuk meningkatkan moderasi konten. Selain itu, juga untuk melindungi privasi pengguna serta mencegah...