harapanrakyat.com,- Meskipun harga beras di pasar mencapai kisaran Rp 13.000 hingga Rp 15.000 per kilogramnya, warga Kampung Naga tidak terlalu memikirkan hal itu, dan bahkan mereka tidak mengetahui seberapa mahalnya beras saat ini.
Hal ini karena faktanya penduduk yang berada di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan berkebun dan bercocok tanam sendiri.
Ilmu tersebut mereka miliki dari para sesepuh yang mewariskannya sejak ratusan tahun lalu. Sehingga, mereka tidak kerepotan lagi urusan beras dan sejumlah kebutuhan pokok lainnya.
Ucu Suherlan Juru Pelihara Kampung Naga mengungkapkan, warga di kampungnya tersebut tidak pernah membeli beras. Pasalnya, hasil panen sendiri sudah cukup untuk makan.
Selain ilmu bercocok tanam dan bertani, kata Ucu, warga Kampung Naga juga sangat menghormati ajaran dari leluhurnya, terutama setelah panen padi.
Baca juga: Polres Tasikmalaya Bagikan Ribuan Buku ke Siswa di Kampung Naga
Salah satu ajaran tersebut adalah “Kaweningan,” di mana setiap warga yang telah panen, terutama padi, wajib untuk menyisihkan sebagian dari hasil panen tersebut untuk keperluan di wilayah Kampung Naga.
“Kaweningan artinya ikhlas. Ini berarti warga yang panen dengan hasil yang melimpah selalu dengan ikhlas menyisihkan sebagian dari beras tersebut, yang kemudian kita simpan di lumbung padi,” terangnya.
Selain itu, lanjut Ucu, untuk menyisihkan beras tersebut juga tidak ada patokan alias seikhlasnya.
Beras tersebut, nantinya digunakan oleh warga lagi di berbagai kegiatan, seperti hajat lembur, darurat maupun menyambut tamu.
“Melalui ajaran Kaweningan ini, para sesepuh dulu mengajarkan nilai berbagi dan ikhlas. Hasil panen selalu mencukupi kebutuhan hidup hingga panen berikutnya, sehingga tidak perlu memikirkan harga beras karena tidak pernah membelinya,” pungkasnya. (Apip/R6/HR-Online/Editor: Muhafid)