Khuzaimah Bin Tsabit memiliki kedudukan istimewa di antara para sahabat Nabi Muhammad SAW. Kesaksiannya setara dengan dua orang laki-laki, sebuah keistimewaan yang tidak begitu saja Rasulullah SAW berikan. Penetapan ini tentu berdasar pada alasan yang kuat.
Baca Juga: Kisah Ammar bin Yasir, Sahabat Nabi yang Dipaksa Murtad
Berikut ini, mari kita selami kehidupan sahabat Rasulullah SAW yang istimewa ini. Kecintaan serta kepercayaannya kepada Nabiullah Muhammad SAW telah mencapai taraf luar biasa.
Khuzaimah Bin Tsabit, Kisah Sahabat Rasulullah SAW yang Istimewa
Kisah teladan atas kesaksian Khuzaimah dapat diketahui melalui perselisihan terhadap jual beli kuda.
Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW membeli satu ekor kuda dari orang Badui. Setelah transaksi berakhir, harga juga disepakati, maka Rasulullah SAW pun segera berjalan.
Namun, si Badui malah memperlambat langkahnya. Tak lama kemudian, beberapa orang datang menawar harga kuda tersebut. Mereka tak menyadari bahwa kuda tersebut telah Nabi SAW beli.
Mendapati situasi tersebut, si Badui berteriak memanggil Rasulullah SAW, “Hai Muhammad! Jika kau serius membeli kudaku ini, bayarlah segera. Kalau tidak, aku akan menjualnya kepada orang lain!”
Dengan tenang, Nabi SAW menjawabnya, “Bukankah aku sudah membeli kuda darimu?”
“Demi Allah, aku belum menjual kuda ini kepadamu!” sanggah si Badui dengan tegas.
“Sungguh, aku telah membelinya darimu,” jawab Rasulullah SAW dengan penuh keyakinan.
“Kalau begitu, bawalah saksi!” tantang si Badui.
Mendengar tantangan itu, Khuzaimah Bin Tsabit pun maju dan memberikan kesaksiannya dengan lantang, “Saya bersaksi bahwa saya melihat dan mendengar Engkau membeli kuda ini, wahai Rasulullah!”
Perdebatan sengit terjadi antara si Badui dengan Rasulullah SAW. Si Badui menyangkal telah menjual kudanya. Sedangkan Rasulullah SAW dengan tegas menyatakan telah membelinya.
Pada saat perdebatan tersebut, Khuzaimah tampil sebagai saksi yang memperkuat pernyataan Rasulullah SAW.
Kisah Khuzaimah dan Penetapan Kesaksiannya
Ketika keramaian sekitar Rasulullah SAW mulai mereda, beliau menoleh kepada Khuzaimah dan bertanya, “Wahai Khuzaimah, atas dasar apa kamu memberikan kesaksian, padahal kamu tidak hadir saat transaksi antara aku dan orang Badui itu berlangsung?”.
Dengan penuh keyakinan, Khuzaimah menjawab, “Ya Rasulullah, aku bersaksi atas dasar keyakinan yang teguh kepada kebenaranmu. Bagaimana mungkin aku mempercayai semua kabar dari langit yang engkau bawa, namun meragukanmu dalam perkara ini?”.
Keteguhan iman dan keyakinan Khuzaimah Bin Tsabit yang luar biasa mengantarkannya pada sebuah kehormatan besar.
Rasulullah menetapkan kesaksian dari Khuzaimah tersebut setara kesaksian dua orang pria dewasa.
Sejak saat itu, Khuzaimah terkenal dengan sebutan “Dza al-Syahadatain”, yang berarti “Pemilik Hak Dua Kesaksian”.
Baca Juga: Kisah Miqdad bin Amr, Sahabat Rasulullah SAW yang Cinta Islam
Peristiwa ini menjadi bukti nyata bagaimana keimanan yang teguh dapat mengantarkan seseorang pada kemuliaan dan kehormatan. Khuzaimah menjadi teladan bagi umat Islam dalam menjaga iman dan keyakinan mereka kepada Rasulullah SAW.
Pembukuan Ayat Al-Qur’an dan Penetapan Kesaksian Khuzaimah
Kisah Khuzaimah yang penuh keteladanan ini kemudian diabadikan dalam Al Quran. Tepatnya pada surah Al-Ahzab ayat 23. Ayat tersebut berbunyi:
Keistimewaan ayat ini terletak pada sumbernya. Ayat ini tidak ada dalam sumber lain selain dari hafalan Khuzaimah bin Tsabit.
Oleh karena itu, para sahabat Nabi SAW pun menetapkan bahwa kesaksian Khuzaimah setara dengan kesaksian dua orang laki-laki dewasa. Tentunya, berdasarkan ketetapan langsung dari Rasulullah SAW.
Pembukuan ayat ini dalam Al Quran menjadi bukti nyata bagaimana Allah SWT memuliakan orang-orang yang beriman teguh dan konsisten dalam menjalankan janjinya.
Kisah dari Khuzaimah menjadi panutan umat Islam agar selalu berpegang teguh komitmen serta keyakinannya. Bahkan, senantiasa menjaga keutuhan Al Quran sebagai pedoman hidup.
Pelajaran Berharga dari Kisah Khuzaimah
Kisah ini menjadi inspirasi untuk sejarah Islam. Keteguhan iman serta keyakinannya pada Rasulullah menjadikannya suri teladan untuk umat Islam seluruh dunia.
Jawaban Khuzaimah yang cerdas, lugas, dan tulus ini mencerminkan keimanannya yang kokoh. Sikap ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk selalu menjaga keyakinan dan kepercayaan kepada Rasulullah SAW, meskipun kita tidak pernah melihatnya secara langsung.
Keteladanannya juga mengingatkan umat muslim untuk senantiasa menjalankan ajaran Rasulullah SAW dengan ketaatan yang penuh. Terutama dalam hal perjanjian dan amanah.
Rasa cinta dan kerinduan kepada Rasulullah SAW pun patut kita tanamkan dalam hati. Sebagaimana beliau pun rindu dan ingin bertemu dengan umatnya saat akhir zaman.
Baca Juga: Sahabat Nabi yang Pertama Masuk Islam atau Assabiqunal Awwalun
Semoga dengan meneladani kisah Khuzaimah Bin Tsabit, kita dapat menjadi umat yang Rasulullah SAW akui dan cintai di akhirat kelak. Aamiin. (R10/HR-Online)