harapanrakyat.com,- Sebuah gerobak bubur kacang hijau dan ketan hitam dengan bendera merah putih menarik perhatian sejumlah pengunjung Pasar Galuh, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Di balik gerobak bubur bernama Kabinet Merah Putih itu, ada sosok bersahaja yang menyapa ramah para pelanggan. Namanya Haji Uding, pria asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Ia dulunya bekerja sebagai pelaut.
Dulu, Haji Uding terbiasa menghadapi luasnya samudera dan kerasnya badai. Pekerjaan yang tampak menjanjikan itu ternyata menyimpan risiko besar yang tak semua orang sanggup menjalaninya.
“Saat di laut, cuaca bisa berubah sewaktu-waktu. Gelombang tinggi, badai datang tiba-tiba. Rasanya, nyawa seperti dipertaruhkan di setiap pelayaran,” tutur Haji Uding saat ditemui harapanrakyat.com, Kamis (29/05/2025).
Baca Juga: HMI Soroti Kekosongan Wakil Bupati Ciamis, Dorong Parpol Pengusung Gerak Cepat Lakukan Konsolidasi
Namun bagi Haji Uding, bukan hanya alam yang jadi tantangan. Rasa rindu kepada keluarga juga tantangan tersendiri bagi dirinya.
“Sebagai pelaut, saya harus rela jauh dari keluarga dalam waktu lama. Lama-lama, rasanya hati saya kosong,” ujarnya.
Kerinduan itu akhirnya mengarahkan langkah Haji Uding untuk menepi dari dunia pelayaran. Ia memilih jalan yang lebih sederhana tapi menenangkan: menjadi pedagang bubur kacang hijau dan ketan hitam. Kini, setiap hari ia mendorong gerobak berlabel “Bubur Kabinet Merah Putih” berkeliling Pasar Galuh Kawali. Ia menyajikan semangkuk kehangatan bagi warga sekitar.
Makna Bubur Kabinet Merah Putih di Pasar Kawali Ciamis
Nama dagangnya bukan tanpa makna. Ia memberi nama bubur “Kabinet Merah Putih” sebagai bentuk kecintaannya pada tanah air. Ia juga berharap nama tersebut membawa semangat baru setelah lepas dari laut. Bendera yang terpasang di atas gerobaknya menjadi pengingat akan perjuangan hidupnya, Haji Uding pernah ombak besar hingga hiruk-pikuk pasar.
Baca Juga: Wisata di Ciamis Terbaru 2025! Cuma Rp5 Ribu Bisa Berenang, Mandi Busa, dan Terapi Ikan
Meski penghasilan dari berjualan tak sebesar saat menjadi pelaut, Haji Uding mengaku tak menyesal. “Sekarang saya bisa pulang setiap hari, makan bersama keluarga, melihat anak-anak tumbuh. Itu kebahagiaan yang tak bisa dibeli,” katanya. (Edji/R7/HR-Online/Editor-Ndu)