harapanrakyat.com,- Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy menurunkan satu unit Mobile Pompa air berkapasitas 1.000 liter per detik di Desa Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Minggu (25/5/2025). Langkah ini sebagai bagian dari penanganan jangka pendek untuk menurunkan debit air dan mencegah banjir meluas ke pemukiman warga.
Kepala BBWS Citanduy, Elroy Koyari, ST., MT, dari Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR mengatakan, saat ini kondisi air tinggi merata di sejumlah wilayah, terutama di Sungai Ciseel dan Citanduy.
Baca Juga: Khawatir Banjir Kembali, Warga Paledah Pangandaran Tolak Penjebolan Tanggul Air
“Upaya darurat yang kami lakukan adalah menurunkan 3-4 unit mobile pompa. Namun karena kami hanya memiliki satu unit pompa dengan kapasitas 1.000 liter per detik, kami sedang berkoordinasi dengan balai lain. Pompa ini akan siaga 24 jam di lokasi,” ujarnya saat diwawancarai harapanrakyat.com.
Elroy menambahkan, aliran air yang dipompa akan diarahkan ke Sungai Ciseel yang letaknya paling dekat. Ia juga mengungkapkan, BBWS sebenarnya telah merencanakan peninggian tanggul dan penanganan drainase dua tahun lalu, namun rencana tersebut batal karena adanya penolakan warga di Maruyungsari saat itu.
“Sebenarnya kami sudah siapkan peninggian tanggul dua tahun lalu sebagai solusi drainase, tapi karena ditolak warga, tidak jadi dilakukan,” jelasnya.
Setelah Upaya Jangka Pendek, BBWS Bakal Perbaiki Drainase di Desa Maruyungsari Pangandaran
Setelah upaya jangka pendek ini berjalan, BBWS akan melanjutkan ke tahap penanganan jangka panjang. BBWS rencananya bakal membangun tanggul dan memperbaiki drainase, tergantung kondisi air.
“Kalau air sudah mulai surut, baru kami lanjutkan penanganan drainasenya sebagai solusi jangka panjang,” pungkas Elroy.
Sebelumnya, ratusan petani di Desa Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran ngamuk lantaran ratusan sawah di daerah mereka sering kebanjiran. Mereka bahkan berencana menjebol tanggul yang dibangun BBWS Citanduy pada tahun 2023 di perbatasan Desa Maruyungsari dan Desa Paledah, Kamis (22/5/2025).
Masalah ini mencuat setelah proyek peninggian tanggul sungai dilaksanakan oleh BBWS. Para petani justru menilai proyek tersebut bukan menyelesaikan persoalan, melainkan memperburuk keadaan. Sekitar 900 hektar sawah yang dulunya bisa panen normal, kini harus ditanami ulang hingga lima sampai tujuh kali dalam setahun karena sering gagal panen.
Kesulitan tersebut, menurut para petani, sudah berlangsung selama dua tahun terakhir, tepat sejak proyek peninggian tanggul dimulai.
Sebaliknya upaya warga Desa Maruyungsari menjebol tanggul BBWS Citanduy ditolak warga Desa Paledah. Mereka khawatir jika tanggul dijebol, Desa Paledah malah banjir kembali. Padahal, pasca dibangunnya tanggul oleh BBWS, warga Desa Paledah tidak lagi kebanjiran. (Madlani/R7/HR-Online/Editor-Ndu)