Kamis, Mei 1, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia, Jejak Kelam Dua Negara

Sejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia, Jejak Kelam Dua Negara

Sejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia berawal dari tahun 1963. Pada tahun 1963, terbentuknya Federasi Malaysia memicu dimulainya era kelam dalam hubungan Indonesia dan negara tetangganya tersebut. Konflik yang berlangsung selama tiga tahun ini menorehkan sejarah kelam dengan puncaknya Indonesia keluar dari keanggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Meskipun diawali dengan hubungan baik sebagai negara tetangga, beberapa tahun setelah kemerdekaan Malaysia, hubungan kedua negara mulai renggang. Awalnya, keretakan ini hanya terlihat dalam ranah politik, ekonomi, dan sosial. Namun, api perselisihan terus membara dan berubah menjadi serangan bersenjata, bom, dan aksi subversi yang bertujuan mendestabilisasi wilayah.

Baca Juga: Sejarah Hari Anak Nasional, dari Kowani Menuju Masa Depan

Konflik ini menandai babak baru dalam hubungan kedua negara, mengubahnya dari tetangga yang harmonis menjadi rival yang saling bermusuhan. Pertanyaan pun muncul, apa yang menjadi akar permasalahan yang menjerumuskan kedua negara ke dalam konfrontasi berdarah ini? Jawabannya terbentang dalam sejarah awal mula konflik yang kompleks dan penuh lika-liku.

Sejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia: Awal Mula Konflik Kerenggangan dan Konfrontasi Berdarah

Mengutip buku Ensiklopedia Sejarah Indonesia Kemendikbud, sejarah kelam Konfrontasi Indonesia-Malaysia berawal dari ambisi Tengku Abdul Rahman. Perdana Menteri Malaysia saat itu membentuk Federasi Malaysia. Federasi ini direncanakan terdiri dari Malaysia, Singapura, Brunei, Serawak, dan Sabah.

Namun, ambisi ini mendapat penolakan keras dari Presiden Soekarno. Beliau melihat pembentukan federasi tersebut sebagai manuver Inggris untuk menciptakan negara boneka neokolonialisme yang dapat mengancam keamanan dan stabilitas Indonesia. 

Soekarno yakin bahwa Federasi Malaysia hanyalah alat bagi Inggris untuk memperkuat dominasinya di kawasan Asia Tenggara.

Penolakan Soekarno tidak hanya datang sendirian. Filipina, negara tetangga lainnya, juga menentang rencana federasi ini. Alasannya, Filipina memiliki klaim historis atas wilayah Sabah di Kalimantan Utara yang dirasa memiliki hubungan erat dengan Kesultanan Sulu.

Persetujuan Malaysia, Singapura, Brunei, Serawak, dan Sabah untuk bergabung dalam federasi, memicu kemarahan Indonesia dan Filipina. 

Ketegangan antar negara pun kian memanas, menandai dimulainya era kelam sejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia yang akan mengubah hubungan kedua negara tetangga ini selama bertahun-tahun.

Upaya Diplomasi dan Konferensi Maphilindo: Mencari Solusi Damai 

Indonesia tak tinggal diam dalam menghadapi rencana pembentukan Federasi Malaysia. Berbagai upaya diplomasi terus dilakukan untuk menyatakan penolakan dan mencari solusi damai. Namun, sayangnya, usaha-usaha ini tidak membuahkan hasil sesuai harapan.

Pada tanggal 20 Januari 1963, Presiden Soekarno dan Menteri Luar Negeri Soebandrio mencetuskan kebijakan konfrontasi sebagai bentuk perlawanan terhadap Federasi Malaysia. Keputusan ini menandai awal era penuh gejolak dalam hubungan Indonesia-Malaysia.

Di tengah ketegangan yang kian memanas, Konferensi Maphilindo (Malaysia, Filipina, Indonesia) berlangsung di Filipina pada tanggal 31 Juli hingga 5 Agustus 1963. Konferensi ini menjadi wadah bagi ketiga negara untuk membahas solusi damai atas perselisihan terkait Federasi Malaysia.

Pertemuan puncak tersebut menghasilkan kesan positif, menunjukkan tekad ketiga kepala pemerintahan untuk menyelesaikan konflik secara damai. Hasil konferensi ini tertuang dalam tiga dokumen penting: Deklarasi Manila, Persetujuan Manila, dan Komunike Bersama.

Inti dari ketiga dokumen tersebut adalah persetujuan Indonesia dan Filipina untuk menerima pembentukan Federasi Malaysia dengan syarat rakyat Kalimantan Utara menyetujui hal itu melalui referendum.

Baca Juga: Bagindo Aziz Chan, Pahlawan Nasional dari Sumatera Barat

Sebagai langkah selanjutnya, ketiga kepala negara sepakat untuk meminta Sekretaris Jenderal PBB melakukan penyelidikan guna mengetahui keinginan rakyat di wilayah Sabah dan Serawak yang akan digabungkan ke dalam Federasi Malaysia.

Meskipun Konferensi Maphilindo menghasilkan kesepakatan, ketegangan antara Indonesia dan Malaysia tak kunjung mereda. Upaya diplomasi dan pencarian solusi damai ini belum cukup untuk menyelesaikan akar permasalahan yang kompleks dan penuh kepentingan. Konfrontasi Indonesia Malaysia pun tak terelakkan dan menjadi babak baru dalam sejarah kelam hubungan kedua negara tetangga ini.

Akhir Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Konflik Indonesia-Malaysia yang memanas selama tiga tahun mulai menunjukkan tanda-tanda mereda pada akhir tahun 1965. Peristiwa G30S dan peralihan kekuasaan ke tangan Soeharto menjadi titik balik penting.

Soeharto, yang memegang kendali keamanan dan ketertiban Indonesia, memilih untuk memfokuskan perhatiannya pada urusan dalam negeri. Hal ini secara otomatis mengalihkan fokus dari konflik luar negeri, termasuk konfrontasi dengan Malaysia.

Pergeseran fokus ini membuka peluang bagi upaya perdamaian antara kedua negara. Penurunan intensitas perlawanan dari Indonesia membuka jalan bagi dialog dan negosiasi untuk menyelesaikan konflik yang berkepanjangan ini.

Upaya perdamaian membuahkan hasil pada tanggal 28 Mei 1966 dalam Konferensi Bangkok. Konferensi ini menghasilkan penyelesaian resmi atas konflik antara Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Konferensi Malino, Latar Belakang Konflik dan Hasilnya

Perdamaian antara kedua negara semakin kokoh dengan penandatanganan perjanjian perdamaian pada tanggal 11 Agustus 1966. Perjanjian ini menandai berakhirnya era kelam sejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia dan membuka babak baru dalam hubungan kedua negara tetangga ini. (R10/HR-Online)

Isu Strategis Arah Pembangunan

Isu Strategis Arah Pembangunan Kota Banjar 2025-2029, Apa Saja Poin Pokoknya?

harapanrakyat.com,- Sejumlah poin isu strategis yang akan menjadi arah pembangunan Kota Banjar, Jawa Barat, disampaikan Wali Kota Banjar, Sudarsono saat rapat paripurna DPRD Kota...
Asah Kreativitas dan Kepercayaan Diri

Pentas PAI di Kota Banjar Asah Kreativitas dan Kepercayaan Diri Pelajar

harapanrakyat.com,- Pentas Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kota Banjar, Jawa Barat, untuk mengasah kreativitas dan kepercayaan diri para pelajar. Kegiatan tersebut dilaksanakan di SDN...
Latihan Pengendalian Massa

Polres Tasikmalaya Latihan Pengendalian Massa Unjuk Rasa Peringatan May Day 2025

harapanrakyat.com,- Sebagai bentuk kesiapsiagaan dan antisipasi potensi unjuk rasa menjelang Hari Buruh Internasional atau May Day 2025, personel Polres Tasikmalaya Polda Jabar mengikuti latihan...
Pelatih Timnas Indonesia U-23

PSSI Tentukan Pelatih Timnas Indonesia U-23 untuk SEA Games 2025 di Rapat Exco

Wakil Ketua Umum PSSI, Yunus Nusi mengatakan bahwa penentuan pelatih Timnas Indonesia U-23 akan diumumkan dalam Rapat Exco, bukan melalui kongres. Hal itu Yunus ungkapkan...
Komplotan Curanmor Lintas Kabupaten

Polres Sumedang Bongkar Komplotan Curanmor Lintas Kabupaten, 8 Pelaku dan 16 Motor Diamankan

harapanrakyat.com,- Jajaran Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Sumedang, Polda Jabar, berhasil mengungkap komplotan curanmor lintas kabupaten yang kerap beraksi di wilayah perbatasan Sumedang-Indramayu. Sebanyak delapan...
Malut United Vs Persib

Menjelang Laga Malut United Vs Persib, Bojan Hodak Optimis Tim Maung Bandung Menang dari Laskar Kie Raha

Menjelang laga Malut United vs Persib, pelatih tim Maung Bandung, Bojan Hodak sempat mengeluhkan perjalanan panjang menuju Stadion Gelora Kie Raha, Ternate, Maluku Utara. Tim...