harapanrakyat.com,- Jumlah pelajar yang mengalami dugaan keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG), di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, sampai Jumat (2/5/2025) mencapai 400 orang. Data korban keracunan tersebut berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Tasikmalaya, dari beberapa sekolah. Mulai dari jenjang TK, SD, SMP, sampai guru.
Baca Juga: Belasan Siswa SD di Rajapolah Tasikmalaya Diduga Keracunan MBG
Namun dari ratusan orang itu, hanya 32 orang yang datang ke Puskesmas Rajapolah untuk melakukan pemeriksaan. Sedangkan 9 orang masih menjalani pemeriksaan di puskesmas tersebut. Sementara ratusan lainnya memilih berobat di rumahnya, lantaran hanya alami gejala ringan, seperti sakit perut.
Dugaan Keracunan Menu MBG, Apa Langkah Disdik Kabupaten Tasikmalaya?
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, Dadan Wardana mengatakan, data 400 siswa yang mengalami keracunan menu MBG ini, pasca pihaknya menurunkan tim ke lapangan.
“Kami melakukan kroscek ke lapangan bersama pihak kecamatan, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,” katanya Jumat (2/5/2025).
Namun menurut Dadan, soal penyebab kejadian tersebut, pihaknya masih menunggu hasil laboratorium serta butuh waktu. Karena sampel makanan sudah dibawa untuk dilakukan pengujian.
“Ratusan pelajar yang mengalami dugaan keracunan usai menyantap menu MBG ini, ada beberapa orang mengalami diare, tapi tidak terlalu parah dan masih tertangani,” ujarnya.
Pasca kejadian tersebut apakah program MBG di Kabupaten Tasikmalaya akan berlanjut? Dadan menjawab, bahwa terkait hal tersebut bukan kapasitasnya. Saat ini, pihaknya masih fokus pendataan pelajar yang terdampak dulu.
“Kita tidak ada kapasitas ke arah situ. Tapi program ini sebetulnya bagus, namun harus dilakukan dengan manajemen yang baik,” jelasnya.
Usai kejadian dugaan keracunan menu MBG yang menimpa ratusan anak, ia mengaku tidak ingin mengadili secara sepihak. Sebab, pihaknya harus melakukan kroscek terlebih dahulu ke lapangan.
“Tidak bisa langsung men-judge kejadian tersebut berasal dari makanan. Sebab, korban berjumlah ratusan anak ini tidak hanya tingkat SMP saja, namun ada TK dan SD. Jadi kita harus kroscek dulu,” pungkasnya. (Apip/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)