Selasa, Juni 3, 2025
BerandaBerita TerbaruAlasan-alasan Selamatnya Soeharto dalam Peristiwa G30S

Alasan-alasan Selamatnya Soeharto dalam Peristiwa G30S

harapanrakyat.com,- Selamatnya Soeharto dalam peristiwa G30S PKI merupakan salah satu topik yang sering kali jadi perdebatan. Beberapa pihak menilai bahwa sebenarnya Soeharto memiliki keterlibatan dan tahu akan terjadinya kudeta tersebut.

Oleh karena itu ia tidak menjadi sasaran dalam peristiwa kudeta yang menewaskan enam orang jenderal.

Namun, menurut pihak tertentu Soeharto dianggap sebagai salah satu loyalis Soekarno. Sehingga ia tidak termasuk salah satu orang yang menjadi incaran dalam penculikan 6 jenderal tersebut.

Ada juga yang mempertanyakan keberadaan Soeharto pada malam G30S karena terasa janggal. Soeharto kemudian menepis bahwa ketika malam terjadinya peristiwa itu, ia dan istrinya sedang berada di rumah sakit karena anaknya dirawat.

Merangkum dari berbagai sumber, tulisan ini akan mengulas tentang beberapa alasan Soeharto selamat dalam peristiwa malam G30S PKI.

Alasan-alasan Selamatnya Soeharto dalam Peristiwa G30S PKI

Selamatnya Soeharto dalam peristiwa gerakan 30 September sebetulnya menimbulkan banyak kecurigaan bagi beberapa pihak.

Tak heran muncul berbagai macam dugaan mengenai Soeharto yang waktu itu menjadi salah satu petinggi militer di Indonesia.

Jabatan militer Soeharto waktu itu adalah Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. Tugasnya membina kesiapan operasional komandonya dan melakukan berbagai operasi pertahanan keamanan tingkat strategis.

Baca Juga: Menguak Kekayaan Presiden RI ke-2 Soeharto, Pernah Masuk Daftar Orang Terkaya di Dunia

Jabatan yang Soeharto emban dianggap sudah menjadi alasan yang cukup untuk jadi sasaran dari kelompok G30S yang menyasar jenderal-jenderal waktu itu.

Gerak-gerik Soeharto yang dianggap memiliki kedekatan dengan Presiden Soekarno menjadikan ia sebagai sosok yang diduga sebagai loyalis Soekarno.

Mungkin inilah salah satu alasan selamatnya Soeharto dalam peristiwa G30S,yang mana PKI tidak melihat Soeharto sebagai sebuah ancaman.

Padahal dikemudian hari ini menjadi sebuah pandangan yang keliru. Soeharto justru menjadi pihak yang mengakhiri masa kepemimpinan Presiden Soekarno.

Menurut penuturan Kolonel A. Latief, ia sempat melaporkan mengenai isu Dewan Jenderal. Namun, Soeharto justru mengabaikannya dan tidak melakukan tindakan pencegahan terhadap kudeta yang akan terjadi.

Isu Dewan Jenderal

Yogaswara dalam bukunya berjudul “Biografi daripada Soeharto: dari Kemusuk Hingga Kudeta Camdessus” (2007), sebagai Komandan Brigif I, Latief mengaku menemui Pangkostrad Soeharto dua kali sebelum terjadinya aksi penculikan 6 jenderal.

Pertemuan pertama terjadi tanggal 28 September 1965 atau dua hari sebelum kejadian. Saat itu Latif menanyakan kabar mengenai Dewan Jenderal. Soeharto menjawab akan segera mencari tahu mengenai kebenaran Dewan Jenderal itu.

Kolonel A. Latief juga sempat didatangi oleh Untung dan Supardjo yang menitipkan salam untuk Soeharto. Dan memberitahu bahwa besok paginya akan ada tujuh jenderal yang dihadapkan pada Presiden Soekarno.

Baca Juga: Sejarah Hari Kesaktian Pancasila, Peringatan Peristiwa G30S yang Penuh Kontroversi

Laporan Kolonel A. Latief ini sebenarnya mengindikasikan bahwa Kolonel A. Latief dan Untung punya pandangan serupa terkait isu adanya Dewan Jenderal.

Namun, pemikiran dari Kolonel Latief dan Untung justru salah besar. Soeharto justru tidak memiliki pandangan yang sama terkait dengan isu tersebut.

Berkaitan dengan pertemuan Soeharto dengan Kolonel A Latief sendiri setidaknya terdapat tiga fakta berbeda dari Soeharto.

Versi pertama, Soeharto hanya sempat menyaksikan Kolonel A Latief berjalan depan bangsal tempat Tommy Soeharto menjalani perawatan.

Kemudian versi kedua, selamatnya Soeharto dalam peristiwa G30S PKI bahwa ia terharu karena perhatian dari Kolonel A Latief, terkait musibah yang menimpa anaknya. Soeharto juga menyadari ketika itu Kolonel A Latief hanya mengecek keberadaannya.

Versi yang ketiga, Soeharto menyatakan bahwa sebenarnya Kolonel A Latief berniat membunuhnya. Namun, karena ia sedang berada di tempat umum, maka Kolonel A Latief mengurungkan niatnya.

Berkonflik dengan Ahmad Yani

Alibi lain yang menguatkan kenapa Soeharto tidak menjadi salah satu target penculikan, karena Soeharto bukan merupakan bagian dari kubu Ahmad Yani.

Seperti kita ketahui bahwa Soeharto dan Ahmad Yani sebenarnya sering terlibat konflik, baik yang terjadi secara langsung maupun tidak.

Baca Juga: Sejarah Kelompok Pathuk dan Kisah Persahabatan Soeharto dengan Agen Spionase PKI

Salah satu konflik yang terjadi antara keduanya adalah ketika Soeharto ketahuan terlibat dalam aksi penyelundupan. Bahkan Ahmad Yani sempat menempeleng Soeharto.

Ahmad Yani mengatakan Soeharto telah mempermalukan dan mencoreng nama baik Angkatan Darat karena menjadikan Angkatan Darat sebagai tempat berbisnis.

Konflik lain yang membuat Soeharto tidak akrab dengan Ahmad Yani adalah ketika Soekarno lebih memilih Ahmad Yani untuk mengisi jabatan KSAD ketimbang Soeharto.

Padahal dari sisi pengalaman dan kepangkatan jelas Soeharto lebih baik dari Ahmad Yani. Kecemburuan inilah yang memunculkan anggapan Soeharto berseberangan dengan kubu Ahmad Yani.

Soeharto Ungkapkan Kekecewaannya

Salim Said, dalam buku berjudul “Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno, dan Soeharto” (2018), kepada Gatot (Jendral) Gatot Subroto (Wakil Kepala Staf Angkatan Darat waktu itu), ia (Soeharto) mengungkapkan kekecewaannya tidak jadi Panglima Angkatan Darat.

Padahal ia lebih senior dari Jenderal Yani. Kala itu Soeharto sudah berpangkat Brigadir Jenderal, sementara Yani masih Kolonel.

“Tapi, Pak Yani menjadi Menteri Panglima AD karena ia pilihan pribadi Presiden sebagai Panglima tertinggi. Sedangkan Bung Karno menilai Pak Harto sebagai perwira tinggi yang keras kepala atau koppig. Pak Gatot hibur Soeharto dengan berkata, “waktumu bakal sampai, malah bakal mencapai kedudukan lebih tinggi”. “

Seperti yang diketahui bahwa memang Ahmad Yani dikenal sebagai anak emasnya Soekarno. Sehingga tak heran menimbulkan kecemburuan tersendiri, termasuk dalam tubuh TNI.

Gelagat inilah yang memposisikan Soeharto sebagai pihak yang memiliki pandangan sama dengan gerakan kudeta yang berlangsung pada dini hari tersebut. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)

Bikin Ngilu, Pengakuan Oknum Guru Ngaji di Garut Nekat Cabuli Muridnya, Pernah Jadi Korban saat di Jakarta 

Bikin Ngilu, Pengakuan Oknum Guru Ngaji di Garut Nekat Cabuli Muridnya, Pernah Jadi Korban saat di Jakarta 

harapanrakyat.com,- Pria paruh baya yang merupakan oknum guru ngaji terduga pelaku pedofilia asal Kecamatan Cikajang, Garut mengungkapkan perbuatan bejatnya. Kepada petugas, ia mengaku memiliki...
pameran sekolah

Siap-siap Ada Pameran Sekolah, Kepala KCD Pendidikan Wilayah VII Jawa Barat Asep Yudi: Agar Ada Referensi Pilihan!

harapanrakyat.com - Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah VII Jawa Barat, menggelar pameran sekolah di SMKN 6 dan 12 Bandung. Ajang tersebut sebagai referensi...
Bejat, Oknum Guru Ngaji di Garut Diduga Cabuli 10 Murid Laki-laki sejak Tahun 2023, Kini Mendekam di Penjara

Bejat, Oknum Guru Ngaji di Garut Diduga Cabuli 10 Murid Laki-laki sejak Tahun 2023, Kini Mendekam di Penjara   

harapanrakyat.com,- Seorang oknum guru ngaji asal Garut, Jawa Barat, terpaksa harus berurusan polisi setelah melakukan tindakan cabul terhadap 10 orang murid laki-lakinya. Pria paruh...
100 Hari Kerja Wali Kota Banjar, Realisasikan Program Berdaya untuk Masyarakat

100 Hari Kerja Wali Kota Banjar, Realisasikan Program Berdaya untuk Masyarakat  

harapanrakyat.com,- Memasuki 100 hari kerja Wali Kota Banjar, Jawa Barat, Sudarsono bersama Wakil Wali Kota Banjar Supriana merealisasikan program unggulan mereka, yakni Program Berdaya....
Mahasiswa Tasikmalaya Sebut 100 Hari Kepemimpinan Viman-Dicky Minim Realisasi Program Nyata, Kebanyakan Seremonial

Mahasiswa Tasikmalaya Sebut 100 Hari Kepemimpinan Viman-Dicky Minim Realisasi Program Nyata, Kebanyakan Seremonial 

harapanrakyat.com,- Tuding kepemimpinan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tasikmalaya Viman-Dicky minim realisasi program nyata, puluhan mahasiswa dan masyarakat melakukan demo di Kantor Pemkot...
Bupati Sumedang Janji Dampingi Anak dan Remaja yang Mengikuti Program Pembinaan Karakter

Bupati Sumedang Janji Dampingi Anak dan Remaja yang Mengikuti Program Pembinaan Karakter

harapanrakyat.com,- Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang bersama Kodim 0610 Sumedang, resmi menutup rangkaian Program Pembinaan Karakter dan Wawasan Kebangsaan anak dan remaja di wilayah Sumedang,...