Selasa, Juni 10, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Pertempuran Perlintasan Ciater, Detik-detik Jatuhnya Kota Bandung ke Tangan Jepang

Sejarah Pertempuran Perlintasan Ciater, Detik-detik Jatuhnya Kota Bandung ke Tangan Jepang

harapanrakyat.com,- Sejarah pertempuran perlintasan Ciater menjadi salah satu pertempuran penting bagi Belanda waktu itu. Hal ini karena pertempuran yang terjadi di perlintasan Ciater merupakan upaya terakhir sebelum Bandung jatuh ke tangan penjajah Jepang.

Pertempuran yang terjadi selama beberapa hari itu berakhir dengan kekalahan pihak Belanda. Meskipun waktu itu Belanda sudah mendapat bantuan dari Britania Raya.

Namun, strategi dan taktik Jepang itu berhasil membuat Jepang merebut titik-titik pertahanan tentara Belanda.

Alhasil, setelah tiga hari pertempuran jalan menuju Bandung terbuka lebar, dan menjadi awal pendudukan Jepang di Hindia Belanda.

Merangkum dari berbagai sumber, tulisan ini akan mengulas tentang sejarah pertempuran di Ciater, dan detik-detik jatuhnya Kota Bandung ke tangan Jepang.

Latar Belakang dari Sejarah Pertempuran Perlintasan Ciater

Pulau Jawa merupakan prioritas terakhir dalam penaklukan Jepang di Hindia Belanda. Pasalnya, selain berada di posisi paling Utara, pulau ini juga memiliki pertahanan yang lebih kompleks dari pulau-pulau lainnya.

Tujuan penaklukan Jepang terhadap wilayah Hindia Belanda ini tentu saja karena melimpahnya sumberdaya yang tersedia. Muai dari minyak bumi, karet, timah, hingga sumber daya manusia sebagai kebutuhan perang.

Baca Juga: Sejarah Pertempuran Leuwiliang, Detik-Detik Peralihan Kekuasaan dari Belanda ke Jepang

Pasukan yang bertugas untuk memperebutkan Pulau Jawa adalah Angkatan Darat ke-16 Jepang yang terdiri dari divisi ke 2, 38, dan 48.

Marwati Djoened, dkk dalam “Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6: Zaman Jepang & Zaman Republik”, (2019), menjelaskan bahwa kekuatan Jepang yang mendapat tugas khusus merebut Pulau Jawa berada di bawah Komando Tentara ke-16 (Osamu Butai), pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.

Pasukan Belanda Mundur ke Jawa Barat

Pasca Batavia dinyatakan sebagai “kota terbuka”, pasukan Belanda pun mundur ke daerah Jawa Barat, dan menjadikan kawasan itu sebagai basis pertahanan.

Basis pertahanan ini untuk mencegah pasukan sekutu mencapai Kota Bandung. Mengingat waktu itu di Bandung masih terdapat banyak orang Belanda.

Selain itu, kawasan sekitar Bandung memang dikelilingi oleh pegunungan yang cocok sebagai basis pertahanan. Sehingga banyak ditemukan basis-basis pertahanan dan bunker di kawasan tersebut.

Di sisi lain daerah ini menjadi basis pertahanan untuk menunggu bala bantuan datang ketika menghadapi Jepang.

Untuk menuju Kota Bandung memang terdapat dua jalan yang bisa dilalui. Yaitu melalui Purwakarta dan jalan Ciater, tepatnya di kaki Gunung Tangkuban Perahu.

Dari sinilah mulainya sejarah pertempuran di perlintasan Ciater yang mengakibatkan kekalahan pihak Belanda.

Jalannya Pertempuran

Baca Juga: Industri Kelapa Kopra di Pangandaran Tahun 1929 Dorong Pembangunan Transportasi Umum

Pertempuran yang terjadi antara pasukan Belanda dan Jepang ini cukup sengit. Pasalnya, pertempuran ini menjadi salah satu benteng pertahanan bagi Belanda sebelum Bandung jatuh ke tangan Jepang.

Mengutip buku “Sejarah Daerah Jawa Barat” (1994), pertempuran Ciater merupakan pertempuran yang berat dan memakan banyak korban dari kedua belah pihak.

Di bawah pimpinan Jacob Pesma terdapat sekitar 9.000 prajurit yang terdiri dari berbagai resimen untuk mempertahankan daerah ini.

Selain itu, mereka juga memiliki 27 pesawat tempur untuk membantu jalannya pertempuran tersebut. Mengingat bala bantuan barulah datang sekitar tanggal 6 dan 7 Maret.

Belanda memang menjadikan setiap jalur-jalur menuju Bandung sebagai ladang pertempuran. Termasuk daerah Ciater yang waktu itu pemimpinnya Kolonel W.J. de Veer.

Sedangkan pasukan Jepang sendiri waktu itu hanya mengutus Datasemen Shoji untuk memperebutkan kawasan ini.

Keputusan ini sendiri sebenarnya atas inisiatif langsung dari Shoji karena khawatir terhadap serangan balik Belanda.

Shoji berangkat bersama dengan sekitar 3.000 pasukan dari datasemennya. Meskipun, hanya berjumlah 3.000-an. Tetapi mereka merupakan pasukan khusus yang sudah terlatih dan berpengalaman, ketimbang pasukan KNIL dari Belanda.

Jepang Bersihkan Pasukan Belanda

Selain itu, untuk menopang serang udara Jepang, tersedia sekitar 39 pesawat tempur untuk menopang jalannya pertempuran tersebut.

Baca Juga: Banjir Bandang di Bandung 1945, Ratusan Nyawa Melayang Akibat Sabotase Sekutu

Jalannya pertempuran tersebut bisa terbilang sengit. Diawali dengan serangan udara dari kedua belah pihak.

Namun, setelah beberapa waktu pasukan Jepang perlahan mulai menaklukkan garis pertahanan Belanda dan memaksa mereka untuk mundur.

Meskipun sudah mendapatkan bala bantuan, namun bala bantuan tersebut tersangkut di perlintasan Ciater dan memaksa mereka untuk bertahanan di sana.

Sebagian besar pasukan Belanda tewas ketika berada di lokasi pertempuran. Bahkan tawanan perang pun ikut dibantai.

Sekitar tanggal 7 Maret kawasan tersebut sebagian besar sudah dibersihkan oleh Jepang. Sisa-sisa dari serdadu Belanda mundur ke daerah Lembang dan akhirnya pulang ke Belanda.

Jatuhnya Kota Bandung ke Tangan Jepang

Pasca kejatuhan Ciater secara perlahanan wilayah Jawa Barat sudah menemui titik akhir dari pendudukan Belanda.

Pada malam harinya di tanggal 7 Maret itu Lembang jatuh ke tangan Jepang dan Belanda menyerah kepada Jepang.

Baca Juga: Taktik Tentara Jepang Kalahkan Belanda di Indonesia dalam Waktu 8 Jam

Mengutip dari Sejarah TNI-AD tahun 1945-1973, menurut kesaksian Jenderal Ahmad Yani, setelah Jepang dapat mematahkan lawannya di Ciater. Maka bala tentara Jepang memasuki wilayah Bandung dengan sorak kemenangan.

Meskipun pada awalnya kejatuhan wilayah Bandung ini bukanlah akhir dari kekuasaan Belanda. Namun, Jepang mendesak kepada Belanda untuk mengumumkan bahwa ini merupakan tanda dari kejatuhan Belanda di Hindia Belanda waktu itu.

Kejatuhan itu ditandai dengan Perjanjian Kalijati di Subang, Jawa Barat. Belanda yang waktu itu mendapatkan bala bantuan dari West Group pada awalnya berniat melakukan perang gerilya.

Tapi akhirnya mereka mengurungkan niat tersebut. Mengingat wilayah Hindia Belanda yang cukup besar. Selain itu, orang-orang Indonesia dan Tionghoa yang berpihak kepada Belanda tidak terlalu banyak.

Inilah yang menyebabkan bala bantuan mengurungkan niatnya melakukan gerilya. Pasca kejatuhan tersebut, wilayah-wilayah lain pun mulai takluk. Seperti Surabaya yang akhirnya menyerah pada tanggal 8 Maret.

Pihak Belanda sendiri mengumumkan kekalahan mereka tepat pada tengah hari tanggal 9 Maret. Kekalahan tersebut dibarengi dengan pengibaran bendera putih sebagai tanda kekalahan dan menyerah kepada Jepang.

Sejak saat itu, episode baru dalam penjajahan terhadap Indonesia mulai ke babak yang baru, yaitu masa penjajahan Jepang. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)

Ernest Prakasa Hapus Akun X Usai Kritik Hadiah Jam Rolex Timnas

Ernest Prakasa Hapus Akun X Usai Kritik Hadiah Jam Rolex Timnas

Ernest Prakasa hapus akun X pribadinya yang dulu terkenal dengan nama Twitter. Keputusan tersebut ia ambil pada Minggu, tanggal 8 Juni 2025 belum lama...
Buntut Celetukan Gubernur Jabar Soal Keuangan Daerah, Jubir Presidium Pangandaran Desak Bupati Rombak Tim TAPD

Buntut Celetukan Gubernur Jabar Soal Keuangan Daerah, Jubir Presidium Pangandaran Desak Bupati Rombak Tim TAPD

harapanrakyat.com,- Jubir Presidium Kabupaten Pangandaran Erwin M Thamrin angkat bicara soal celetukan Gubernur Jabar yang menyebut Pangandaran sebagai kabupaten yang setengah sekarat masalah keuangan...
IPW Soroti Rencana Penyegelan Kembali Tempat Peribadatan JAI di Kota Banjar 

IPW Soroti Rencana Penyegelan Kembali Tempat Peribadatan JAI di Kota Banjar 

harapanrakyat.com,- Indonesia Police Watch (IPW) angkat bicara soal rencana penyegelan kembali tempat peribadatan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Kota Banjar, Jawa Barat. Lokasi penyegelan tersebut...
Soimah Bantu Tetangga Tuai Pujian, Rela Masak Langsung

Soimah Bantu Tetangga Tuai Pujian, Rela Masak Langsung

Soimah bantu tetangga tuai pujian setelah momen tersebut tersebar. Banyak netizen yang memuji sikap Soimah. Penyanyi Indonesia ini memang selalu terlihat sederhana. Baca Juga: Afgan...
Shuttle DAMRI Banjar-Pangandaran

Shuttle DAMRI Banjar-Pangandaran Harus Membawa Dampak Ekonomi

harapanrakyat.com,- Ketua Komisi II DPRD Kota Banjar, Jawa Barat, Rossi Hernawati menanggapi perihal rencana beroperasinya Shuttle DAMRI Banjar-Pangandaran yang nantinya akan membawa penumpang pengguna...
Penyebab Meninggalnya Jemaah Haji

Kronologis dan Penyebab Meninggalnya Jamaah Haji Asal Pangandaran

harapanrakyat.com,- Bagian Kesra Setda Kabupaten Pangandaran menyampaikan kronologi dan penyebab meninggalnya jamaah haji asal Pangandaran, Jawa Barat, di Tanah Suci, pada Senin (9/6/2025). Plt Kabag...