Berikut ini adalah ringkasan singkat mengenai sejarah Suku Tidung. Dalam sejarahnya termasuk perjalanan masuknya agama Islam dan penyebarannya di kalangan suku tersebut.
Baca Juga: Tradisi Haul dan Keraton Sejarah Pangeran Sutajaya Gebang
Suku Tidung merupakan salah satu suku yang tinggal di wilayah Kalimantan Utara (Kaltara), dan mayoritas anggotanya memeluk agama Islam. Selanjutnya, kita akan mengulas bagaimana sejarah suku ini dan bagaimana awal mula banyak anggotanya menjadi penganut Islam.
Sejarah Suku Tidung yang yang Mendiami Wilayah Kalimantan Utara
Menurut peneliti dari Balai Arkeologi Banjarmasin, nama Tidung berasal dari kata “tiding” atau “tideng,” yang berarti gunung atau bukit. Nama ini mencerminkan bahwa suku Tidung pada awalnya berasal dari daerah pegunungan.
Pegunungan tersebut berada di wilayah utara-timur Kalimantan sebelum akhirnya bermigrasi. Mereka memiliki pola perpindahan yang dinamis, bermula dari pedalaman Kalimantan hingga ke wilayah pesisir seperti Nunukan, Berau, dan Tarakan.
Tjilik Riwut, mantan gubernur Kalimantan Tengah, menjelaskan bahwa Suku Tidung adalah sub suku dari Dayak Murut. Dayak Murut sendiri merupakan salah satu dari tujuh suku besar yang mendiami Kalimantan bagian utara dan timur. Suku-suku besar lainnya adalah Iban, Klemantan, Punan, Ot Danum, Ngaju, dan Apu Kayan.
Masih Berkerabat dengan Dayak
Menurut perkiraan dalam sejarahnya, Suku Tidung telah meninggalkan tempat asal mereka hampir 100 tahun yang lalu. Sehingga banyak dari kisah dan legenda leluhur mereka yang terputus.
Akibatnya, sebagian besar anggota suku ini, khususnya yang tinggal di daerah Agabag, Tenggalan, Thaol, dan Nunukan, tidak lagi mengenal cerita asal-usul nenek moyang mereka. Berbeda dengan mayoritas suku Dayak di Kalimantan Utara yang umumnya menganut agama Kristen, Suku Tidung lebih terkenal dengan identitasnya yang kuat sebagai penganut agama Islam.
Meskipun sebagian besar Suku Tidung telah memeluk agama Islam, beberapa tradisi pra-Islam masih tetap berjalan. Hal itu menunjukkan hubungan mereka dengan Suku Dayak.
Beberapa contoh tradisi tersebut antara lain adalah ritual pemanggilan roh leluhur di Batu Lumampu, pengobatan tradisional Badewa, serta ritual membayar nazar di Batu Kelangkang dan Batu Lumampu. Keberlangsungan adat dan kepercayaan ini hingga kini menjadi bukti bahwa Suku Tidung dulunya memiliki kepercayaan yang serupa dengan Suku Dayak.
Sejarah Suku Tidung Tentang Kedatangan Islam
Selain menjadi nama suku, Tidung juga merujuk pada sebuah kerajaan yang terbentuk dari hegemoni komunitas masyarakat Tidung. Kerajaan kecil ini kemudian ditaklukkan oleh Kesultanan Bulungan, yang kemudian memperoleh pengakuan dari pemerintah Kolonial Belanda.
Baca Juga: Peninggalan Sejarah Kerajaan Wengker di Kabupaten Ponorogo
Islam secara resmi mulai hadir di kalangan masyarakat Tidung ketika Kesultanan Bulungan, di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Alimuddin (yang memerintah pada tahun 1817-1861), menguasai wilayah Tidung.
Kedatangan Islam di kalangan Suku Tidung bermulai kehadiran seorang ulama asal Arab. Ulama tersebut kemudian terkenal dengan nama Said Abdurrahman Bil Faqih.
Selain beliau, terdapat juga ulama lain seperti Said Ahmad Maghribi yang turut berperan dalam mendekatkan masyarakat Tidung dengan agama Islam. Salah satu buktinya adalah makam Said Ahmad Maghribi yang berada di Desa Salim Batu, Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan, dengan nisan bertuliskan tahun 1832.
Dalam sejarahnya, Suku Tidung cenderung mudah menerima budaya luar karena mereka tinggal di wilayah pesisir. Lokasi tempat tinggal mereka yang berada di hilir sungai dan pantai, menjadi jalur strategis bagi masuknya pengaruh luar.
Baik melalui perdagangan maupun budaya. Interaksi mereka dengan Islam tersebar secara merata di pesisir, muara, hingga pulau-pulau kecil, yang dibuktikan dengan penemuan makam tokoh-tokoh terhormat di wilayah tersebut.
Kemunduran Kerajaan Tidung
Adanya persaingan hegemoni politik dengan Kesultanan Bulungan dan masuknya kolonialisme Belanda pada akhirnya menyebabkan kerajaan kecil ini semakin terabaikan. Politik adu domba serta adanya campur tangan Belanda terhadap eksploitasi minyak bumi dan perkebunan juga membuat kondisinya menjadi semakin terpuruk.
Pada akhirnya sekarang tidak ada bukti arkeologi yang kuat mengenai kekuasaan politis kerajaan kecil ini namun keberadaannya tentu harus tetap diakui. Suku Tidung yang ada di Kalimantan Utara memang cukup panjang termasuk sejarah penyebaran agama Islamnya.
Baca Juga: Menguak Sejarah Nyai Subang Larang Istri Prabu Siliwangi
Menurut sejarahnya, suku Tidung merupakan salah satu suku asli di Kalimantan Utara yang mayoritas anggotanya menganut agama Islam dan mengakui bahwa mereka merupakan orang Dayak. Hal tersebut membuatnya berbeda dengan suku lainnya yang juga memeluk agama Islam, sebab biasanya mereka tidak menganggap mereka sebagai orang Dayak. (R10/HR-Online)